Dari berbagai macam penyebab kematian, penyakit kritis seperti jantung dan stroke menjadi pemicu kematian tertinggi yang patut diwaspadai di Indonesia karena dapat mengintai siapa saja.1,2 Maka dari itu, Anda perlu meningkatkan wawasan dan kewaspadaan sejak dini. Lantas apa saja yang perlu diketahui dari penyakit kritis?
Mengenal berbagai jenis penyakit kritis
Perlu diketahui, mengingat penyakit kritis dapat mengancam nyawa siapa saja, Anda perlu mengetahui daftar penyakit kritis berikut guna meningkatkan kewaspadaan sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan kesehatan.
1. Jantung
Penyakit jantung merupakan kondisi ketika terjadi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan serangan jantung dan nyeri dada.3,4
Penyebab penyakit jantung bisa berupa penyumbatan, peradangan, maupun kelainan pada jantung yang biasanya disebabkan oleh tumpukan plak pada arteri.
Salah satu jenis penyakit kritis ini membutuhkan pertolongan medis yang sesuai karena dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian.
2. Stroke
Stroke terjadi saat aliran darah menuju ke otak tersumbat atau sama sekali terhenti, sehingga memicu kurangnya asupan oksigen dan nutrisi ke otak yang menyebabkan sel-sel otak mulai mati.
Selain itu, kondisi ketika adanya pendarahan secara tiba-tiba pada otak juga bisa dikategorikan sebagai penyakit stroke.
Tak hanya bisa dialami oleh lansia, stroke nyatanya juga dapat dialami oleh orang usia muda atau remaja.
3. Kanker
Kanker merupakan jenis penyakit yang dapat menyerang salah satu organ atau jaringan di tubuh, akibat tumbuhnya sel abnormal secara tidak terkontrol hingga menyerang area di sekitar atau menyebar ke organ lain.6
Penyakit yang menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia ini tergolong sangat umum dan dapat menyerang semua usia.7
Menurut American Cancer Society, jenis kanker yang umumnya menyerang pria adalah kanker prostat, kanker kulit, kanker kolorektal, dan kanker paru-paru.8
Sementara kanker yang umumnya menyerang wanita adalah kanker payudara, kanker kolorektal, kanker endometrial, kanker paru-paru, kanker serviks, kanker kulit, dan kanker ovarium.9, 10
4. Diabetes
Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) di dalam darah bisa disebut sebagai diabetes.11, 12
Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau gangguan respons terhadap insulin.
Penyakit diabetes seringkali tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak orang tidak menyadari telah memiliki diabetes melitus dalam waktu lama.
Jika diabetes tidak segera ditangani akibat diagnosa yang terlambat, hal ini menyebabkan gula darah terlanjur melonjak naik dan menyebabkan berbagai gejala yang berat sehingga memicu kondisi kritis.
5. Sinusitis Kronis
Kondisi sinusitis kronis adalah kondisi rongga di sekitar saluran hidung terus menerus meradang dan membengkak. Lama waktu kondisi tersebut bisa lebih dari 12 minggu, walau telah dilakukan perawatan.13, 14
Kondisi ini menyebabkan lendir menumpuk di saluran napas, sehingga membuat pengidapnya sulit bernapas lewat hidung, maka seringkali menyebabkan pengidapnya bernapas melalui mulut. Selain itu, penderitanya juga mengalami bengkak serta nyeri di sekitar wajah.
Faktor penyebab penyakit kritis
Berikut adalah faktor penyebab penyakit kritis yang paling sering dialami oleh pengidapnya.
1. Pola hidup kurang sehat
Salah satu faktor penyebab utama penyakit kritis adalah gaya hidup buruk seperti merokok, kebiasaan makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.15
Semua elemen dari pola hidup tidak sehat ini sama-sama dapat memicu gangguan pembuluh darah yang membuat jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah.
Tak hanya itu, pola hidup tidak sehat juga dapat mengganggu produksi hormon, seperti insulin, yang berperan penting dalam mengatur gula darah.
Hal ini tentu saja dapat merujuk ke berbagai macam risiko penyakit seperti diabetes, stroke, atau penyakit jantung. Tak heran jika sebagian besar pasien penyakit kritis memiliki riwayat pola hidup yang buruk.16
2. Keturunan anggota keluarga
Selain dari faktor gaya hidup, penyakit kritis juga dapat dipicu oleh keturunan anggota keluarga sebelumnya.
Risiko penyakit kritis nyatanya juga dipengaruhi oleh genetic turunan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
Jika Anda sudah menyadari ada kemungkinan besar peluang untuk mengalami penyakit kritis karena faktor keturunan, memperbaiki gaya hidup menjadi sebuah kewajiban guna membantu untuk memperkecil peluang risiko terkena penyakit kritis sesuai riwayat keluarga.17
Cara mencegah penyakit kritis
Berikut adalah berbagai macam cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah risiko penyakit kritis.
1. Rajin berolahraga
Rutin melakukan aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan dan metabolisme tubuh.
Hal ini tentu saja dapat membantu mengurangi penumpukan kolesterol yang mengganggu pembuluh darah serta mencegah risiko gangguan pada gula darah.18
Cobalah untuk selalu menyempatkan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, seperti berjalan kaki, membersihkan rumah, atau bersepeda.
2. Menjaga asupan makanan dan minuman
Anda juga perlu memperhatikan asupan yang dikonsumsi dengan menerapkan diet gizi seimbang.
Mulailah untuk membiasakan mengonsumsi makanan sehat yang tinggi protein, lemak sehat, dan sertakan buah serta sayur yang tinggi serat.19
Hindari makanan dan minuman manis berlebih serta alkohol untuk mencegah risiko gangguan pada gula darah.
3. Istirahat yang cukup
Pola tidur juga tidak sepatutnya disepelekan. Selalu usahakan untuk mencukupi kebutuhan istirahat dengan menerapkan jam tidur 7-8 jam pada malam hari.
Hindari kebiasaan begadang karena ini dapat memicu hormon kortisol yang mengganggu sistem kekebalan tubuh Anda.
4. Mempersiapkan diri dengan asuransi kesehatan
Penyakit kritis dikenal dengan proses pengobatan yang lama sehingga tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Tak ada salahnya jika Anda mulai mempersiapkan perlindungan kesehatan sejak dini untuk memberikan perlindungan (proteksi) finansial Anda dan keluarga. Memiliki dan memilih asuransi dengan perlindungan dari kondisi kritis bisa menjadi solusi.
Prudential Indonesia kini hadir dengan asuransi kesehatan yang bisa Anda pilih sesuai dengan kondisi Anda.
Salah satu asuransi kesehatan yang menarik adalah Asuransi Tambahan PRUPrime Healthcare Plus Pro (“PPH Plus Pro”).
Asuransi PPH Plus Pro menawarkan pengobatan serta perawatan dari berbagai macam penyakit sesuai tagihan Rumah Sakit sesuai dengan plan yang dipilih, sebagai perlindungan yang tepat untuk Anda dan keluarga.
PPH Plus Pro merupakan produk Asuransi Tambahan yang dapat dipilih oleh Pemegang Polis pada Produk Yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) sebagai Asuransi Dasar yang dikeluarkan oleh Prudential Indonesia.
PPH Plus Pro bisa menambah manfaat untuk melindungi Anda dari kondisi tidak terduga. Tentunya, PPH Plus Pro juga memberikan perlindungan kesehatan fleksibel dan komprehensif mulai dari pra, rawat inap, hingga pasca pemulihan.
PPH Plus Pro dapat memberikan fleksibilitas dalam menentukan Wilayah Pertanggungan, pilihan kamar, dan batas harga kamar sesuai plan yang Anda pilih.
Selain itu, terdapat manfaat telehealth di Indonesia, dan telehealth untuk perawatan kanker di Singapura dan Malaysia di Rumah Sakit Rekanan Prudential Indonesia (berlaku untuk plan tertentu).
Di samping itu, PPH Plus Pro juga memberikan Manfaat Biaya Bedah Rekonstruksi akibat kecelakaan atau kanker (berlaku untuk plan tertentu); Perawatan Paliatif, perawatan tradisional rawat jalan termasuk obat-obatan herbal, dan Perawatan Psikiatri yang direkomendasikan oleh dokter yang merawat (berlaku untuk plan tertentu).
Tidak ada salahnya bersiap untuk segala kemungkinan risiko finansial akibat sakit yang tidak bisa diduga kapan dan dari mana datangnya.
Dengan menyiapkan perlindungan dari sekarang, Anda dan keluarga bisa lebih tenang dalam menghadapi masa depan yang lebih sehat.
Mulai rencanakan perlindungan kesehatan sejak dini bersama Prudential Indonesia dengan menghubungi layanan call center 1500085 atau email [email protected] dan kunjungi website www.prudential.co.id atau Instagram @id_prudential.
[embed-health-tool-bmi]