Demensia atau adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengingat, berpikir, berbicara, dan bertingkah laku. Umumnya, penyakit ini menyerang lansia di atas usia 65 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan orang yang berusia muda juga bisa terkena penyakit ini. Lantas, tahukah Anda apa saja penyebab dari penyakit demensia alias penyakit pikun? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini.
Apa saja penyebab demensia (penyakit pikun)?
Demensia umumnya disebabkan oleh kerusakan atau hilangnya sel saraf yang ada di otak. Lebih jelasnya, menurut laman National Health Service yang berpusat di Inggris menyebutkan berbagai penyebab penyakit demensia sesuai dengan jenis-jenisnya.
Penyebab penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah salah satu tipe demensia yang paling umum. Penyebab dari penyakit ini adalah adanya gangguan pada dua protein di otak, yaitu amiloid atau tau. Endapan amiloid yang disebut plak, akan menumpuk di sekitar sel otak dan membentuk kekusutan di dalam sel otak.
Kemudian, protein tau yang gagal bekerja dengan normal juga bisa mengganggu kerja sel-sel otak (neuron), dan melepaskan serangkaian zat beracun. Kondisi tersebut pada akhirnya akan menyebabkan kerusakaan dan mematikan sel-sel otak.
Biasanya, bagian otak yang sering terpengaruh oleh penyakit ini adalah hipokampus, yang tugasnya bertanggung jawab untuk mengatur memori. Itulah sebabnya, gejala penyakit Alzheimer yang palin awal terjadi adalah mudah lupa atau hilang ingatan.
Penyebab demensia vaskular
Demensia vaskular terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Padahal, sel saraf di otak membutuhkan oksigen dan nutrisi dari darah untuk tetap bekerja optimal. Ketika suplai darah ke otak berkurang, fungsi sel saraf menjadi kurang baik dan akhirnya mati.
Nah, berkurangnya aliran darah ke otak ini dapat terjadi oleh berbagai hal, di antaranya:
- Terjadi penyempitan pembuluh darah kecil jauh di dalam otak. Kondisi ini dikenal dengan sebutan demensia vaskular subkortikal yang rentan menyerang perokok, diabetesi, atau pengidap hipertensi (tekanan darah tinggi).
- Memiliki penyakit stroke, yakni kondisi suplai darah ke bagian otak tiba-tiba terputus, biasanya akibat penggumpalan darah. Kondisi ini dikenal dengan demensia pascastroke.
Penyebab dementia lewy body
Penyebab dari jenis penyakit pikun ini adalah adanya gumpalan kecil protein alpha-synuclein yang dapat berkembang di dalam sel otak. Gumpalan ini mengganggu kinerja sel bekerja dan berkomunikasi satu sama lain, dan membuat sel akhirnya mati.
Jenis demensia ini berkaitan erat dengan penyakit Parkinson, yang sering kali membuat pasien juga mengalami gejala kesulitan bergerak dan sering kali jatuh.
Penyebab demensia frontotemporal
Orang yang terkena penyakit demensia ini biasanya berusia lebih muda, yakni sekitar 45 hingga 65 tahun. Penyebabnya adalah penggumpalan protein tidak normal, termasuk protein tau di bagian lobus frontal (depan) dn temporal (samping) otak.
Penggumpalan protein menyebabkan kerusakan sel saraf dan akhir mematikan sel otak. Akhirnya, ukuran otak akan menyusut. Jenis demensia ini sangat mungkin terjadi dalam keluarga karena adanya faktor genetik tertentu yang diwariskan.
Penyebab demensia lainnya
Pada kasus yang sangat jarang, penyebab demensia dikaitkan dengan berbagai kondisi langka, seperti:
- Penyakit Huntington (kondisi yang membuat fungsi otak bekerja tidak baik seiring waktu).
- Degenerasi kortokobasal (kondisi langka yang menyebabkan gangguan pada gerakan tubuh, ucapan, ingatan, dan kemampuan menelan yang memburuk secara bertahap).
- Kelumpuhan supranuklear progresif (kondisi langka yang menyebabkan masalah pada keseimbangan tubuh, gerakan tubuh, penglihatan, dan kemampuan untuk berbicara).
Penyebab meningkatnya risiko deensia (penyakit pikun)
Selain penyebab, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit demensia di kemudian hari, di antaranya adalah:
1. Usia
Demensia telah lama dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif otak sebagai efek samping penuaan alami. Itu sebabnya semakin tua usia Anda, semakin besar risiko Anda mengalami demensia.
Penuaan tidak hanya menyebabkan keriput di wajah dan uban di rambut kepala Anda, tapi juga melemahkan sistem kekebalan tubuh dan kemampuannya untuk memperbaiki sel-sel yang rusak — termasuk sel-sel saraf di otak.
Usia tua juga menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah segar tidak lagi seoptimal dulu. Otak yang tidak mendapatkan cukup darah segar lama-lama bisa mengalami penyusutan, yang kemudian memengaruhi fungsinya.
Faktor-faktor inilah yang diduga kuat memengaruhi risiko seseorang mengalami demensia di usia senja.
2. Aktif merokok dan minum alkohol berlebihan
Penelitian dalam Jurnal Plos One tahun 2015 menunjukan bahwa perokok aktif berisiko hingga 30% lebih tinggi untuk mengalami demensia daripada non-perokok. Semakin lama Anda terbiasa merokok dan semakin banyak batang rokok yang Anda habiskan, maka risiko demensia ikut meningkat.
Merokok dapat merusak pembuluh darah tubuh, mengganggu sirkulasi darah, dan meningkatkan risiko Anda terhadap penyakit jantung. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab kenapa perokok lebih mungkin untuk mengalami demensia (penyakit pikun) daripada orang yang tidak merokok.
Tidak hanya kebiasaan merokok, minum alkohol yang berlebihan juga bisa jadi penyebab tingginya risiko penyakit pikun. Ini karena zat yang terkandung dalam alkohol dalam jumlah besar kemungkinan bisa menyebabkan peradangan pada sel-sel tubuh.
3. Mewarisi gen tertentu
Gen tertentu yang diwarisi dari orangtua bisa menjadi penyebab tingginya risiko penyakit pikun atau demensia. Penelitian menemukan beberapa gen pemicu penyakit pada otak ini, yaitu Presenilin 1 (PSEN1), Presenilin 2 (PSEN2), dan gen Amyloid Precursor Protein (APP).
Gen ini bertindak untuk mempengaruhi pemrosesan protein di otak, yang menyebabkan penyakit Alzheimer menyebabkan pembentukan protein abnormal.
4. Penyakit yang Anda alami
Ada banyak penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya demensia, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson, hingga gangguan peredaran darah (stroke dan aterosklerosis) yang bisa disebabkan oleh kolesterol tinggi.
Penumpukan plak kolesterol dapat mempersempit pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah ke otak. Ini dapat merusak kemampuan sel otak untuk berfungsi dengan baik dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel-sel otak.
Diabetes pun ternyata memiliki andil terhadap peningkatan risiko demensia, yang seringnya tidak disadari. Sama seperti kolesterol tinggi, diabetes yang tidak terkontrol lama-lama dapat merusak pembuluh darah, termasuk pembuluh darah yang mengarah ke otak, juga dan saraf-saraf yang ada di otak.
Di samping itu, penyakit kejiwaan seperti depresi juga bisa menurunkan kesehatan otak dan sleep apnea juga bisa meningkatkan risiko terjadi stroke yang berkaitan dengan demensia.
5. Malas berolahraga
Penyebab lain yang bisa meningkatkan risiko demensia atau penyakit pikun adalah malas olahraga. Pasalnya, minim waktu berolahraga dapat meningkatkan risiko Anda terhadap berbagai penyakit kronis yang memengaruhi fungsi otak.
Misalnya saja, penyakit jantung, gangguan sirkulasi darah, perut buncit dan obesitas, hingga diabetes — semua hal ini merupakan faktor risiko dari demensia. Jadi, jika Anda selama ini selalu menunda-nunda untuk mulai olahraga, ada baiknya untuk segera bulatkan niat dan mulai rencanakan jadwal olahraga Anda.
6. Pola makan tidak sehat
Pola makan Anda selama ini secara tidak langsung juga ikut jadi penyebab meningkatnya risiko demensia di masa depan. Kebanyakan makan makanan berlemak, yang terlalu banyak garam, juga terlalu banyak asupan gula dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang memengaruhi kesehatan jantung, pembuluh darah, dan otak.
Di samping itu, pola makan yang buruk juga bisa menyebabkan rendahnya kadar vitamin D, vitamin B-6, vitamin B-12 dan folat yang dapat memicu penyakit pikun di kemudian hari.
7. Sering berpikir negatif
Sebuah studi terbaru menemukan bahwa berpikiran negatif yang berulang-ulang dikaitkan dengan penurunan kognitif dan meningkatkan simpanan kandungan protein penyebab penyakit Alzheimer yang merupakan penyebab demensia paling umum.
“Berpikir negatif berulang dapat menjadi faktor risiko baru untuk demensia,” ujar Natalie Marchant, psikolog sekaligus peneliti senior di departemen kesehatan mental di University College London. Ini termasuk kecenderungan berpikir negatif (khawatir) tentang masa depan atau perenungan negatif tentang masa lalu.
[embed-health-tool-bmi]