Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 kini telah dinyatakan sebagai pandemi karena menimbulkan lebih dari satu juta kasus di seluruh dunia.
Virus yang menyerang sistem pernapasan ini awalnya hanya memunculkan gejala ringan, tetapi pada kasus tertentu dapat mengembangkan komplikasi yang serius. Berikut beberapa gejala yang disebabkan oleh coronavirus, alias COVID-19.
Gejala awal coronavirus (COVID-19)
Menurut CDC, gejala awal yang disebabkan oleh coronavirus, yaitu COVID-19, mirip dengan gejala flu. Mulai dari demam, batuk kering, sakit tenggorokan, hingga pilek.
Akan tetapi, ketika gejala ringan tersebut tidak diobati dengan baik justru akan menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Misal, pneumonia dan infeksi pernapasan berat lainnya.
Selain itu, para ahli menambahkan bahwa gejala dari infeksi novel coronavirus, terutama demam, bisa muncul hanya dalam 2-14 hari setelah terpapar virus. Temuan ini didasarkan pada masa inkubasi MERS-CoV.
Berikut ini beberapa gejala awal yang sangat umum terjadi menjadi indikasi seseorang terjangkit coronavirus COVID-19, yaitu:
1. Demam
Salah satu gejala awal yang paling umum menandakan seseorang terinfeksi coronavirus adalah demam.
Berbeda dengan gejala demam pada orang yang menderita flu biasa, demam pada COVID-19 dapat dilihat berdasarkan dua faktor penting, seperti:
- memiliki riwayat bepergian dari negara atau kota yang terinfeksi
- pernah melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19
Kedua faktor tersebut membuat gejala demam pada flu biasa dengan COVID-19 menjadi berbeda.
Sementara itu, suhu tubuh ketika seseorang menderita demam dapat mencapai 37.2°C. Namun, ketika termometer menunjukkan angka 38°C artinya Anda mengalami demam tinggi.
Normalnya, orang yang terinfeksi coronavirus atau jenis virus berat lainnya membuat mereka sulit melakukan aktivitas tertentu.
Artinya, infeksi virus ini bukan sekadar flu biasa, sehingga gejala demam coronavirus COVID-19 tidak hanya ditandai dengan demam biasa, melainkan juga badan terasa lemas dan sakit. Terlebih lagi, demam pada COVID-19 tidak bisa diturunkan dengan sembarang obat, terutama ibuprofen.
Baru-baru ini, para ahli memperingatkan bahwa penggunaan ibuprofen pada pasien COVID-19 ternyata dapat memperburuk kondisi mereka. Maka itu, demam yang dialami oleh orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 ini disarankan diobati dengan parasetamol.
Gejala coronavirus COVID-19, terutama demam, mungkin terdengar tidak begitu parah. Namun, Anda tidak boleh menyepelekannya. Jika suhu tubuh naik hingga membuat tubuh lemas dan memiliki riwayat bepergian serta melakukan kontak dengan pasien yang positif, segera konsultasikan ke dokter.
[covid_19]
2. Batuk kering
Selain demam, gejala coronavirus COVID-19 lainnya adalah batuk kering. Bagi beberapa orang mungkin sulit membedakan antara batuk kering dan batuk berdahak.
Umumnya, batuk kering tidak menghasilkan lendir atau dahak. Menurut Subinoy Das, MD, spesialis THT di Ohio kepada Health, dibandingkan batuk kering, batuk berdahak memproduksi lendir atau dahak di tenggorokan.
Kondisi ini terjadi ketika seseorang batuk dan merasakan lendir bergerak di bronkus atau tenggorokannya. Suara yang dihasilkan dari batuk kering pun berbeda dengan batuk berdahak. Jika Anda mengalami batuk kering, biasanya akan meninggalkan rasa geli di belakang tenggorokan.
COVID-19 Menyebar Lewat Droplet Bukan Udara, Ini Penjelasannya
Walaupun tidak terasa sakit, sensasi yang tidak menyenangkan tersebut dapat membuat Anda batuk dengan suara keras karena berusaha untuk mengeluarkan dahak. Akibatnya, tidak jarang kebiasaan ini melukai tulang rusuk atau otot interkostal.
Satu hal yang perlu Anda ingat bahwa batuk kering dapat menjadi gejala dari penyakit lainnya, tidak hanya coronavirus COVID-19. Misal, asma, alergi, bronkitis, hingga pilek biasa.
Apabila batuk tidak kunjung sembuh meskipun sudah berusaha diobati dan disertai dengan demam, silakan konsultasikan dengan dokter atau menjalani tes COVID-19.
3. Sesak napas
Sesak napas adalah gejala umum lainnya yang dapat menandakan seseorang terjangkit coronavirus COVID-19.
Dilansir dari American Lung Association, sesak atau kesulitan bernapas memiliki sensasi seperti tidak mendapatkan udara yang cukup atau dalam dunia medis dikenal sebagai dispnea.
Bagi Anda yang sulit bernapas mungkin mengalami dada yang terasa ditekan atau perasaan tercekik.
Sebenarnya, ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang sama dengan COVID-19. Pada sebagian besar penyakit, sesak napas disebabkan oleh kondisi jantung dan paru-paru.
Kedua organ ini terlibat dalam membawa oksigen ke tubuh dan menghilangkan karbondioksida di dalamnya. Kondisi ini sering terjadi pada beberapa penyakit, seperti:
- asma
- reaksi alergi
- serangan jantung dan gagal jantung
- detak jantung tidak normal
- pneumonia
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melihat apakah Anda mengalami sesak napas atau tidak. Misal, memperhatikan seberapa baik Anda bernapas sambil berbicara atau ketika sedang duduk atau menonton TV merasa tidak mendapatkan udara yang cukup hingga merasa sesak.
Apabila Anda merasa sesak napas dan merasa ini bagian dari gejala coronavirus COVID-19, cobalah untuk benar-benar memperhatikan tanda-tandanya.
Pasalnya, saat ini bukan ide yang bagus mendatangi rumah sakit ketika tidak berada dalam situasi darurat karena justru di sana Anda berisiko terinfeksi virus.
Jika Anda sulit bernapas tetapi masih merasa baik-baik saja, cobalah untuk memanggil dokter ke rumah atau konsultasi lewat aplikasi daring.
Umumnya, seseorang dapat memenuhi syarat tes COVID-19 jika merasakan gejala lain yang berhubungan gangguan pernapasan, seperti demam, batuk kering, dan sakit tenggorokan.
Terlebih lagi, ketika Anda berada di wilayah yang jumlah kasus infeksi virusnya cukup tinggi atau pernah berkontak langsung dengan pasien positif.
Gejala lain dari coronavirus COVID-19
Ketiga gejala awal di atas memang dapat didiagnosis sebagai penyakit lainya, tidak hanya coronavirus COVID-19. Walaupun demikian, Anda juga tidak boleh meremehkan beberapa tanda di atas karena ketika diobati dengan benar justru akan mengembangkan komplikasi yang cukup serius.
Beberapa gejala di bawah ini mungkin terjadi pada beberapa orang saja dibandingkan tanda-tanda di atas, tetapi bisa dikategorikan sebagai COVID-19:
Berkurangnya kemampuan indera penciuman
Pernahkah saat pilek dan hidung lendir ingus, kemampuan indera penciuman Anda berkurang alias sulit mendeteksi bau? Baru-baru ini, berkurangnya kemampuan indera penciuman atau anosmia disebut-sebut sebagai salah satu gejala dari coronavirus COVID-19.
Pernyataan tersebut tidak begitu mengejutkan karena infeksi virus adalah penyebab utama hilangnya kemampuan indera penciuman, termasuk virus SARS-CoV-2.
Selain itu, kondisi ini juga membantu para dokter untuk mendiagnosis pasien yang tidak memiliki gejala terkait COVID-19 dan tanpa sadar menularkannya kepada orang lain.
Para ahli dari Inggris kepada Harvard Health Publishing menyatakan bahwa dua dari tiga kasus COVID-19 di Jerman telah dikonfirmasi mengalami kesulitan membaui sesuatu.
Selain itu, peristiwa yang sama terjadi di Korea Selatan, yaitu 30% orang yang memiliki gejala ringan dan positif terinfeksi COVID-19 mengalami anosmia sebagai gejala utama.
Walaupun demikian, hilangnya kemampuan mendeteksi bau bisa saja bukan gejala coronavirus COVID-19. Ada beberapa penyakit lainnya yang menyebabkan anosmia, seperti alergi.
Sampai saat ini para ahli sedang mencoba melakukan penelitian untuk melihat apa hubungannya anosmia dengan penyakit COVID-19. Hal ini bertujuan agar dokter lebih mudah membedakan kehilangan kemampuan mencium bau akibat COVID-19 dengan alergi.
Diare
Sebenarnya, gejala coronavirus COVID-19 yang ditandai dengan diare awalnya tidak begitu umum sampai penelitian dari Tiongkok mematahkan pernyataan tersebut.
Sekitar seperempat pasien COVID-19 mengikuti penelitian tersebut dan menunjukkan bahwa mereka mengalami diare dengan gejala yang ringan.
Kkebanyakan dari pasien tersebut akhirnya mencari perawatan medis lebih lambat dibandingkan mereka yang mengalami gejala gangguan pernapasan. Akibatnya, mereka mungkin tidak menyadari telah menginfeksi orang lain karena merasa gejalanya tidak berkaitan dengan infeksi SARS-CoV-2.
Para ahli juga menekankan bahwa ada banyak penyakit yang memiliki kemiripan dengan COVID-19 dan dapat memicu gangguan pencernaan. Misal, diare, mual, muntah, atau nafsu makan berkurang drastis mungkin saja tidak berasal dari virus baru ini.
Namun, tidak ada salahnya untuk melakukan karantina diri jika mengalami diare. Terlebih lagi ketika Anda kemungkinan besar melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19.
Coronavirus COVID-19 dapat menular tanpa gejala
Lantas, bagaimana dengan orang yang tidak mengalami gejala terkait coronavirus COVID-19 tetapi masih dapat menularkannya dengan orang lain?
Sebenarnya, kondisi ini justru yang perlu mendapat perhatian penuh karena menjadi salah satu penyebab mengapa penyebaran virus terjadi dengan cepat dan banyak.
Penularan tanpa gejala atau asimptomatik tidak hanya terjadi di Tiongkok, melainkan terjadi di hampir sebagian besar negara yang terinfeksi. Bahkan, penularan yang satu ini menyumbang sekitar 85% kasus dari total infeksi saat wabah baru saja dimulai.
Walaupun demikian, hal ini mungkin terjadi karena adanya masa inkubasi. Akibatnya, mereka yang merasa sehat ketika baru saja terinfeksi tidak perlu melakukan isolasi diri, sehingga tingkat penularan meningkat dengan cepat.
Studi: Pasien Bisa Positif COVID-19 Meski Tak Ada Gejala dan Lolos Karantina
Maka itu, ketika Anda tidak mengalami gejala terkait coronavirus, bukan berarti tubuh kebal terhadap infeksi virus tersebut. Terlebih lagi, jika Anda pernah berkontak langsung dengan pasien positif COVID-19 atau berada di wilayah dengan jumlah kasus infeksi yang tinggi.
Agar dapat menekan penularan virus yang bisa disebabkan oleh mereka yang tidak menunjukkan gejala, physical distancing pun perlu dilaksanakan.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Apabila Anda mengalami gejala coronavirus COVID-19 atau pernah berkontak dengan orang yang sudah didiagnosis terinfeksi virus ini, segera hubungi dokter atau klinik terdekat.
Jangan lupa untuk memberitahu mereka tentang gejala dan kemungkinan penularan sebelum pergi ke sana. Upayakan sebisa mungkin untuk menjaga jarak dengan pasien positif atau melakukan physical distancing.
Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.