Opioid adalah salah satu obat pereda rasa sakit yang sering digunakan dalam dunia kedokteran. Namun, sama seperti obat lainnya, opioid tidak bisa digunakan sembarangan. Berikut manfaat, jenis, dan efek samping opioid yang perlu diketahui.
Apa itu opioid?
Opioid adalah obat golongan analgesik (pereda nyeri) yang umum diresepkan untuk mengobati rasa sakit sedang hingga parah atau terus menerus. Rasa sakit tersebut seperti:
- sakit terkait kanker,
- nyeri setelah operasi, serta
- nyeri hebat akibat trauma atau cedera.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, opioid juga sering kali diresepkan untuk mengobati rasa nyeri kronis nonkanker, seperti nyeri punggung dan juga osteoarthritis.
Obat ini dapat dibuat dari tanaman opium poppy, seperti morfin, atau disintesis (ditiru) di laboratorium, seperti fentanil.
Cara kerja obat opioid, yaitu berinteraksi dengan protein yang disebut reseptor opioid di dalam sel tubuh.
Ketika masuk dan mengalir di dalam darah, opioid akan menempel pada reseptor opioid di sel-sel otak, sumsum tulang belakang, dan organ lain yang terlibat dalam rasa sakit dan senang.
Sel kemudian melepaskan sinyal yang meredam rasa sakit dari otak ke tubuh dan melepaskan dopamin dalam jumlah besar ke seluruh tubuh dan menciptakan perasaan senang.
Sering disebut dengan narkotika, opioid sering disalahgunakan untuk menghasilkan perasaan senang (euforia).
Bukan cuma itu, golongan obat ini juga berisiko menimbulkan kecanduan hingga kematian bila digunakan tanpa petunjuk dokter.
Itulah mengapa obat ini hanya bisa didapat dengan resep dan penggunaannya pun perlu berada di bawah pengawasan dokter.
Jenis-jenis opioid
Ada banyak jenis obat golongan opioid. Berikut adalah berbagai jenisnya yang umum diresepkan oleh dokter untuk mengatasi rasa nyeri.
Masing-masing obat di atas memiliki kekuatan yang berbeda. Obat mana yang akan diresepkan oleh dokter tergantung pada jenis penyakit, tingkat rasa sakit, serta kondisi masing-masing pasien.
Di sisi lain, ada pula obat golongan opioid lainnya yang disebut dengan heroin. Heroin adalah jenis obat opioid yang ilegal dan dapat membuat kecanduan.
Obat ini terbuat dari morfin, yaitu zat alami yang diambil dari biji polong dari berbagai tanaman opium yang tumbuh di Asia Tenggara dan Barat Daya, Meksiko, dan Kolombia.
Dosis obat opioid
Obat opioid tersedia dalam bentuk oral (tablet, pil, larutan), injeksi, suppositoria, atau tempelan (seperti koyo) dengan berbagai merek dagang.
Dosis opioid tergantung dari jenis obat serta penyakit dan kondisi kesehatan yang Anda miliki.
Oleh karena itu, pastikan Anda mengikuti saran dokter atau petunjuk yang tertera pada label kemasan obat guna mengetahui dosis obat yang tepat untuk Anda.
Silakan berkonsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut atau jika Anda memiliki pertanyaan.
Aturan pakai opioid
Opioid memang dapat membantu mengatasi rasa nyeri yang Anda alami. Meski begitu, menggunakan obat ini sembarangan bisa memberi efek samping yang berbahaya.
Oleh karena itu, pastikan Anda mengikuti aturan minum obat yang diberikan oleh dokter atau apoteker saat mengonsumsi opioid.
Jangan gunakan obat ini melebihi dosis yang dianjurkan, lebih sedikit, atau lebih lama dari yang disarankan.
Sebelum dikonsumsi, cek kemasan obat untuk memastikan bahwa obat tersebut memang diresepkan untuk Anda.
Jangan pernah membagi obat ini dengan siapa pun atau mengonsumsi obat yang telah diresepkan untuk orang lain.
Jangan pula mencampur obat ini dengan alkohol, narkotika lain, atau obat-obatan lainnya.
Bila Anda mengonsumsi opioid berbentuk pil, sebaiknya jangan memotong, mengunyah, menghancurkan, atau melarutkan pil.
Anda pun sebaiknya tidak berhenti mengonsumsi obat tanpa sepengetahuan dokter.
Jika Anda telah meminum obat ini secara teratur selama beberapa minggu atau lebih, Anda akan mengalami gejala putus obat bila menghentikan konsumsi obat secara tiba-tiba.
Oleh karena itu, jika Anda perlu menghentikan pengobatan, dokter Anda akan mengurangi dosis terlebih dahulu dan secara perlahan menghentikannya.
Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Efek samping opioid
Opioid adalah obat dengan efek samping yang tidak bisa disepelekan. Pada dosis yang lebih rendah, opioid biasanya menimbulkan berbagai efek samping umum seperti berikut ini.
- Sembelit.
- Mual.
- Muntah.
- Mengantuk dan pusing.
- Sakit kepala.
- Insomnia.
Sementara pada dosis yang lebih tinggi biasanya bisa memperlambat pernapasan dan detak jantung serta hilang kesadaran.
Jika dibiarkan, kondisi ini bisa sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian.
Selain itu, perasaan senang yang dihasilkan dari obat ini biasanya membuat Anda ketagihan.
Akibatnya, opioid adalah obat yang sangat bisa membuat Anda kecanduan dan mengalami gejala putus obat jika penggunaannya dihentikan.
Bila digunakan secara berlebihan atau bersamaan dengan obat-obatan tertentu, Anda bisa mengalami overdosis obat.
Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala overdosis obat atau efek samping lainnya yang serius.
Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Peringatan dan perhatian saat pakai opioid
Ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan sebelum mengonsumsi obat ini.
Anda sebaiknya memberitahu dokter mengenai obat yang sedang Anda konsumsi serta penyakit yang sedang atau sudah pernah dialami sebelumnya.
Beri tahu dokter juga jika Anda mengalami reaksi tak biasa atau alergi pada obat tertentu, atau memiliki alergi tipe lain, seperti pada makanan, pewarna, pengawet, serta alergi hewan.
Beberapa kondisi kesehatan mungkin lebih rentan terhadap timbulnya efek samping atau menghambat kerja obat.
Sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum minum obat opioid bagi Anda yang pernah atau sedang memiliki kondisi di bawah ini.
- Baru pertama kali minum opioid.
- Berusia lanjut.
- Sedang hamil atau curiga Anda hamil.
- Sedang menyusui.
- Riwayat kecanduan obat-obatan atau alkohol.
- Memiliki masalah pernapasan.
- Penyakit ginjal atau hati.
- Masalah kelenjar adrenal dan tiroid.
Sebelum, saat, dan setelah meminum obat ini, pastikan Anda tidak mengonsumsi alkohol. Pasalnya, ada risiko kesehatan yang serius bila Anda mengonsumsi alkohol dengan obat-obatan.
Setelah mengonsumsi obat ini, Anda pun disarankan untuk tidak mengemudi atau mengoperasikan mesin apa pun.
Pasalnya, efek samping mengantuk dan pusing yang mungkin timbul dari penggunaan obat ini bisa melukai Anda atau orang lain.
Bagaimana cara menyimpan opioid?
Obat golongan opioid harus disimpan di dalam kemasannya. Simpan obat ini pada suhu ruangan serta jauhkan dari sinar matahari langsung dan tempat yang lembap. Jangan simpan di kamar mandi dan jangan dibekukan.
Merek lain dari obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda.
Letakkan obat ini di tempat khusus yang tidak dapat diakses orang dengan mudah. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Jika Anda sudah tidak menggunakan obat ini lagi atau jika obat telah kedaluwarsa, segera buang obat ini sesuai tata cara membuang obat.
Tanyakan kepada apoteker atau petugas dari instansi pembuangan sampah setempat mengenai tata cara membuang obat yang benar dan aman untuk keamanan dan kesehatan lingkungan.
Apakah obat opioid aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Jangan pernah mengonsumsi obat ini jika Anda sedang hamil atau curiga hamil. Pasalnya, obat-obatan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan pada janin Anda.
Melansir Cleveland Clinic, dokter umumnya tidak meresepkan opioid untuk wanita hamil karena janin bisa menjadi ketergantungan pada opioid.
Saat berada di dalam kandungan, janin Anda bisa mengalami neonatal abstinence syndrome bila Anda mengonsumsi opioid selama kehamilan.
Setelah dilahirkan, bayi tersebut kemudian dapat mengalami gejala putus obat.
Oleh karena itu, beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berpikir hamil, atau merencanakan kehamilan. Dokter akan memberikan pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.
Apabila sedang menyusui, mintalah saran kepada dokter sebelum menggunakan obat ini.
Dokter akan mempertimbangkan manfaat dan risiko dari obat ini untuk Anda serta memberi saran apakah Anda perlu berhenti menyusui jika mengonsumsinya.
Interaksi opioid dengan obat lain
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
Oleh karena itu, beri tahu kepada dokter mengenai semua obat yang sedang Anda konsumsi, termasuk obat resep, yang bisa dibeli bebas di apotek, serta suplemen dan juga obat herbal.
Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat apa pun tanpa persetujuan dokter. Berikut adalah beberapa obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat opioid.
- Antikejang, seperti karbamazepin.
- Benzodiazepin dan obat penenang.
- Antibiotik tertentu, seperti klaritromisin.
- Antidepresan tertentu.
- Antijamur tertentu, seperti itrakonazol dan ketokonazol.
- Antiretroviral tertentu yang digunakan untuk HIV, seperti atazanavir, indinavir, dan ritonavir.
- Obat untuk gangguan tidur, seperti zolpidem.
- Obat untuk mengobati gangguan kejiwaan, seperti haloperidol.
- Relaksan otot, seperti cyclobenzaprine, tizanidine, methocarbamol, dan baclofen.
- Obat untuk nyeri terkait saraf, seperti pregabalin dan gabapentin.
Mungkin ada obat lainnya yang bisa berinteraksi dengan opioid. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
[embed-health-tool-bmi]