backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Parasomnia

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 15/12/2022

Parasomnia

Pola tidur Anda bisa berantakan akibat gangguan tidur yang membuat kualitas istirahat berkurang. Ada gangguan tidur yang menyebabkan perubahan perilaku abnormal selama Anda tidur yang disebut parasomnia.

Apa itu parasomnia?

Parasomnia adalah gangguan tidur yang menunjukkan perilaku tak biasa yang terjadi saat Anda baru tertidur, sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur.

Perilaku-perilaku yang tergolong parasomnia cenderung variatif dari segi karakteristik, tingkat keparahan, hingga frekuensinya.

Parasomnia dapat berupa berbagai hal yang dialami oleh seseorang, seperti gerakan, perilaku, emosi, persepsi, hingga mimpi yang tidak wajar.

Meski demikian, biasanya penderita parasomnia tetap dalam keadaan tertidur sepanjang kejadian tersebut berlangsung.

Pada umumnya parasomnia terjadi setelah fase tidur terlelap. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi di antara fase tertidur dan terbangun.

Pada saat transisi ini, Anda membutuhkan stimulus yang cukup kuat agar terbangun. Akan tetapi, setelah terbangun, Anda mungkin tidak akan menyadari perilaku yang muncul saat tidur tadi. 

Anda bahkan mungkin tidak mengingat apa mimpi yang tadi muncul dalam tidur, atau perilaku apa yang Anda lakukan selama tidur. Anda pun akan kesulitan untuk tidur kembali jika terbangun pada malam hari karena perilaku tersebut.

Meski menunjukkan perilaku yang tak wajar, Anda tidak perlu merasa khawatir. Pasalnya, kondisi ini umum terjadi dan tidak terkait dengan penyakit atau gangguan mental tertentu.

Perlu diketahui

  • Parasomnia dapat terjadi berulang kali dalam waktu yang lama, sehingga dapat menjadi gangguan tidur yang kompleks.
  • Parasomnia bisa terjadi pada siapa saja, tetapi kelompok usia anak-anak yang paling sering mengalami gejala dari gangguan tidur yang satu ini.

Jenis gangguan parasomnia

Gangguan tidur ini dapat berupa berbagai bentuk gejala abnormal saat seseorang tertidur. Berikut ragam jenis parasomnia.

1. Tidur sambil berjalan (sleepwalking)

Bentuk gangguan parasomnia bernama lain somnambulisme ini muncul saat Anda keluar dari tempat tidur dalam kondisi masih tidur.

Meski begitu, Anda tetap bisa menyadari dan bisa merespons dengan baik lingkungan sekitar saat sedang tidur sambil berjalan.

2. Confusional arousal

Sementara itu, confusional arousal merupakan kebingungan saat terbangun. Saat mengalaminya, Anda akan melalui proses berpikir yang sangat lama untuk menyadari dan mengenali keadaan sekitar.

Biasanya, orang yang mengalami kondisi ini berpotensi mengalami jantung berdetak cepat hingga napas tak beraturan.

3. Mimpi buruk

Pernahkah Anda mengalami mimpi buruk? Nah, ini merupakan jenis parasomnia yang mungkin Anda alami.

Mimpi buruk dapat terjadi berulang kali, sehingga berpotensi menyebabkan Anda mengalami kecemasan dan kesulitan untuk tertidur.

4. Night terror

Night terror termasuk jenis parasomnia yang membuat Anda merasa takut dan berperilaku abnormal saat tidur. Selain berteriak, Anda mungkin saja memukul atau menendang dalam tidur.

Kondisi ini bisa bertahan mulai dari 30 detik hingga tiga menit lamanya. Namun, saat terbangun dari tidur, Anda mungkin tidak menyadari telah melakukan perilaku abnormal tersebut saat tidur.

5. Sleep paralysis

Sleep paralysis merupakan gangguan parasomnia yang sering disalahartikan sebagai “ketindihan” makhluk halus.

Padahal, ini adalah kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan menggerakkan tubuh saat baru mulai tertidur atau saat terbangun. Kondisi ini juga bisa terjadi beberapa kali dalam sekali tidur.

6. Enuresis

Enuresis  terjadi pada orang dewasa akibat tidak dapat mengontrol aktivitas urinasi saat tertidur. Gangguan ini terjadi akibat gagal bangun saat kandung kemih sudah terasa penuh.

Anda bisa mengalaminya karena keturunan, mengalami diabetes, infeksi saluran kencing, sleep apnea, serta beberapa gangguan kesehatan mental seperti stres.

7. Mengigau

Meskipun tidak ada efek buruk secara langsung terhadap kesehatan Anda, mengigau dapat mengganggu orang sekitar yang mendengarnya.

Biasanya, mengigau dapat terjadi akibat stres yang sedang Anda alami, demam tinggi, atau saat mengalami berbagai gangguan tidur lainnya.

8. REM Sleep Behavior Disorder 

Rapid Eye Movement (REM) dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku abnormal dengan menggerakkan anggota badan seperti menggerakkan tangan dan kaki.

Berbeda dengan tidur sambil berjalan atau mengalami night terror, Anda dapat mengingat jelas detail dari mimpi yang muncul saat tidur ini.

9. Exploding Head Syndrome (EHS)

Sindrom kepala meledak (EHS) terjadi dengan persepsi mendengar suara keras seperti ledakan saat akan mulai tertidur atau saat terbangun.

Kondisi ini tentu sangat mengganggu. Untuk meringankan gejalanya, cobalah untuk mendapatkan tidur yang cukup setiap malam.

10. Bruksisme

Bruxism (bruksisme) ditandai dengan gerakan menggesekkan gigi pada rahang atas dan bawah secara berlebihan dalam keadaan tak sadar.

Kondisi ini dapat mengakibatkan rasa lelah dan tak nyaman pada otot gigi dan rahang. Bahkan, kondisi ini dapat menyebabkan luka pada bagian gusi jika Anda tidak menghentikannya.

Faktor-faktor yang memicu parasomnia

sleepwalking

Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami parasomnia.

1. Usia

Beberapa parasomnia, seperti berjalan saat tidur dan mengompol, cenderung sering terjadi pada anak-anak. Meski begitu, sebagian anak yang mengalaminya bisa mengatasi kondisi ini. Bila tidak, segeralah hubungi dokter.

2. Faktor genetik

Parasomnia juga bisa terjadi karena adanya faktor keturunan dalam keluarga. Artinya, jika salah satu saudara atau orangtua mengalami kondisi ini, bisa jadi Anda juga mengalami hal yang sama.

3. Stres

Saat berada dalam tekanan atau sedang stres, Anda rentan mengalami kondisi ini. Biasanya, yang sering muncul ialah tidur sambil berjalan. Kondisi ini akan berhenti saat Anda berhasil mengelola stres dengan baik.

4. Post-traumatic stress disorder (PTSD)

Hampir 80% pasien PTSD mengalami mimpi buruk selama tiga bulan lamanya. Oleh sebab itu, Anda akan rentan mengalami gangguan parasomnia ini saat mengalami PTSD.

5. Penggunaan obat-obatan

Mimpi buruk termasuk efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan obat-obatan tertentu. Oleh sebab itu, Anda mungkin saja mengalami parasomnia saat mengonsumsi obat-obatan tersebut.

6. Penyalahgunaan alkohol

Tidur sambil berjalan, night terror, dan jenis parasomnia lainnya mungkin Anda alami jika melakukan penyalahgunaan alkohol. Bahkan, mengonsumsinya juga dapat memperparah gejala parasomnia yang sedang Anda alami.

Bagaimana cara mengatasi parasomnia?

Gejala parasomnia yang bervariasi memerlukan penanganan yang sesuai dengan gejala yang muncul pada masing-masing penderita.

Diagnosis parasomnia akan mempertimbakan riwayat gangguan tidur lain, kondisi medis, penggunaan obat sebelumnya, kondisi kejiwaan, dan penyalahgunaan obat dan alkohol.

Beberapa gangguan yang melibatkan aktivitas REM pada seseorang perlu ditangani dengan pemeriksaan untuk mencari tahu adanya potensi gangguan pada sistem saraf pusat.

Penanganan parasomnia secara serius juga mungkin diperlukan apabila aktivitas akibat parasomnia dapat membahayakan penderita dan orang sekitar.

Di bawah ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk menciptakan lingkungan yang aman ketika mengalami parasomnia.

  • Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
  • Pakai kunci pada pintu kamar tidur.
  • Hilangkan benda yang berpotensi menyebabkan seseorang terjatuh atau tertimpa sesuatu.

Efek parasomnia juga dapat diminimalkan dengan cara berikut.

  • Pastikan memperoleh jam tidur yang baik dan teratur.
  • Konsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter dengan sesuai.
  • Sesuaikan waktu tidur jika Anda memiliki pekerjaan dengan waktu bergantian atau shift.
  • Hindari penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 15/12/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan