backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengapa Ada Orang Percaya pada Teori Konspirasi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengapa Ada Orang Percaya pada Teori Konspirasi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Perkembangan teknologi bak pedang bermata dua. Anda bisa mengakses informasi secara tak terbatas, tetapi di sisi lain informasi yang belum jelas kebenarannya pun kian banyak beredar. Sebenarnya, apa yang membuat seseorang percaya pada teori konspirasi?

    Apa itu teori konspirasi?

    Secara harfiah, konspirasi dapat diartikan sebagai suatu komplotan atau persekongkolan. 

    Teori konspirasi adalah “teori-teori” yang berusaha menjelaskan bahwa suatu peristiwa disebabkan oleh sekelompok orang atau organisasi rahasia yang berkuasa dan sangat berpengaruh.

    Makin dalam menjelajah di internet, Anda bisa saja menemukan makin banyak teori konspirasi.

    Kendati sulit dipercaya, masih banyak orang percaya bahwa bumi itu datar, pandemi COVID-19 ialah senjata biologis yang sengaja dibuat, atau vaksin menyebabkan autisme.

    Menurut studi dari Louisiana State University, ada tiga karakteristik umum dari teori konspirasi.

    1. Para pengikut teori konspirasi menemukan sumber peristiwa sosial dan politik yang tidak biasa dalam kekuatan yang tidak terlihat, disengaja, dan terkesan jahat.
    2. Para pengikut sering memaknai peristiwa tersebut sebagai perjuangan antara kebaikan dan kejahatan.
    3. Sebagian besar teori “menunjukkan” bahwa pemberitaan media massa arus utama merupakan tipu muslihat dan upaya untuk mengalihkan perhatian publik.

    Kenapa seseorang bisa percaya teori konspirasi?

    Terdapat banyak alasan yang membuat individu atau sekelompok orang sangat mudah untuk memercayai teori konspirasi. 

    Sebuah penelitian dalam jurnal Current Directions in Psychological Science (2017) menjelaskan alasan-alasan orang percaya konspirasi dalam tiga motif sebagai berikut.

    1. Keinginan untuk paham dan tahu secara pasti

    berita hoax

    Secara alamiah, manusia selalu ingin memahami penjelasan dari suatu hal atau peristiwa. 

    Contoh yang paling nyata yakni selama pandemi COVID-19 ada banyak orang yang ingin tahu bagaimana cara vaksin dibuat, dari mana asal virus penyebab COVID-19, dan masih banyak lagi.

    Namun, sebagian orang cenderung mencari jawaban yang cepat, bukan jawaban dari penelitian ilmiah yang sulit dicerna dan bisa berubah bila ada penelitian baru.

    Jawaban cepat ini belum tentu benar, tetapi bisa memberikan rasa nyaman bagi penerimanya.

    Sebagai contoh, pada awal pandemi Anda mungkin merasa tidak nyaman saat tidak tahu apa pun tentang virus SARS-CoV-2 dan COVID-19. 

    Berita yang simpang-siur membuat Anda kian bingung dan was-was. Pada saat inilah, teori konspirasi muncul untuk menghilangkan rasa takut dan tidak nyaman tersebut.

    Anda awalnya akan mencari informasi dari internet, buku, atau siaran yang mendukung teori itu. Informasi tersebut pada akhirnya akan membekas dalam pikiran Anda. Meski tidak benar, setidaknya Anda kini mengetahui sesuatu yang lebih pasti.

    Lambat laun, hal ini bisa membuat Anda makin keliru. Jika tidak dibarengi dengan informasi dari sumber yang tepercaya, tanpa disadari Anda telah percaya pada teori konspirasi.

    2. Keinginan untuk memegang kendali dan merasa aman

    control freak

    Selain senang bertanya, manusia umumnya juga senang memegang kendali atas hidupnya. Inilah yang membuat Anda merasa aman, stabil, dan tenang menjalani kehidupan sehari-hari. Pada kasus ini, kendali yang Anda cari berbentuk informasi.

    Teori konspirasi membuat orang-orang yang memercayainya merasa aman dan punya kendaliFenomena ini biasanya lebih kentara ketika teori konspirasi tersebut berkaitan dengan hal-hal yang mengancam kesejahteraan diri mereka.

    Sebagai gambaran, jika pemanasan global disebabkan oleh kegiatan manusia, artinya Anda harus melakukan perubahan untuk mencegahnya semakin parah. 

    Bagi beberapa orang, perubahan ini mungkin terasa sulit, tidak nyaman, dan merepotkan. Akan tetapi, Anda tentu tak perlu melakukan perubahan apa pun bila pemanasan global adalah hoaks yang dikarang para elit politik penguasa dunia. 

    Keyakinan ini memberikan rasa aman dan kendali atas hidup. Pada akhirnya, banyak orang memilih percaya pada hoaks atau teori konspirasi.

    3. Keinginan untuk terlihat positif

    cara agar terlihat pintar

    Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang yang merasa terpinggirkan atau tidak dianggap cenderung percaya pada teori konspirasi. Ini karena mereka ingin punya peran dalam masyarakat dan ingin terlihat positif bagi orang lain.

    Citra positif seseorang biasanya berasal dari peran yang dimilikinya, termasuk dalam bentuk pekerjaan, hubungan sosial, dan lain-lain. 

    Ketika tahu bahwa Anda bisa memberikan sesuatu, termasuk informasi yang dianggap bermanfaat kepada orang lain, tentu Anda merasa lebih bahagia dan berguna.

    Sebaliknya, Anda mungkin merasa rendah diri bila opini Anda tidak pernah didengar, misalnya karena Anda tidak bekerja atau dianggap tidak tahu apa-apa. 

    Saat menemukan dan menyebarkan suatu teori, Anda merasa punya pengetahuan baru. Anda pun mulai menggali lebih dalam, contohnya soal teori bumi datar. 

    Namun, Anda tidak mengimbanginya dengan fakta-fakta dari sumber ilmiah karena sudah telanjur percaya pada teori konspirasi tersebut.

    Pada dasarnya, orang-orang percaya teori konspirasi karena mereka ingin memahami dunia, merasa aman dan punya kendali, serta ingin memiliki citra diri yang baik. 

    Mereka ingin mencari kebenaran, seperti halnya ilmuwan dengan pertanyaan-pertanyaannya.

    Perbedaannya, penganut teori ini hanya melihat sesuatu hal atau peristiwa dari sisi yang mereka yakni saja. Padahal, ilmu pengetahuan itu akan terus berkembang. 

    Guna mencari kebenaran yang sesungguhnya, sebagai manusia tentu Anda harus terus belajar hal baru dari waktu ke waktu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan