Tanpa disadari, mungkin Anda sudah sering melihat dokter, perawat, atau tenaga kesehatan (nakes) lainnya memberikan perhatian lebih dan menunjukkan simpatinya atas kondisi yang dialami pasien. Nah, sebenarnya ini adalah salah satu teknik komunikasi terapeutik.
Tenaga kesehatan memang memiliki pekerjaan yang cukup kompleks dalam memberikan perawatan kesehatan sembari berkomunikasi secara efektif dengan pasien.
Karena komunikasi merupakan bagian terpenting, mengetahui teknik dan prinsip komunikasi terapeutik seyogianya menjadi fokus utama tenaga kesehatan.
Apa itu komunikasi terapeutik?
Jika Anda menganggap komunikasi terapeutik adalah konsep yang masih baru, tentu tidak benar. Kenyataannya, teknik ini sudah diterapkan hingga ratusan tahun lalu.
Menurut Sharma dan Gupta dalam bukunya, Therapeutic Communication, istilah komunikasi terapeutik antara pasien dan perawat mulai muncul pada akhir 1.800-an.
Komunikasi terapeutik adalah teknik komunikasi langsung yang meningkatkan kesehatan fisik dan emosional pasien.
Komunikasi ini juga memungkinkan perawat untuk bisa mengatasi masalah pasien dan memberikannya dukungan emosional serta informasi kesehatan yang bermakna.
Adapun komunikasi terapeutik dibangun atas dasar kepercayaan, empati, dan kesadaran diri. Perawat yang tengah berkomunikasi akan mendengarkan, memahami, dan tidak menghakimi pasiennya.
Bahkan, komunikasi ini dilakukan dengan teknik khusus untuk membantu pasien agar ia lebih memahami kondisi yang sedang dialaminya.
Pada saat bersamaan, tenaga kesehatan juga mendorong pasien untuk mengekspresikan secara bebas ide dan perasaannya.
Tujuan komunikasi terapeutik
Pada dasarnya komunikasi terapeutik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional pasien.
Namun, terdapat beberapa tujuan komunikasi terapeutik lainnya yang bisa Anda simak pada penjelasan berikut ini.
- Melakukan pengambilan keputusan pengobatan yang lebih bijaksana antara Anda dengan pasien. Ini dapat dilakukan dengan mempelajari apa saja yang diperlukan pasien.
- Menemukan hal-hal yang sedang dibutuhkan pasien untuk perkembangan pengobatannya.
- Meningkatkan kepatuhan pasien selama menjalani pengobatan. Dengan demikian, kualitas hidup pasien otomatis meningkat.
- Setiap tahap dalam komunikasi terapeutik bertujuan untuk memberikan diagnosis yang lebih akurat.
- Meningkatkan kepuasan pasien dan perawat dalam berkomunikasi satu sama lain. Lebih lanjut, ini akan menurunkan risiko malpraktik.
Teknik komunikasi terapeutik
Tenaga kesehatan bisa menggunakan berbagai pendekatan untuk bisa berkomunikasi dengan pasien.
Untuk Anda yang berprofesi sebagai perawat, berikut ini berbagai teknik komunikasi terapeutik yang dapat diterapkan saat berpraktik.
1. Diam
Kadang Anda perlu untuk tidak berbicara sama sekali. Ini bisa memberikan kesempatan kepada pasien maupun perawat untuk memberikan respons, seperti membuka percakapan.
2. Menawarkan diri
Pada teknik satu ini, Anda mungkin bisa memberikan berbagai tawaran sederhana, seperti makan siang, duduk, atau menonton TV bersama pasien. Percayalah, cara ini dapat meningkatkan mood-nya.
3. Memberikan pengakuan
Orang yang sehat pun tanpa disadari butuh pengakuan agar kondisinya membaik kembali, apalagi pasien yang sedang menjalani perawatan intensif.
Anda perlu mengakui perilaku baik pasien, lalu menghargainya tanpa harus memuji, misalnya dengan mengatakan, “Bapak/Ibu rajin minum obat, ya.”
4. Menerima dan mendengarkan pasien
Anda harus mengakui apa yang pasien sampaikan, yaitu dengan mendengarkannya. Ini bisa membuat pasien lebih serius dan tentunya bersemangat dalam menjalani pengobatan yang diberikan.
5. Berikan kebebasan pada pasien dalam bertanya
Sekedar bertanya, “Bagaimana kondisi Bapak/Ibu pagi ini?” merupakan cara yang baik untuk memberikan pasien kesempatan agar ia mau mendiskusikan kendalanya.
Kebebasan berekspresi merupakan prinsip penting dari terbentuknya komunikasi terapeutik yang efektif.
6. Meminta klarifikasi
Saat pasien menyampaikan sesuatu yang ambigu atau kurang jelas, ada baiknya untuk memintanya mengulang kembali. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah memahami apa pun yang disampaikannya.
7. Membatasi diri
Ada kalanya Anda tidak boleh membeberkan kondisi pasien yang mungkin dapat memperburuk kesehatannya. Sebagai contoh, ketika pasien mengulik lebih lanjut akan penyakit yang ia alami.
Sebisa mungkin, Anda perlu mengalihkan topik ini untuk menjaga perasaan dan semangatnya.
8. Coba untuk fokus
Pastinya di sela percakapan, pasien memberikan informasi yang sangat penting. Jika demikian, Anda perlu fokus dengan pernyataan yang diberikan.
Ini akan membantunya untuk mendiskusikan kendala tersebut lebih lanjut.
9. Konfrontasi
Pada teknik konfrontasi, perawat bertanya langsung kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi kendalanya atau kebiasaan buruk yang masih dilakukannya.
Teknik komunikasi ini hanya boleh diterapkan setelah kepercayaan berhasil dibangun. Ini nantinya juga bisa membantu pasien untuk menghentikan rutinitas yang sekiranya tidak baik untuk pasien.
10. Mempelajari keterampilan komunikasi keperawatan
Agar Anda menjadi perawat yang unggul dalam berkomunikasi dengan pasien, penting untuk mencoba berbagai program keterampilan.
Ini sekaligus membangun rasa percaya diri saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien.
11. Bertanya secara bertahap
Saat tiba di rumah sakit atau mulai menjalani perawatan, pasien mungkin kesulitan mengingat apa saja yang terjadi sebelum ia sakit.
Untuk memudahkan pasien dalam mengingat, Anda bisa mengajukan pertanyaan secara bertahap. Sebagai contoh, Anda bisa memulai dengan sejak kapan gejala muncul, apa saja obat yang diminum pasien, dan sebagainya.
12. Melakukan pengamatan
Anda dapat mengamati perilaku pasien untuk memahami kondisinya. Ambil contoh, jika pasien lelah, ini mungkin menandakan kalau pasien kurang tidur akhir-akhir ini atau tidak mendapatkan asupan gizi seimbang.
13. Menyimpulkan perkataan pasien
Setelah pasien selesai mengutarakan keluhannya, coba simpulkan menggunakan pilihan kata Anda sendiri.
Contohnya, ada pasien lansia yang sering melewatkan dosis obat karena tidak tahan dengan efek samping mual. Dengarkan keluhan pasien, lalu Anda bisa berkata, “Berarti, Bapak/Ibu sering lupa minum obat karena mualnya mengganggu, ya.”
Teknik komunikasi terapeutik yang satu ini bisa menunjukkan pasien kalau Anda benar-benar mendengarkan keluhannya. Pasien tentu akan merasa lebih dihargai.
14. Menyatakan keraguan
Menyatakan keraguan bisa menarik perhatian pasien untuk mendiskusikan kendala yang dialaminya lebih lanjut. Bahkan, pasien mungkin tidak akan ragu lagi untuk menceritakannya secara gamblang.
15. Memberikan harapan
Karena rumah sakit bisa jadi salah satu sumber stres pasien, penting untuk memberikan pasien harapan bahwa ia masih bisa bertahan dengan kondisinya saat ini.
Pasien tentu saja akan lebih bersemangat untuk sembuh dan berjuang mengusir penyakitnya.
16. Membandingkan kondisi pasien saat ini dengan sebelumnya
Jika dilakukan dengan cara dan situasi yang tepat, teknik komunikasi terapeutik yang satu ini bisa meningkatkan semangat pasien untuk sembuh.
Sebagai contoh, Anda bisa mengajak pasien yang kondisinya sudah membaik untuk membandingkan keadaannya saat ini dengan yang dulu.
Pasien akan menyadari bahwa kondisinya membaik seiring pengobatan. Hal ini akan memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan dengan benar.
17. Menanyakan persepsi pasien
Bagi pasien yang sedang mengalami masalah sensori atau halusinasi, cara ini bisa membuat proses perawatan jadi lebih efektif.
Anda bisa mengajukan pertanyaan dengan kalimat, “Bapak/Ibu mendengar suara apa?” Kalimat tanya ini secara tidak langsung meminta pasien untuk menjelaskan apa yang dirasakannya.
Dari berbagai teknik komunikasi terapeutik di atas, bisa disimpulkan kalau tenaga kesehatan punya banyak cara untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasiennya, bergantung kebutuhan pasien.
[embed-health-tool-bmi]