Demam pada dasarnya merupakan cara tubuh untuk melawan infeksi. Namun, kondisi ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang mengganggu kenyamanan seperti perasaan kedinginan, menggigil, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan. Untuk mengatasinya, biasanya dokter menyarankan Anda untuk mengonsumsi paracetamol.
Golongan obat: analgesik non-opioid
Merek dagang: Iprox, Panadol, Sanmol, Tempra, Sanaflu Forte
Apa itu obat paracetamol?
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang dapat digunakan untuk menurunkan demam dan mengobati rasa sakit dengan intensitas ringan hingga sedang.
Beberapa masalah yang dapat diatasi dengan konsumsi parasetamol termasuk sakit kepala, sakit gigi, keseleo, demam, dan gejala flu lainnya.
Mekanisme kerja obat parasetamol belum diketahui secara pasti. Namun kemungkinan besar, obat ini bekerja dengan memblokir pembawa pesan kimia di otak yang memberi tahu rasa sakit dan memengaruhi sinyal kimiawi di area otak yang mengatur suhu tubuh.
Biasanya, obat paracetamol akan memakan waktu selama satu jam setelah konsumsi untuk mulai bekerja. Efeknya dapat bertahan selama beberapa jam.
Dosis obat paracetamol
Paracetamol tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, tablet larut, supositoria, dan suntikan yang diberikan ke pembuluh darah (biasanya hanya digunakan di rumah sakit).
Dosis yang diberikan bergantung pada usia, berat badan, dan kondisi pasien.
Dilansir dari Drugs, berikut adalah dosis parasetamol secara umum berdasarkan kondisi yang ingin ditangani.
1. Demam
- Dewasa: dua kapsul atau tablet 500 mg, diminum setiap 4—6 jam sekali, dosis maksimal per hari adalah 4000 mg.
- Anak-anak 12 tahun ke atas: 325—650 mg, diminum setiap 4-6 jam sekali atau 1000 mg setiap 6—8 jam sekali.
- Anak-anak <12 tahun: sediaan sirup 120—500 mg, diminum setiap 4-6 jam sekali, maksimal 4 dosis dalam sehari.
- Bayi 1-2 bulan: sediaan drop sebanyak 30—60 mg, diminum setiap 8 jam sekali.
2. Nyeri
- Dewasa: dua tablet 500 mg, diminum setiap 4—6 jam sekali, dosis maksimal per hari adalah 4000 mg.
- Anak-anak di atas 12 tahun: 325—650 mg per dosis, diminum setiap 4—6 jam sekali.
- Anak-anak <12 tahun: sediaan sirup 120—500 mg, diminum setiap 4—6 jam sekali, maksimal 4 dosis dalam sehari.
- Bayi 1-2 bulan: sediaan drop sebanyak 30—60 mg, diminum setiap 8 jam sekali.
Untuk sediaan bentuk lain seperti infus dan suppositoria (melalui anus), dosis akan ditentukan dan diberikan langsung oleh dokter menyesuaikan dengan kondisi pasien.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. Selalu konsultasi pada dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan.
Aturan pakai obat paracetamol
Pastikan Anda menggunakan parasetamol sesuai dengan anjuran dokter atau aturan yang tertera pada kemasan.
Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa berkonsultasi terelbih dahulu. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan efek samping yang serius untuk tubuh.
Obat cukup ditelan seperti biasanya. Perlu Anda ketahui, obat parasetamol hanya boleh digunakan dalam jangka waktu pendek.
Apa pun jenis yang digunakan, pastikan untuk menggunakannya secara teratur sesuai resep yang diberikan. Meski Anda sudah merasa lebih baik, jangan hentikan pemakaian obat.
Apabila Anda melupakan satu dosis obat ini, minum sesegera mungkin. Namun bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa.
Jangan menggandakan dosis dalam satu kali minum karena berisiko mengalami overdosis.
Bila demam tidak menurun setelah tiga hari menggunakan obat atau muncul gejala baru setelah minum obat, hentikan penggunaannya dan segera hubungi dokter.
Efek samping obat paracetamol
Obat parasetamol jarang menimbulkan efek samping. Namun bila ada, beberapa efek sampingnya dapat meliputi:
- reaksi alergi pada orang-orang yang memiliki sensitivitas terhadap salah satu kandungan zat dalam obat, seperti ruam kulit dan pembengkakan,
- tekanan darah rendah,
- detak jantung lebih cepat,
- kelainan darah seperti jumlah sel darah putih yang terlalu rendah atau jumlah sel trombosit yang terlalu rendah, serta
- kerusakan hati dan ginjal bila Anda mengonsumsi paracetamol dalam dosis yang terlalu banyak.
Hentikan penggunaan obat dan hubungi dokter jika terjadi efek samping paracetamol yang tergolong serius, seperti:
- mual,
- sakit perut bagian atas,
- gatal-gatal,
- kehilangan nafsu makan,
- urine berwarna gelap,
- feses berwarna pucat, dan
- kuning pada kulit dan mata.
Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Peringatan dan perhatian saat pakai obat paracetamol
Parasetamol sebenarnya adalah obat yang cukup aman diminum oleh semua orang. Oleh karena itu, obat parasetamol kerap menjadi pilihan pertama untuk mengatasi demam dan nyeri.
Kendati demikian, ada beberapa orang yang harus berhati-hati saat menggunakan obat, seperti:
- orang-orang yang pernah memiliki reaksi alergi terhadap parasetamol atau obat lain di masa lalu,
- memiliki masalah hati atau ginjal,
- memiliki kebiasaan minum alkohol,
- sedang minum obat epilepsi,
- sedang menjalani pengobatan tuberkulosis, dan
- mengonsumsi obat-obatan pengencer darah.
Bila Anda termasuk dalam salah satu golongan tersebut, Anda harus berkonsultasi kepada dokter sebelum mulai menggunakan parasetamol. Dokter mungkin akan memberikan alternatif obat lain atau menyesuaikan dosisnya.
Bagaimana cara menyimpan obat paracetamol?
Obat paling baik disimpan pada suhu ruangan dan tempat yang kering.
Jauhkan dari paparan cahaya langsung dan tempat yang gelap. Jangan disimpan di kamar mandi dan jangan dibekukan.
Merek lain dari obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan obat pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Jangan membuang obat-obatan sembarangan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman membuang obat Anda.
Apakah obat paracetamol aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Biasanya penggunaan paracetamol untuk ibu hamil cenderung aman selama penggunaannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Paracetamol dapat digunakan selama kehamilan jika diperlukan secara klinis dengan dosis efektif terendah dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Untuk ibu menyusui, ada kemungkinan parasetamol dapat mengalir dalam ASI, tetapi hanya dalam jumlah yang sedikit.
Meski demikian, penggunaan parasetamol sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter supaya keamanannya lebih terjamin.
Interaksi obat paracetamol dengan obat lain
Interaksi obat adalah kondisi di mana kombinasi obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kinerja atau meningkatkan efek samping dari salah satu atau kedua obat. Hal ini juga dapat terjadi pada penggunaan parasetamol.
Penggunaan paracetamol dengan obat-obat yang terlampir tidak direkomendasikan, tapi mungkin perlu diresepkan oleh dokter pada beberapa kasus.
Apabila kedua obat diresepkan bersamaan, dokter Anda mungkin akan mengganti dosisnya atau seberapa sering penggunaan obat satu atau lainnya.
Beberapa golongan obat-obatan tersebut termasuk:
- obat lain yang mengandung parasetamol,
- obat-obatan untuk mengatasi epilepsi dan beberapa jenis nyeri seperti carbamazepine,
- colestyramine yang berfungsi untuk mengurangi rasa gatal akibat sirosis bilier primer,
- perawatan kanker tertentu seperti obat imatinib dan busulfan,
- obat antijamur seperti ketoconazole,
- obat diabetes tipe 2 seperti metoclopramide,
- fenobarbital, fenitoin, dan primidon untuk mengedalikan kejang, serta
- warfarin untuk mencegah pembekuan darah.
Dokumen ini tidak menyertakan semua interaksi obat yang dapat terjadi. Simpan daftar produk yang Anda gunakan, termasuk obat-obatan resep/nonresep dan obat herbal, serta beri tahu dokter dan apoteker Anda.
Mungkin ada obat lainnya yang bisa berinteraksi dengan obat ini. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
[embed-health-tool-bmi]