backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

4 Jenis Obat yang Bisa Merusak Pendengaran Jika Dipakai Sembarangan

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 21/10/2022

    4 Jenis Obat yang Bisa Merusak Pendengaran Jika Dipakai Sembarangan

    Diperkirakan sebanyak 360 juta manusia di dunia mengalami gangguan pendengaran. Angka ini pun termasuk mereka yang masih berusia muda. Penyebab gangguan pendengaran dini yang paling umum adalah mendengarkan musik dengan volume kencang memakai headset. Namun, tahukah Anda kalau gangguan pendengaran juga bisa diakibatkan oleh penggunaan obat sembarangan? Ya, beberapa jenis obat bisa menimbulkan masalah pendengaran hingga tuli. Lantas, jenis obat apa saja yang bisa menyebabkan hal ini?

    Terlalu sering minum obat bisa sebabkan gangguan pendengaran

    Ada obat tertentu yang bisa bikin telinga Anda rusak dan akhirnya mengganggu kemampuan mendengar. Biasanya, gejala awal yang dialami ketika seseorang mengalami gangguan pendengaran akibat obat adalah munculnya bunyi denging, timbul vertigo, dan lama-kelamaan kemampuan mendengar akan hilang atau tuli.

    Obat-obatan ini berpengaruh langsung terhadap organ dalam telinga yang berfungsi untuk menerima dan mengolah suara yang kemudian akan dikirimkan ke otak untuk diterjemahkan. Dalam bidang medis, obat-obatan yang menimbulkan gangguan pendengaran disebut dengan obat ototoksitas. Efek samping ini sebenarnya akan muncul tergantung dengan beberapa faktor seperti:

  • Dosis dari penggunaan obat
  • Durasi penggunaan obat
  • Kepatuhan akan penggunaan obat
  • Dalam beberapa kasus, gangguan pendengaran akan hilang setelah Anda berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut. Namun, masalah pendengaran juga bisa terjadi secara permanen dan tidak bisa disembuhkan.

    Apa saja jenis obat yang bisa bikin gangguan pendengaran?

    Menurut American Speech-Language-Hearing Association, setidaknya ada 200 jenis obat bebas dan resep yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan mendengar. Lantas, apa saja jenis obat-obatan tersebut?

    Obat penghilang rasa sakit

    Mungkin obat jenis ini kerap kali Anda minum ketika diserang nyeri atau sakit di bagian tubuh. Ya, para ahli telah menyatakan bahwa obat penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, dan diklofenak dapat memengaruhi fungsi pendengaran Anda.

    Sebenarnya, semua obat itu aman untuk dikonsumsi ketika Anda sakit. Namun, penggunaan yang sembarangan dan tidak sesuai aturan akan menimbulkan dampak buruk bagi pendengaran Anda. Dilansir dari WebMD, penggunaan aspirin sebanyak 8-12 tablet per hari akan berisiko tinggi menyebabkan kemampuan pendengaran hilang.

    Obat antibiotik

    Ketika Anda mengalami infeksi akibat bakteri, biasanya dokter akan meresepkan obat antibiotik untuk mengatasi gangguan kesehatan yang Anda alami. Akan tetapi, hati-hati, jangan sampai Anda minum obat antibiotik ketika memang sedang tidak mengalami infeksi akibat bakteri ataupun minum obat ini tidak sesuai aturan. Misalnya saja, obat yang seharusnya diminum sampai habis, justru tidak dilakukan ataupun Anda harusnya sudah berhenti minum obat antibiotik, tapi Anda tetap minum obat tersebut tanpa sepengetahuan dokter.

    Hal-hal seperti itu yang akan meningkatkan risiko gangguan pendengaran. Jenis antibiotik yang sudah terbukti memiliki dampak seperti ini yaitu aminoglycoside, vancomycinerythromycin, dan streptomycin. Sebagian besar kasus, masalah pendengaran akibat obat antibiotik adalah orang dengan penyakit ginjal atau orang yang telah memiliki riwayat gangguan kesehatan telinga.

    Obat diuretik

    Obat diuretik ini biasanya diberikan pada orang yang memiliki masalah pada fungsi ginjal, hipertensi, dan penyakit jantung. Jenis obat diuretik yang punya dampak pada pendengaran adalah furosemide (Lasix), bumetanide, dan ethacrynic acid.

    Penggunaan obat diuretik dosis besar dalam jangka panjang dapat merusak bagian dalam telinga, yang kemudian menyebabkan kemampuan pendengaran menurun hingga tidak bisa mendengar.

    Obat kemoterapi

    Obat kemoterapi dirancang untuk membunuh sel-sel kanker yang sedang berkembang, dan ini termasuk sel normal. Oleh karena itu, pasien dengan kanker biasanya akan mengalami efek samping jangka panjang yaitu gangguan pendengaran.

    Biasanya, obat kemoterapi yang langsung menyebabkan hal ini terjadi yaitu cisplatin, cyclophosphamide, bleomycin, dan carboplatin. Gangguan pendengaran akibat obat kemoterapi, sebagian besar akan terjadi permanen atau tidak dapat kembali normal. Namun, tentunya setiap pasien akan berbeda-beda. Maka dari itu, sebaiknya konsultasikan pada dokter jika Anda mengalami masalah pendengaran setelah kemoterapi. Cari dokter terdekat dari lokasi Anda dan booking melalui Hello Sehat.

    obat kusta 1

    Menghindari gangguan pendengaran akibat penggunaan obat-obatan 

    Sebenarnya, belum ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah ototoksitas ini terjadi, apalagi jika Anda mengalami hal ini akibat pengobatan kanker. Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko masalah pendengaran tersebut:

    • Ketahui obat apa yang Anda konsumsi. Pastikan kalau Anda tahu obat jenis apa yang dokter berikan pada Anda, cari tahu efek samping, kegunaan, hingga dampak jika overdosis. Tanyakan dengan jelas pada dokter yang menangani Anda.
    • Tetap patuhi anjuran penggunaan obat. Patuhi semua anjuran dokter ketika Anda menggunakan obat-obatan tersebut. Meskipun mungkin terkadang Anda merasa gejala penyakit yang Anda rasakan semakin parah, jangan pernah menambahkan dosis sendiri tanpa persetujuan dokter Anda.
    • Konsultasikan pada dokter apakah ada obat alternatif lainnya. Diskusikan dengan dokter, gejala apa yang Anda alami serta riwayat kesehatan terdahulu. Hal ini akan memengaruhi pemilihan obat untuk Anda. Biasanya, dokter akan mencarikan alternatif obat lain bila Anda memiliki riwayat tertentu dan berisiko mengalami gangguan pendengaran.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 21/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan