backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Cara Karantina Diri Sendiri di Rumah untuk Cegah Penularan COVID-19

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 01/11/2022

    Cara Karantina Diri Sendiri di Rumah untuk Cegah Penularan COVID-19

    Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

    COVID-19 telah menginfeksi ratusan ribu orang dari 109 negara sejak kemunculannya pada akhir 2019. Guna mencegah penyebaran lebih lanjut, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan cara karantina diri yang bisa dilakukan tiap orang di rumah masing-masing, terutama bagi mereka yang menunjukkan gejala COVID-19.

    Salah satu kesalahan yang memperburuk wabah COVID-19 yakni tidak mengkarantina diri sendiri ketika wabah merebak. Padahal, karantina dengan cara yang tepat sangat penting untuk mencegah penularan COVID-19. Karantina juga membantu melindungi orang yang sehat dan menunjang kesembuhan bagi orang yang terjangkit penyakit.

    Siapa yang memerlukan karantina diri saat wabah COVID-19?

    obh combi plus

    Karantina adalah pemisahan dan pembatasan gerak orang-orang sehat yang mungkin terpapar penyakit menular. Karantina dilakukan karena orang-orang tersebut bisa jadi telah terpapar kuman tapi tidak menyadarinya atau tidak menunjukkan gejala apa pun.

    CDC menyarankan agar tiap orang yang berisiko terjangkit COVID-19 menerapkan cara karantina diri. Orang-orang yang berisiko adalah mereka yang menunjukkan gejala, memiliki hasil positif COVID-19, atau baru pulang dari negara yang terkena wabah ini.

    Melalui karantina, para tenaga kesehatan dapat memantau orang-orang yang berisiko dan menentukan apakah mereka betul-betul terjangkit COVID-19. Karantina juga akan mencegah interaksi antara orang sakit dengan orang yang sehat sehingga penyakit tidak semakin menyebar luas.

    Karantina sering kali dikaitkan dengan isolasi, tetapi perlu diketahui bahwa keduanya berbeda. Isolasi dilakukan untuk memisahkan orang sakit dari orang yang sehat. Pasien yang diisolasi biasanya juga menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

    Tidak seperti isolasi yang lebih ketat, karantina guna mencegah penularan COVID-19 dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana. Anda bahkan dapat melakukannya di lingkungan rumah, baik sendirian ataupun dengan keluarga, tergantung siapa saja yang terpapar.

    [covid_19]

    Cara melakukan karantina diri untuk mencegah COVID-19

    flu batuk pilek

    Karantina dan isolasi sama-sama terbukti efektif melindungi masyarakat dari paparan penyakit. Namun, agar karantina dapat memberikan hasil optimal, setiap orang perlu menerapkannya dengan cara yang tepat.

    CDC menjabarkan beberapa cara melakukan karantina diri bagi Anda yang berisiko tertular. Berikut di antaranya:

    1. Membatasi kontak dengan orang lain dan hewan peliharaan

    Sedapat mungkin, batasi kontak dekat dengan semua orang di luar maupun di dalam rumah Anda. Jika Anda tinggal bersama keluarga, tidurlah di kamar yang berbeda dan gunakan kamar mandi yang berbeda bila memungkinkan.

    Jangan izinkan orang lain mengunjungi Anda untuk sementara, kecuali terdapat urusan penting yang membuatnya harus berada di rumah Anda. Jangan pergi ke luar rumah, kecuali Anda harus memperoleh perawatan atau obat-obatan dari rumah sakit.

    Belum ada laporan terkait penularan COVID-19 lewat hewan peliharaan. Namun, Anda tetap perlu membatasi kontak dengan hewan hingga terdapat informasi lebih lanjut. Jika Anda harus menyentuh hewan peliharaan, gunakan masker dan cuci tangan lebih dulu.

    2. Membersihkan perabotan di rumah

    Meskipun Anda sedang melakukan karantina diri, virus COVID-19 tetap bisa menular dengan cara menempel pada perabotan di rumah. Maka dari itu, pastikan Anda rutin membersihkan permukaan perabot maupun barang-barang yang sering disentuh.

    Bersihkan permukaan meja dan kursi, kenop pintu, pegangan tangga, serta perabotan rumah Anda dengan kain lap dan cairan desinfektan yang sesuai. Bersihkan pula permukaan perabot yang mungkin terpapar cairan tubuh, darah, atau feses seperti toilet.

    COVID-19

    3. Mencuci tangan secara rutin

    Cuci tangan Anda menggunakan air mengalir dan sabun setidaknya selama 20 detik, terutama sebelum makan dan menyiapkan makanan. Anda juga perlu mencuci tangan setelah batuk, bersin, membersihkan hidung dari lendir, dan memakai kamar mandi.

    Air dan sabun sudah cukup untuk menjaga tangan tetap bersih. Jika tidak ada sabun, gunakan hand sanitizer yang mengandung sedikitnya 60 persen alkohol. Pastikan tangan Anda selalu bersih sebelum menyentuh mata, hidung, dan mulut.

    4. Jangan berbagi barang pribadi dengan orang lain

    COVID-19 menular lewat droplet, atau percikan cairan tubuh yang mengandung partikel virus. Apabila Anda berbagi barang pribadi dengan orang lain, droplet mungkin akan menempel pada barang tersebut dan berpindah ke anggota keluarga yang sehat.

    Oleh sebab itu, hindari berbagi peralatan makan dan minum, alat makan, handuk, dan selimut dengan orang lain di rumah Anda. Usai menggunakan barang-barang tersebut, segera cuci bersih dengan air dan sabun cuci.

    Guna mencegah penyebaran COVID-19, Anda sebaiknya melakukan cara karantina diri tersebut selama setidaknya dua minggu. Setiap kasus COVID-19 akan berbeda, jadi pastikan Anda juga memantau gejala yang muncul selama mengkarantina diri.

    Efek Coronavirus COVID-19 Pada Lansia, Ibu Hamil hingga Anak

    Segera periksakan diri Anda ke rumah sakit bila Anda mengalami sesak napas atau gejala menjadi semakin parah. Sebelum mendatangi rumah sakit, hubungi pihak rumah sakit terlebih dulu untuk memberitahu bahwa Anda mungkin terjangkit COVID-19.

    Untuk mengetahui apakah Anda tertular COVID-19 atau tidak, Anda bisa melakukan tes COVID-19 di penyedia layanan tes PCR atau antigen. Cari penyedia layanan yang terdekat dari lokasi Anda dan booking layanannya melalui Hello Sehat.

    Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 01/11/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan