backup og meta

Efek Samping Akibat Minum Obat Kuat Sembarangan

Efek Samping Akibat Minum Obat Kuat Sembarangan

Penggunaan obat kuat tidak boleh sembarangan. Jika Anda mengonsumsinya tanpa resep dokter, obat ini dapat menimbulkan berbagai efek samping yang tidak diinginkan. Apa saja efek samping obat kuat yang mungkin terjadi? Simak pembahasan selengkapnya di bawah ini.

Manfaat obat kuat dan cara kerjanya

Disfungsi ereksi adalah kondisi kesehatan yang cukup umum dialami pria. Menurut artikel dalam BJU International (2019), kondisi ini diperkirakan dialami oleh 76,5% pria di seluruh dunia.

Salah satu cara mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi adalah dengan mengonsumsi obat kuat.

Dilansir dari Mayo Clinic, beberapa contoh obat kuat yang biasa diresepkan untuk menangani disfungsi ereksi yaitu:

  • sildenafil (Viagra),
  • tadalafil (Cialis),
  • vardenafil (Levitra),
  • avanafil (Stendra), dan
  • alprostadil (Caverject).

Obat-obatan di atas bekerja dengan cara meningkatkan produksi senyawa kimia dalam tubuh yang dapat membantu melemaskan otot-otot penis.

Hal ini membuat aliran darah menuju penis menjadi lebih lancar. Dengan begitu, penis menjadi lebih mudah mengalami ereksi normal saat merespons rangsangan seksual.

Sayangnya, banyak obat kuat yang masih bisa didapatkan tanpa resep dokter. Hal ini membuat banyak pria kerap kali menyalahgunakan obat ini. 

Padahal, obat kuat sebenarnya hanya dapat ditebus lewat resep dokter, khususnya untuk Anda yang memiliki masalah disfungsi ereksi.

Efek samping umum obat kuat

obat sakit kepala di apotek

Seperti seperti obat-obatan lain, penggunaan obat kuat juga dapat menimbulkan beberapa efek samping.

Beberapa efek samping obat kuat yang paling umum meliputi:

  • sakit kepala,
  • sakit perut hingga rasa mulas,
  • badan yang terasa hangat,
  • hidung tersumbat,
  • perubahan penglihatan,
  • sakit punggung,
  • kehilangan pendengaran, dan
  • gangguan pencernaan.

Efek samping di atas tergolong jarang terjadi dan dilaporkan muncul pada beberapa orang saja. Namun, obat ini tetap tidak dianjurkan dikonsumsi sembarangan tanpa resep.

Beberapa obat bisa menimbulkan interaksi berbahaya dengan obat kuat. Salah satunya adalah obat-obatan nitrat, seperti nitrogliserin, yang digunakan oleh pengidap penyakit jantung.

Interaksi sildenafil dengan obat-obatan nitrat bisa menyebabkan sakit kepala parah. Kondisi ini juga dapat menyebabkan tekanan darah rendah atau hipotensi yang berakibat fatal.

Kapan harus segera ke dokter?

Segera hubungi dokter bila Anda mengalami gejala serius setelah minum obat kuat, seperti:
  • timbul ruam kemerahan pada kulit penis,
  • ereksi yang terasa sangat menyakitkan,
  • sakit pada dada, atau 
  • rasa terbakar saat buang air kecil.

Efek samping berbahaya obat kuat

Dalam kasus yang cukup langka, penggunaan obat kuat juga berisiko menimbulkan efek samping yang jauh berbahaya seperti di bawah ini.

1. Priapismus

Salah satu risiko penggunaan obat kuat sembarangan ialah priapismus. Ini merupakan kondisi ketika penis ereksi terus-menerus lebih dari empat jam, bahkan tanpa adanya rangsangan seksual.

Priapismus terjadi ketika aliran darah menuju penis malah terlalu deras usai Anda meminum obat kuat. Hal ini menyebabkan darah mengendap dan terjebak di dalam penis.

Apabila tidak segera ditangani, priapismus bisa berujung pada cacat fisik penis, misalnya penis bengkok atau bahkan penis patah.

Oleh sebab itu, bila Anda mengalami ereksi berkepanjangan usai minum obat kuat, sebaiknya kunjungi instalasi gawat darurat (IGD) terdekat.

2. Non-arteritic anterior ischemic optic neuropathy (NAION)

obat kuat mengganggu penglihatan

Mengonsumsi obat kuat tanpa resep dokter dapat meningkatkan risiko hilangnya penglihatan secara tiba-tiba, terlebih lagi jika Anda sebenarnya tidak memerlukan obat ini.

Kondisi ini sendiri disebut sebagai non-arteritic anterior ischemic optic neuropathy atau NAION.

Menurut American Academy of Ophthalmology, gangguan penglihatan akibat obat kuat terjadi karena aliran darah yang deras justru memblokir saraf mata.

Pria juga lebih berisiko mengalami NAION bila memiliki riwayat diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko disfungsi ereksi.

3. Retinitis pigmentosa (RP)

Efek samping lainnya dari penggunaan obat kuat sembarangan adalah retinitis pigmentosa (RP). Kondisi ini memengaruhi retina dan menyebabkan hilangnya kemampuan penglihatan secara perlahan.

Meski RP sendiri tergolong penyakit keturunan, penggunaan obat kuat tanpa resep dokter dapat memperparahnya.

Kandungan bahan aktif dalam obat kuat berpotensi mengurangi kandungan PDE6, enzim yang dibutuhkan untuk fungsi penglihatan normal.

Itu sebabnya, konsultasi dengan dokter sebelum memakai obat kuat diperlukan agar Anda tahu apakah ada penyakit bawaan yang dapat berinteraksi dengan obat tersebut.

Tidak semua orang boleh minum obat kuat

Menurut sebuah artikel dalam The Journal of Sexual Medicine (2016), tingkat keberhasilan obat kuat sildenafil yakni setinggi 59–80 persen, tergantung pada usia pemakainya.

Pastikan Anda membaca label kemasan obat untuk mengetahui aturan pemakaian, kontraindikasi, dan kemungkinan efek samping yang ditimbulkan.

Penting untuk memperoleh obat kuat dari jalur resmi. Itu artinya, Anda harus berkonsultasi dengan dokter mengenai masalah disfungsi ereksi dan menebus obat sesuai dengan resep.

Dengan adanya efek samping obat kuat medis seperti di atas, mungkin Anda bisa memilih obat kuat alami yang lebih aman dengan efek samping yang lebih minimal.

Kesimpulan

  • Obat kuat, seperti sildenafil dan tadalafil, digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi.
  • Penggunaan obat kuat dapat menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala, masalah pencernaan, hingga gangguan penglihatan sementara.
  • Obat kuat yang diminum sembarangan juga bisa memicu efek samping berbahaya, seperti priapismus, hilangnya penglihatan tiba-tiba, dan retinitis pigmentosa.
  • Berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui manfaat dan risiko obat kuat sesuai dengan kondisi Anda.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Erectile dysfunction. (2022). Mayo Clinic. Retrieved September 22, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/symptoms-causes/syc-20355776

What to know about oral meds for erectile dysfunction. (2022). Mayo Clinic. Retrieved September 22, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/in-depth/erectile-dysfunction/ART-20047821

Priapism: Causes, Treatment, Diagnosis & Outlook. (2023). Cleveland Clinic. Retrieved September 22, 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10042-priapism

Porter, D., & Mendoza, O. (2022). Erectile Dysfunction Medication and Your Eyes and Vision. American Academy of Ophthalmology. Retrieved September 22, 2023, from https://www.aao.org/eye-health/drugs/erectile-dysfunction-medication-your-eyes-vision

Kessler, A., Sollie, S., Challacombe, B., Briggs, K., & Van Hemelrijck, M. (2019). The global prevalence of erectile dysfunction: A review. BJU International, 124(4), 587-599. https://doi.org/10.1111/bju.14813

Kloner, R. A., Goggin, P., Goldstein, I., Hackett, G., Kirby, M. G., Osterloh, I., Parker, J. D., & Sadovsky, R. (2018). A new perspective on the nitrate–phosphodiesterase type 5 inhibitor interaction. Journal of Cardiovascular Pharmacology and Therapeutics, 23(5), 375-386. https://doi.org/10.1177/1074248418771896

Goldstein, I., Tseng, L., Creanga, D., Stecher, V., & Kaminetsky, J. C. (2016). Efficacy and safety of Sildenafil by age in men with erectile dysfunction. The Journal of Sexual Medicine, 13(5), 852-859. https://doi.org/10.1016/j.jsxm.2016.02.166

Versi Terbaru

24/10/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Penis Bengkok Saat Ereksi, Apakah Normal?

Benarkah Penis Kecil Ereksinya Lebih Hebat Dibanding Penis Besar?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 24/10/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan