backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

7 Manfaat Berkebun Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 19/04/2022

    7 Manfaat Berkebun Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

    Masih ingat dengan lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud yang berbunyi, “cangkul, cangkul, aku gembira, menanam jagung di kebun kita“? Berkebun nyatanya memang bisa membuat hati gembira. Hal ini telah banyak dibuktikan melalui berbagai penelitian medis. Tidak cuma itu, berkebun juga punya manfaat bagi kesehatan fisik Anda.

    Apa saja manfaat tersebut? Yuk, cari tahu di artikel ini!

    Manfaat berkebun untuk kesehatan tubuh?

    Tak jarang, area taman atau lahan hijau yang dimiliki kurang dimaksimalkan oleh pemiliknya.

    Tak ada waktu, takut serangga, atau tidak memiliki bakat berkebun merupakan beberapa dari sekian alasan lahan tersebut dibiarkan. Padahal, merawat tanaman, sekecil apa pun, dapat meningkatkan kualitas hidup.

    Banyak yang tidak menyadari bahwa berkebun merupakan aktivitas fisik yang memiliki intensitas setara dengan olahraga lari di atas treadmil berkecepatan 5 km/jam.

    Selain mempercantik halaman rumah, dengan menyisihkan beberapa menit sehari untuk merawat tanaman, Anda dapat meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut lima manfaat berkebun yang sama baiknya untuk kesehatan Anda.

    1. Mengontrol berat badan

    Penyebab berat badan naik secara umum

    Tanpa Anda sadari, berkebun bisa membantu mengontrol berat badan, lho. Hal ini pernah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Westminster University di Inggris.

    Seseorang yang rutin mengurus tanaman di kebun maupun pot memiliki BMI (body mass index) yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak suka berkebun.

    Berkebun juga termasuk aktivitas rumahan yang banyak membakar kalori. Pasalnya, berbagai aktivitas yang Anda lakukan selama berkebun, seperti menggali tanah, memupuk, menanam benih, dan menyiram, akan membuat tubuh Anda terus bergerak.

    Tentunya hal ini perlu dilakukan rutin dengan intensitas yang cukup lama. Ada pula faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan, seperti asupan kalori dan seberapa sering Anda berkebun.

    Bila selama ini Anda merasa kesulitan mengontrol berat badan, mungkin inilah saatnya bagi Anda untuk mulai berkebun.

    2. Menurunkan risiko penyakit jantung

    Meski bukan tergolong aktivitas kardio, berkebun juga dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Pasalnya, ketika Anda berkebun, seluruh tubuh terutama bagian tangan dan kaki akan bekerja lebih keras. Ini bisa memberikan pengaruh yang baik untuk otot jantung Anda.

    Manfaat berkebun yang satu ini bahkan sudah pernah dibuktikan pada sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal The British Journal of Sports Medicine.

    Penelitian tersebut menunjukkan, orang-orang berusia di atas 60 tahun yang aktif melakukan pekerjaan rumah seperti berkebun memiliki risiko yang lebih rendah terhadap serangan jantung sebanyak 27 persen.

    3. Meningkatkan daya tahan tubuh

    sistem pernapasan manusia

    Rutin berkebun membuat Anda jadi lebih sering terpapar sinar matahari. Perlu Anda ketahui, paparan sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang paling baik.

    Vitamin D sangat penting untuk kesehatan sistem imun. Vitamin D dapat memberikan efek antiperadangan serta meningkatkan produksi sel-sel kekebalan tubuh.

    Ingat, meski sinar matahari dapat memberikan manfaat, Anda tetap harus melindungi kulit dengan menggunakan tabir surya sebelum mulai berkebun.

    4. Menjaga kesehatan otak

    Selain bermanfaat untuk kesehatan mental dan badan, berkebun juga bisa jadi salah satu kegiatan untuk melatih otak. Fakta ini diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer’s Disease.

    Para ilmuwan menemukan bahwa kegiatan menanam dan merawat tumbuhan di kebun dapat membantu menjaga kesehatan kognitif, meningkatkan volume otak, dan mengurangi risiko penyakit Alzheimer hingga 50 persen.

    Manfaat ini sebenarnya tidak mengherankan, mengingat berkebun juga membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi.

    5. Mengurangi stres

    menghilangkan stres dan sakit kepala

    Pikiran sedang ruwet tak menentu? Cobalah berkutat dengan tanaman di pekarangan rumah. Pemandangan hijau khas alam yang Anda lihat saat berkebun dapat menghilangkan stres dan mengurangi perasaan negatif, lho.

    Dalam rangka menyambut Pekan Berkebun Nasional, The Royal Horticultural Society mengadakan survei dengan melibatkan lebih dari 6,000 peserta mengenai manfaat berkebun untuk kondisi mental mereka.

    Dari survei tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang berkebun setiap hari memiliki skor kesejahteraan 6,6% lebih tinggi dan tingkat stres 4,2% lebih rendah daripada peserta yang tidak berkebun sama sekali.

    6. Melatih kesabaran

    Bila dibandingkan dengan kegiatan lain seperti menjahit atau membuat kue, berkebun menawarkan hal yang berbeda dan unik. Berkebun tidak membuahkan hasil yang instan, perlu menunggu waktu beberapa lama sampai Anda bisa menikmati hasil pekerjaan Anda.

    Bersentuhan dengan tanah, menanam sesuatu, sabar menunggu panen, dan memelihara bibit, semuanya membutuhkan kesabaran. Belum lagi bila tanaman Anda gagal tumbuh, Anda harus mengulang penanaman dari awal.

    Di tengah prosesnya, Anda akan lebih banyak belajar dan memahami bagaimana alam bekerja. Manfaat ini membuat orang-orang yang gemar berkebun cenderung menjadi pribadi yang sabar, penuh kasih, dan bisa merawat diri dengan baik.

    7. Pola makan jadi lebih sehat

    Jika Anda menanam sayuran dan buah-buahan sendiri, Anda bisa memastikan bahwa bahan-bahan makanan hasil panen kebun Anda bebas dari pestisida. Selain lebih segar, makanan juga jadi lebih sehat.
    Agar lebih bermanfaat, jangan hanya menanam satu jenis sayuran saja. Penuhi kebun Anda dengan bermacam-macam sayur, buah, dan herba. Dengan ini, Anda tak perlu bingung saat menyiapkan menu makan sehat yang bervariasi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 19/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan