Tes IQ sering kali dianggap sebagai cara untuk menilai kecerdasan seseorang. Ada pula yang menganggap hasil tes IQ sebagai penentu kesuksesan.
Namun, benarkah demikian? Apa sebenarnya tes IQ itu? Untuk menjawabnya, simak fakta seputar tes IQ berikut ini!
Apa itu tes IQ?
Tes Intelligent Quotient (IQ) adalah penilaian untuk mengukur kemampuan kognitif seseorang.
Kemampuan kognitif sendiri merupakan kemampuan inti otak Anda untuk berpikir, belajar, mengingat, dan memusatkan perhatian.
Hasil tes IQ dianggap sebagai ukuran kemampuan dan potensi intelektual yang dimiliki seseorang.
Sejak pertama kali ditemukan oleh Alfred Binet pada awal abad ke-20 dan dikembangkan oleh Charles Spearman, sampai saat ini tes IQ masih sering digunakan sampai sekarang.
Beberapa aspek yang dinilai pada tes IQ adalah kemampuan berbahasa, matematika, penyimpanan memori, kecepatan dalam memproses atau mempelajari hal baru, pemrosesan visual, dan kemampuan penalaran.
Tingkatan nilai tes IQ
Berikut adalah tingkatan skor atau nilai tes IQ dari rendah ke tinggi.
- 69 ke bawah: Intellectual disability (fungsi intelektual rendah)
- 70–79: Borderline (batas fungsi intelektual)
- 80–89: Low average (rata-rata rendah)
- 90–109: Average (rata-rata)
- 110–119: High average (rata-rata tinggi)
- 120–129: Superior (di atas rata-rata)
- 130 ke atas: Very superior (cerdas)
Berdasarkan nilai tersebut, dapat dilihat bahwa nilai IQ normal berada pada kisaran angka 90–109.
Pemilik skor IQ tinggi kerap dianggap sebagai seseorang yang memiliki kemampuan akademis yang baik. Meskipun begitu, skor IQ tidak bisa dijadikan satu-satunya penentu kecerdasan seseorang.
Tahukah Anda?
Pada pengukuran yang dilakukan World Data tahun 2019 lalu, rata-rata nilai IQ di Indonesia adalah 80 atau masih rendah.
Nilai IQ tersebut membuat Indonesia berada pada urutan ke-79 dari 110 negara yang diuji.
Fungsi tes IQ
Secara umum, tes IQ memiliki beberapa fungsi seperti berikut.
- Mengukur kemampuan akademik siswa.
- Memprediksi kemampuan di dunia kerja.
- Menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan studi atau karier.
- Mengetahui kemampuan seseorang dalam menganalisis dan memecahkan masalah.
- Memprediksi hambatan intelektual.
Jika khawatir dengan nilai IQ yang rendah, Anda bisa melakukan pemeriksaan lain sebagai penunjang, seperti pemeriksaan keterampilan adaptif atau tes kejiwaan.
Fakta tentang tes IQ
Sebelum memutuskan untuk mengikuti tes IQ, berikut beberapa fakta yang sebaiknya Anda ketahui terlebih dahulu seputar tes ini.
1. Tidak bisa digunakan sebagai penentu kecerdasan
Perlu diingat bahwa tes IQ hanya menunjukkan kecerdasan kognitif. Kenyataannya, kecerdasan tidak hanya terbatas soal logika dan penalaran.
Kecerdasan seseorang juga bisa mencakup kecerdasan spiritual, empati, sosial, dan kreativitas yang tidak bisa diukur dengan tes IQ.
Selain itu, otak manusia saat ini telah berevolusi menjadi begitu kompleks. Alhasil, tes IQ yang didasarkan pada kondisi otak di masa lalu menjadi kurang relevan.
2. Skor IQ bisa berubah-ubah
Lingkungan, akses pendidikan, dan proses adaptasi merupakan beberapa faktor yang bisa membuat skor IQ seseorang berubah seiring waktu.
Faktanya, skor IQ rata-rata memang meningkat antargenerasi. Fenomena yang dikenal sebagai Flynn Effect ini terjadi berkat akses pendidikan dan informasi yang semakin mudah didapat.
Perubahan skor IQ juga berkaitan dengan perkembangan otak seiring bertambahnya usia. Perkembangan otak anak-anak belum sempurna sehingga hasil tes yang dilakukan anak-anak cenderung lebih rendah.
Oleh karena itu, Anda tidak perlu terkejut apabila skor IQ Anda meningkat atau justru menurun dibandingkan hasil tes IQ yang pertama kali.
3. IQ tinggi tidak menentukan risiko gangguan mental
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang memadai untuk membuktikan hubungan antara IQ tinggi dengan gangguan mental.
Hanya saja, seseorang dengan IQ tinggi dianggap bisa menerima respons yang lebih kuat terhadap rangsangan di sekitarnya.
Kondisi tersebut membuat mereka dinilai lebih rentan mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya.
Namun, perlu diingat bahwa kondisi mental seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetika dan lingkungan yang tidak bisa diukur menggunakan tes IQ.
4. Ada lebih dari satu jenis tes IQ
Mengutip dari laman Medline Plus, berikut adalah beberapa jenis tes yang bisa digunakan untuk mengukur IQ seseorang.
- Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence.
- Stanford-Binet Intelligence Scales.
- Differential Ability Scales.
- Kaufman Assessment Battery for Children.
Meski memiliki rentang penilaian yang sama, setiap jenis tes mungkin memberikan hasil yang berbeda.
5. Skor IQ rendah tidak berarti bodoh
Kecerdasan merupakan kombinasi dari banyak faktor, termasuk emosional, kepekaan sosial, dan tentu saja kemampuan kognitif.
Maka dari itu, karena tes IQ hanya bisa menilai kemampuan kognitif, dapat disimpulkan bahwa skor IQ yang rendah tidak menandakan orang itu bodoh.
Seseorang dengan skor IQ rendah masih bisa memiliki potensi lain di luar bidang akademik, seperti olahraga, musik, atau kemampuan praktikal.
Apa pun hasilnya, tes IQ untuk mengukur kecerdasan kognitif ini bukanlah penentu yang dapat memprediksi masa depan Anda. Terlebih lagi, karakter manusia lebih kompleks dari sekadar tingkat kecerdasan.
Oleh karena itu, jangan biarkan hasil skor IQ menghalangi Anda untuk menggapai impian dan kesuksesan.
[embed-health-tool-bmi]