backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Aphantasia, Saat Pikiran Jadi "Buta" dan Tak Bisa Membayangkan Apapun

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 10/07/2021

    Aphantasia, Saat Pikiran Jadi "Buta" dan Tak Bisa Membayangkan Apapun

    Pernahkah Anda membayangkan sesuatu di pikiran Anda, seperti berjalan-jalan di tengah padang bunga sambil menikmati sejuknya embusan angin atau memenangkan undian senilai puluhan juta? Berimajinasi membayangkan hal membahagiakan yang menjadi impian Anda mungkin menjadi salah satu kegiatan favorit Anda. Namun, tahukah Anda bahwa tidak semua orang diberikan kemampuan tersebut? Ya, kondisi ini disebut aphantasia.

    Apa itu aphantasia?

    Aphantasia adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu menciptakan gambar atau bayangan secara visual dalam pikirannya. Seseorang dengan kondisi ini sering disebut tidak memiliki “mata pikiran” atau “mind’s eye“.

    Perlu Anda ketahui, mata pikiran yang ada di dalam otak seperti layar yang mempertunjukkan sebuah rangkaian kegiatan yang Anda bayangkan. Mata pikiran ini berkontribusi pada fungsi kognitif Anda, termasuk memori masa lalu, peristiwa masa depan, hingga mimpi.

    Dengan memiliki mata pikiran, Anda dapat mengenang kembali masa lalu dan dapat membayangkan peristiwa yang akan terjadi. Adapun hal tersebut dapat membantu seseorang untuk membuat perencanaan serta berperan dalam pengambilan keputusan.

    Sementara seseorang yang tidak memiliki mata pikiran tidak mampu melakukan hal tersebut. Ia sulit untuk membayangkan orang, benda, atau suatu peristiwa yang pernah dilihat, dialami, dan yang akan direncanakan.

    Meski demikian, orang dengan kondisi ini masih dapat mendeskripsikan objek yang dilihatnya dan mengungkapkan fakta yang ia ketahui tentang objek tersebut. Misalnya, ketika ingin menulis tentang suatu peristiwa, ia tidak membayangkan peristiwa tersebut di pikirannya, tetapi ia melihat foto atau gambar untuk membantu mendeskripsikan peristiwa tersebut.

    Selain itu, perlu Anda ketahui pula, aphantasia bukanlah sebuah kecacatan fisik atau tanda penyakit tertentu. Namun, ini merupakan sebuah kelainan neurologis (sistem saraf) yang memengaruhi otak. Adapun kondisi ini terbilang langka karena hanya memengaruhi 1-5 persen dari populasi dunia.

    Apa tanda-tanda seseorang mengidap aphantasia?

    Tanda-tanda utama dari aphantasia adalah tidak dapat membayangkan secara visual di dalam pikiran. Kebanyakan orang menyadari kondisi ini saat remaja atau berusia dua puluhan. Saat itu, ia baru menyadari bahwa orang lain dapat membayangkan suatu hal melalui mata pikirannya, sedangkan ia tidak bisa.

    Adapun gejala dan tanda-tanda yang khas pada penderita aphantasia adalah:

    • Memiliki masalah dengan memori, seperti sulit mengenang peristiwa masa lalu atau mengingat hal-hal sehari-hari, seperti jumlah jendela yang ada di rumah.
    • Cenderung menggunakan cara atau indera lain untuk mendeskripsikan atau mengingat sesuatu.
    • Tidak mampu merancang atau membayangkan peristiwa untuk masa depan.
    • Sulit mengenali wajah.
    • Penurunan citra yang melibatkan indera lain seperti suara atau sentuhan.
    • Jarang bermimpi.

    Meski demikian, umumnya penderita kondisi ini masih dapat menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan baik. Namun dalam beberapa waktu, beberapa orang dengan kondisi ini bisa merasa frustasi atau tertekan ketika tidak mampu mengingat dan membayangkan wajah orang yang mereka cintai, terutama setelah orang tersebut meninggal dunia.

    Apa yang menyebabkan seseorang mengalami aphantasia?

    Para ahli tidak mengetahui pasti apa penyebab dari aphantasia. Umumnya, kondisi ini merupakan kelainan bawaan atau yang sudah muncul sejak seseorang lahir. Penderitanya pun cenderung tidak menunjukkan tanda apapun sejak masih kecil sampai ia sendiri menyadarinya.

    Meski demikian, beberapa penelitian mengungkapkan, ada kerusakan fisik di bagian otak korteks serebral pada penderita kondisi ini. Adapun bagian otak ini terdiri dari empat lobus (frontal, parietal, oksipital, dan temporal) yang bertanggung jawab dalam banyak kemampuan tubuh. Ini termasuk berpikir, mengingat, berbicara, memproduksi dan memahami bahasa, merencanakan, pemecahan masalah, hingga aktivitas melamun atau berimajinasi.

    Bagian otak ini juga memproses informasi sensorik, seperti rasa, suhu, bau, pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Oleh karena itu, di bagian otak inilah proses visual seseorang terjadi, sehingga orang bisa membayangkan bentuk, rasa, rupa, bau, sebagai bagian dari efek visualisasi tersebut.

    Akibat kerusakan pada korteks serebral tersebut, orang dengan aphantasia tidak mampu berimajinasi dan membayangkan sesuatu secara visual. Adapun kerusakan pada otak ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti cedera otak.

    Selain itu, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Brain Sciences pada 2020 menunjukkan, seseorang juga mungkin mengembangkan kondisi ini setelah mengalami stroke. Ini umumnya terjadi karena stroke memengaruhi area otak yang disuplai oleh arteri serebral posterior.

    Selain itu, gangguan mental pun seringkali terkait dengan kondisi ini. Ini termasuk depresi dan gangguan kecemasan. Meski demikian, butuh penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

    Bagaimana cara mengobati aphantasia?

    Penelitian mengenai kondisi ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, masih belum jelas apakah ada cara tertentu yang dapat mengobati aphantasia dan mampu meningkatkan kemampuan penderitanya dalam membuat gambaran visual di otak.

    Meski demikian, berkaca pada penelitian tahun 2017, ada terapi yang mungkin bisa digunakan oleh penderita kondisi ini untuk meningkatkan kemampuan imajinasinya. Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:

    • permainan kartu memori,
    • melakukan aktivitas mengingat pola,
    • berkegiatan yang membutuhkan deskripsi objek dan pemandangan luar ruangan,
    • permainan dengan teknik afterimage,
    • serta melakukan aktivitas komputer yang menggunakan pengenalan gambar.

    Lebih lanjut pada penelitian itu menjelaskan, seseorang yang mendapat terapi tersebut selama satu jam dalam 18 minggu mampu memvisualisasikan dengan lebih baik sebelum ia tertidur. Namun, ia merasa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, butuh penelitian lebih lanjut mengenai pengobatan yang tepat untuk penderita aphantasia dan berapa lama perawatan ini perlu dilakukan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 10/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan