Deteksi dini sangat penting untuk mencegah ataupun mengobati kanker serviks sebelum berkembang lebih lanjut. Dua metode pemeriksaan yang umum digunakan adalah inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) dan Pap smear. Lantas, apa perbedaan IVA dan Pap smear?
Perbedaan IVA dan Pap smear
Deteksi dini kanker serviks sangat penting karena dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah perkembangan penyakit ke tahap yang lebih parah.
Jika kanker serviks terdeteksi pada tahap awal, tingkat keberhasilan pengobatan jauh lebih tinggi. Perawatan seperti operasi atau terapi radiasi lebih efektif jika kanker belum menyebar.
Dua metode yang umum digunakan untuk mendiagnosis kanker serviks yaitu Pap smear dan IVA, simak perbedaan keduannya dalam penjelasan di bawah ini.
1. Metode pemeriksaan
Perbedaan IVA test dan Pap smear yang paling utama yaitu metode pemeriksaanya, terutama dalam pengujian sampel.
Tes IVA dilakukan dengan mengoleskan larutan asam asetat (cuka) 3 – 5% pada leher rahim. Jika terdapat sel abnormal, area tersebut akan berubah warna menjadi putih.
Sementara itu, Pap smear menggunakan spatula atau sikat kecil untuk mengambil sampel sel dari leher rahim.
Sampel kemudian diperiksa di laboratorium untuk melihat adanya perubahan sel yang tidak normal.
2. Keakuratan dan sensitivitas
Salah satu penelitian dalam jurnal Science Midwifery menjelaskan bahwa Pap smear lebih akurat dibandingkan IVA dalam skrining kanker serviks.
Keakuratan suatu metode pemeriksaan dalam mendeteksi penyakit disebut dengan spesifisitas.
IVA memiliki spesifisitas rendah (43,8%) sehingga ada lebih banyak kemungkinan hasil positif palsu.
Sementara itu, Pap smear memiliki spesifisitas lebih tinggi (85,2%), yang berarti lebih baik dalam memastikan bahwa hasil positif memang benar-benar menunjukkan adanya kelainan.
3. Ketersediaan dan biaya

Perbedaan IVA test dan Pap smear selanjutnya yaitu dari segi ketersediaan dan biaya.
IVA lebih mudah diakses karena dapat dilakukan di puskesmas atau klinik tanpa memerlukan peralatan laboratorium khusus.
Biaya tes IVA lebih terjangkau, bahkan di beberapa fasilitas kesehatan tes ini tersedia secara gratis sebagai bagian dari program deteksi dini kanker serviks.
Sebaliknya, Pap smear memerlukan analisis sampel di laboratorium sehingga prosesnya lebih kompleks dan mahal dibandingkan dengan IVA.
4. Waktu hasil pemeriksaan
IVA memiliki keunggulan dalam hal kecepatan hasil karena pemeriksaan ini dapat memberikan diagnosis dalam hitungan menit.
Setelah leher rahim diolesi dengan asam asetat, petugas medis dapat langsung mengamati apakah terdapat perubahan warna yang mengindikasikan adanya sel abnormal.
Sebaliknya, Pap smear memerlukan waktu lebih lama karena sampel sel serviks harus dikirim ke laboratorium untuk dianalisis di bawah mikroskop.
Proses ini bisa memakan waktu beberapa hari hingga minggu, tergantung pada kapasitas laboratorium dan jumlah sampel yang harus diperiksa.
5. Kenyamanan pasien
IVA dapat terasa kurang nyaman bagi sebagian wanita karena penggunaan asam asetat pada leher rahim bisa menimbulkan sensasi perih atau panas.
Meskipun efek ini biasanya ringan dan bersifat sementara, rasa tidak nyaman tersebut bisa membuat beberapa wanita enggan menjalani pemeriksaan ini.
Sementara itu, dikutip dari Cleveland Clinic, Pap smear tidak menggunakan bahan yang dapat menimbulkan sensasi perih seperti IVA.
Namun, beberapa wanita mungkin merasa tidak nyaman saat pengambilan sampel, terutama ketika spekulum dimasukkan ke dalam vagina untuk membuka jalan ke leher rahim.
6. Kemampuan mendeteksi lesi prakanker

Perbedaan IVA dan Pap smear selanjutnya yaitu tentang kemampuan deteksi lesi prakanker. IVA hanya mampu mendeteksi perubahan sel yang sudah cukup jelas secara visual.
Karena metode ini bergantung pada pengamatan langsung terhadap perubahan warna jaringan setelah diaplikasikan asam asetat, ada kemungkinan sel abnormal yang masih dalam tahap sangat awal tidak terdeteksi.
Pap smear dapat mendeteksi perubahan sel sejak tahap paling awal sebelum berkembang menjadi kanker.
Dengan menganalisis sampel sel serviks di laboratorium, metode ini mampu mengidentifikasi kelainan seluler yang belum terlihat secara visual.
7. Kebutuhan tenaga medis dan alat
IVA dapat dilakukan oleh tenaga medis yang hanya memiliki pelatihan dasar. Ini karena prosedurnya relatif sederhana dan hanya memerlukan peralatan minimal, seperti asam asetat dan spekulum.
Hal ini juga yang membuat IVA lebih mudah diakses, terutama di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas, seperti puskesmas atau klinik kecil.
Pap smear memerlukan tenaga medis yang lebih terlatih karena proses pengambilan sampel harus dilakukan dengan teknik yang tepat untuk hasil yang akurat.
Selain itu, analisis sampel harus dilakukan di laboratorium oleh ahli patologi atau teknisi laboratorium yang berpengalaman dalam mendeteksi perubahan seluler.
Baik IVA maupun Pap smear memiliki peran penting dalam deteksi dini kanker serviks, dengan keunggulan dan keterbatasannya masing-masing.
Oleh karena itu, pemilihan metode skrining sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan layanan kesehatan dan kebutuhan Anda.
Yang terpenting, setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan reproduksi secara rutin guna mencegah dan mendeteksi kanker serviks sedini mungkin.
Kesimpulan
Berikut daftar perbedaan IVA dan Pap smear.
- IVA lebih mudah diakses dan murah karena tidak memerlukan laboratorium, tetapi kurang akurat dibandingkan Pap smear.
- Pap smear lebih sensitif dalam mendeteksi perubahan sel sejak tahap awal. Namun, tes ini membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih besar daripada IVA.
- Dari segi kenyamanan, IVA menimbulkan sensasi perih akibat asam asetat. Pap smear bisa menimbulkan rasa tidak nyaman saat pengambilan sampel.
[embed-health-tool-ovulation]