Selain itu, masih menurut laman Detik Health, seorang psikiater, dr. Elly Ingkriwang, Sp.Kj, menyatakan bahwa korban bisa menjadi penerus pelaku sodomi. Dr. Elly mengatakan bahwa mungkin saja ada sensasi rasa senang yang menyebabkan ketagihan saat melakukan seks anal sehingga korban akan mengulanginya.
Adanya rasa dendam juga bisa menjadi salah satu faktor mengapa korban sodomi tetap ada. Tak ayal, ini disebabkan karena korban hendak membalas dendam pada orang lain. Rasa dendam masa lalu yang tidak tersalurkan dan dipendam sendirian, lama-kelamaan akan memuncak. Inilah yang menurut dr. Elly bisa membuat seseorang yang tadinya korban menjadi pelaku sodomi. Korban ingin tidak hanya dirinya saja yang pernah disodomi, itu sebabnya ia akan melakukannya pada orang lain agar ada yang senasib.
Lingkungan ikut berpengaruh pada terjadinya kasus sodomi

Faktor lingkungan terkadang juga ikut memengaruhi munculnya perilaku ini. Ketika pria berhasrat untuk berhubungan seks, namun tidak memiliki pasangan, ia melampiaskannya kepada anak kecil (bisa laki-laki atau perempuan) atau bahkan pria dewasa lainnya.
Menurut childtrauma.org, di Amerika Serikat satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria telah menjadi korban pelecehan seksual sebelum usia 18 tahun. Sementara itu, menurut data yang didapat dari situs Kominfo, terdapat 1.380 kasus kekerasan seks usia anak pada 2013. Sebanyak 30%-nya adalah kasus sodomi. Beberapa data statistik menunjukkan bahwa anak-anak tiga kali lebih mungkin menjadi korban sodomi daripada orang dewasa. Bahkan di banyak kasus, sodomi lebih mungkin dilakukan oleh keluarga, tetangga, atau bahkan orang terdekat yang tidak disangka-sangka.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar