Vaksin memang dapat menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya. Akan tetapi, terdapat beberapa kondisi kesehatan yang menyebabkan Anda tidak boleh mendapatkan vaksin terlebih dahulu atau harus menundanya hingga beberapa waktu ke depan. Apa saja contohnya?
Kondisi yang membuat Anda tidak boleh menerima vaksin
Sebelum Anda menerima suatu vaksin, biasanya terdapat beberapa pertanyaan yang harus dikonfirmasi oleh dokter terlebih dahulu terkait kondisi kesehatan Anda.
Apabila Anda memenuhi persyaratan peserta vaksin, dokter akan langsung memberikannya. Akan tetapi, tidak dengan orang yang mempunyai kondisi kesehatan atau sedang menjalani pengobatan tertentu. Sebagian dari mereka justru tidak boleh vaksin.
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa kondisi kesehatan yang tidak boleh divaksin atau harus menunda vaksin terlebih dahulu.
1. Sistem kekebalan yang lemah
Orang dengan sistem kekebalan yang lemah umumnya tidak boleh menerima vaksin dari virus hidup yang dilemahkan. Contoh kondisi yang menyebabkan sistem kekebalan lemah yaitu kehamilan, HIV/AIDS, dan penyakit akut sedang atau berat.
Anda yang memiliki kondisi tersebut kemungkinan tidak boleh menerima vaksin MMR, vaksin BCG, vaksin cacar air, dan vaksin rotavirus. Pasalnya, Anda bisa saja mengalami efek samping yang lebih berat.
2. Demam
Apabila suhu tubuh Anda melebihi 38,5 derajat celsius saat jadwal pemberian vaksin, Anda tidak boleh divaksin apa pun dan harus menundanya dulu hingga panasnya turun.
Ini terutama berlaku untuk Anda yang akan menerima vaksin influenza dan COVID-19, sebab Anda dikhawatirkan akan mengalami reaksi berat terhadap vaksin tersebut.
Demam memang merupakan bagian dari KIPI (kejadian ikutan pascaimunisasi). Namun, untuk mencegah efek samping berbahaya yang mungkin tidak terdeteksi, ada baiknya Anda menunda vaksin dulu.
Di samping itu, juga harus dipastikan bahwa Anda tidak sedang terinfeksi COVID-19. Mungkin Anda akan diminta untuk melakukan tes antigen dulu sebelum jadwal vaksin berikutnya datang.
3. Menerima transplantasi organ
Vaksin bekerja dengan memancing respons sistem kekebalan tubuh. Apabila sistem kekebalan Anda tidak bekerja dengan baik, vaksin pun tidak akan berfungsi secara optimal.
Oleh karena penerima transplantasi organ menggunakan obat-obatan yang dapat memengaruhi sistem kekebalan, penting untuk memahami vaksin manakah yang tidak boleh Anda dapatkan.
Berikut jenis vaksin yang harus dihindari.
- Influenza.
- Varicella atau cacar air.
- Herpes zoster.
- Campak dan rubella (MMR).
4. Mengonsumsi obat pengencer darah
Pada dasarnya, pemberian vaksin untuk orang yang mengonsumsi obat pengencer darah masih aman dilakukan. Hanya saja, Anda harus memberitahu petugas pelayanan kesehatan jika sedang mengonsumsi obat pengencer darah.
Ini karena hampir semua jenis vaksin disuntikkan langsung pada otot lengan. Penyuntikan ke otot (intramuskular) lebih berisiko menyebabkan sedikit perdarahan daripada suntikan di bawah kulit.
Apabila Anda mengonsumsi pengencer darah seperti warfarin, perdarahan mungkin butuh waktu lebih lama untuk berhenti. Alhasil, tangan pun tampak memar. Ini berlaku untuk semua jenis vaksin yang akan diterima.
5. Alergi parah atau anafilaksis
Jika Anda pernah mengalami reaksi alergi yang parah (anafilaksis) terhadap salah satu bahan dalam vaksin, segera beritahu petugas layanan kesehatan setempat agar Anda mendapatkan jenis vaksin yang lain.
David M. Lang, MD, Kepala Departemen Alergi dan Imunologi Klinis Cleveland Clinic, AS, menyebutkan bahwa reaksi anafilaksis terhadap vaksin COVID-19 biasanya dipicu oleh polietilen glikol (PEG).
Oleh sebab itu, orang yang alergi terhadap PEG tidak boleh menerima vaksin yang mengandung senyawa ini. Anda sebaiknya mencari vaksin COVID-19 lain yang tidak mengandung PEG.
Sementara itu, orang yang alergi terhadap makanan, obat oral, dan bulu hewan biasanya masih boleh divaksin. Akan tetapi, orang dengan alergi parah terhadap telur sebaiknya berkonsultasi kepada dokter sebelum menerima vaksin influenza.
6. Hamil trimester 1
Orang yang tengah menjalani proses kehamilannya, terutama selama trimester 1, tidak disarankan untuk menerima vaksin COVID-19. Sementara itu, ibu hamil pada trimester 2 dan 3 hanya boleh menerima vaksin COVID-19 dari jenis Pfizer-BioNTech.
Lalu, bagaimana dengan ibu menyusui? Vaksinasi COVID-19 tetap diperbolehkan, tetapi hanya terbatas pada vaksin Sinopharm.
Selain itu, ibu hamil juga tidak boleh menerima vaksin dengue dan vaksin hidup seperti MMR, vaksin BCG, vaksin cacar air, dan vaksin rotavirus.
7. Anak-anak di bawah usia 12 tahun
Hanya anak dengan usia 12–18 tahun yang dapat menjalani vaksinasi COVID-19 dari jenis Pfizer-BioNTech. Sementara itu, anak-anak di bawah usia tersebut tidak boleh divaksin.
Selain vaksin COVID-19, berikut jenis vaksin yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak dengan batasan usia tertentu.
- Vaksin influenza, anak-anak di bawah usia 6 bulan tidak boleh mendapatkan vaksin ini.
- Pemberian vaksin pneumokokus (PCV13) secara rutin tidak dianjurkan untuk anak-anak yang sehat dengan usia 5 tahun atau lebih.
- Vaksin PCV15 dan PCV20 tidak direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak saat ini.
[embed-health-tool-bmi]