Ketika mengalami keluhan kemudian berobat, banyak orang yang bingung memilih antara dokter umum atau dokter spesialis. Keduanya memiliki peran serta keahlian berbeda dalam bidang medis. Mengetahui perbedaan dokter umum dan dokter spesialis membantu Anda menentukan dari mana sebaiknya Anda mendapatkan saran dan konsultasi medis.
Daftar perbedaan dokter umum dan dokter spesialis
Perbedaan antara dokter umum dan spesialis terletak pada tingkat pendidikan, fokus praktik, prosedur yang dilakukan, dan penentuan diagnosis.
Berikut penjelasan lengkap yang membahas keempat perbedaan tersebut.
1. Pendidikan dan pelatihan
Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran, calon dokter perlu menyelesaikan program magang selama satu tahun.
Calon dokter akan memperoleh lisensi untuk praktek sebagai dokter umum setelah lulus ujian kompetensi.
Dokter umum kemudian bisa melanjutkan pendidikan dan pelatihan spesialisasi (residensi) dalam bidang medis.
Biasanya pendidikan berlangsung selama beberapa tahun, biasanya 3 – 6 tahun tergantung pada spesialisasi.
Setelah menyelesaikan program residensi dan lulus ujian spesialisasi, mereka mendapatkan gelar spesialis (misalnya Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, dll.).
Dokter spesialis apa yang langka?
- Odontologi forensik.
- Kedokteran kelautan.
- Parasitologi klinik.
- Emergency medicine.
- Kedokteran nuklir.
- Kedokteran penerbangan.
- Radiologi gigi.
2. Fokus praktik
Fokus praktik dokter umum dan spesialis juga berbeda dalam pengobatan pasien.
Dokter umum memberikan pelayanan kesehatan dasar dan ringan, seperti mengatasi cedera ringan, pemberian imunisasi, dan mengobati penyakit secara umum.
Dikutip dari Internal Medicine Society of Australia & New Zealand, dokter umum biasanya menjadi pihak pertama yang dituju saat pasien mengalami penyakit dan tidak yakin memulai pengobatan dari mana.
Dokter umum biasanya akan merujuk pasien kepada spesialis jika pasien membutuhkan perawatan medis berkelanjutan,
Sementara itu, spesialis memiliki keahlian mendalam dalam bidang medis tertentu dan menangani kondisi medis yang lebih kompleks dan spesifik.
Misalnya, seorang spesialis jantung menangani penyakit jantung, sedangkan seorang dermatologis fokus pada masalah kulit.
3. Prosedur medis yang dilakukan
Perbedaan lainnya juga terletak dalam hal prosedur medis yang dilakukan.
Prosedur yang dilakukan dokter umum dapat berupa hal-hal berikut ini.
- Diagnosis dasar: pemeriksaan fisik rutin, pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh), pengambilan sampel darah, urine, atau cairan tubuh lainnya.
- Perawatan primer: penanganan luka ringan, seperti jahitan untuk luka kecil, pemberian imunisasi dan vaksinasi.
- Tindakan non-invasif: EKG (elektrokardiogram) dasar untuk memeriksa aktivitas listrik jantung, nebulisasi untuk pasien dengan asma atau gangguan pernapasan lainnya.
- Penyuluhan dan edukasi: konseling gizi dan diet, edukasi tentang gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit.
Sementara itu, dokter spesialis sesuai dengan keahliannya dapat menjalankan salah satu atau beberapa prosedur di bawah ini.
- Prosedur diagnostik lanjutan: tes diagnostik khusus sesuai spesialisasi, seperti echocardiogram (kardiologis), endoskopi (gastroenterologis), atau biopsi (patologis).
- Prosedur bedah: operasi besar seperti bedah jantung (kardiologis), bedah otak (neurokirurgi), atau bedah ortopedi.
- Perawatan khusus: penanganan kasus-kasus kompleks seperti kanker (onkologis), penyakit autoimun (rheumatologis), atau gangguan mental serius (psikiatrik).
- Prosedur terapi: terapi radiasi (radiologis) untuk kanker, dialisis untuk pasien dengan gagal ginjal (nefrologis), terapi fisik dan rehabilitasi (spesialis rehabilitasi medik).
- Terapi spesifik: Kateterisasi jantung dan intervensi kardiovaskular lainnya (kardiologis).Prosedur IVF (fertilisasi in vitro) untuk masalah kesuburan (ginekologis). Injeksi dan blok saraf untuk manajemen nyeri (anestesiologis).