backup og meta

Hati-Hati, Ini 7 Bahaya Memelihara Hewan Buas dan Liar di Rumah

Hati-Hati, Ini 7 Bahaya Memelihara Hewan Buas dan Liar di Rumah

Meskipun memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, interaksi hewan buas dengan manusia dapat membawa risiko tertentu. Ini terutama jika tidak ada pengelolaan dan pemahaman yang baik tentang perilaku dan kebutuhan alami hewan tersebut. Maka dari itu, penting untuk mengetahui bahaya yang mungkin timbul jika ingin memelihara hewan buas.

Bahaya memelihara hewan buas yang perlu diketahui

Hewan buas memiliki berbagai spesies dan mencakup banyak kelompok hewan, termasuk mamalia, burung, reptil, dan amfibi.

Hewan buas atau liar dapat menjadi bahaya karena memiliki sifat alami untuk memburu dan bertahan hidup di lingkungan alaminya.

Maka dari itu, peliharaan hewan buas, seperti singa, harimau, atau beruang, juga dapat membawa risiko dan bahaya tertentu bagi manusia.

Berikut adalah beberapa potensi bahaya yang terkait dengan memiliki hewan buas sebagai peliharaan.

1. Serangan terhadap manusia

fobia ular

Hewan buas, meskipun dipelihara sejak kecil, masih memiliki naluri alami untuk menyerang dan bisa menjadi tidak terduga.

Beberapa hewan buas dapat menyerang manusia jika merasa terancam atau jika mereka merasa perlu untuk melindungi wilayahnya. Contohnya singa, harimau, beruang, dan buaya.

Bahkan hewan yang sudah lama dipelihara dapat menunjukkan perilaku agresif atau menyerang.

Hal ini menimbulkan cedera serius yang bahaya bagi manusia, seperti luka gigitan dan cakaran hewan buas atau bahkan menyebabkan kematian.

2. Penyebaran penyakit

Melansir dari Association of Zoos and Aquariums, beberapa hewan buas dapat membawa penyakit zoonosis yang dapat ditularkan kepada manusia atau hewan peliharaan lainnya.

Penyakit tersebut antara lain rabies, salmonella, penyakit pes, virus herpes, tuberkulosis, distemper, demam berbintik, dan polio.

Hewan buas juga bisa mengandung parasit, seperti cacing usus dan protozoa.

Kontak dekat dengan hewan buas dapat meningkatkan risiko penularan penyakit. Misalnya, gigitan tikus atau anjing liar dapat menyebabkan penularan penyakit rabies.

3. Kesulitan dalam perawatan khusus

Hewan buas biasanya membutuhkan perawatan yang khusus dan sesuai dengan kebutuhan alaminya. Ini termasuk makanan khusus, perawatan medis, dan fasilitas tertentu.

Tidak jarang hal ini menjadi kendala dalam merawat hewan buas sebagai peliharaan bagi sebagian besar orang.

Kesulitan ini dapat meningkat seiring bertambahnya ukuran dan kebutuhan hewan.

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tersebut dapat menyebabkan stres pada hewan buas yang pada gilirannya bisa meningkatkan risiko serangan yang tentu bahaya bagi manusia.

4. Mengancam kelangsungan hidup hewan

Saat merasa kesulitan dalam merawat hewan liar, kebanyakan pemilik memilih untuk mengabaikan kebutuhan dan kenyamanan hewan demi bisa tetap memeliharanya.

Akibatnya, banyak hewan buas yang dipaksa untuk hidup dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan lingkungan alaminya.

Misalnya, hewan tersebut harus tinggal di kandang yang sangat sempit, dirantai, dipukuli agar tunduk dan jinak, atau bahkan dimutilasi bagian tubuhnya, seperti dicabut kuku dan taringnya.

Selain itu, para hewan buas juga menjadi lebih rentan terhadap perdagangan bebas atau ilegal.

Berdasarkan data yang diperoleh Born Free USA, sudah banyak jenis hewan buas dan eksotik yang ditangkap dari habitatnya untuk kemudian dijual sebagai hewan peliharaan.

Perlu diketahui!

Diketahui ada 1.000 situs di internet yang menawarkan jasa untuk menjual, membeli, dan menawarkan perawatan untuk hewan buas sebagai hewan peliharaan. Namun, situs ini umumnya tidak mencantumkan peraturan atau hukum setempat untuk memelihara hewan buas ataupun penjelasan terkait bahaya, kesulitan, dan kebutuhan dalam merawat masing-masing hewan buas. Ini artinya para penjual hewan buas tidak peduli terhadap kesejahteraan dan keamanan hewan buas yang ditawarkan.

5. Gangguan terhadap ekosistem dan lingkungan sekitar

Meskipun tidak secara langsung membahayakan manusia, beberapa hewan buas dapat menyebabkan gangguan terhadap ekosistem lokal.

Kelebihan populasi predator tertentu dapat memengaruhi populasi mangsanya dan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem.

Selain itu, hewan buas juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternakan dan pertanian yang ada di sekitar kandangnya.

Misalnya, serangan ular terhadap ternak atau kerusakan tanaman akibat dilewati ular dapat terjadi jika keamanan kandang kurang terjaga.

6. Ketidakcocokan dengan lingkungan manusia

Pencampuran antara habitat manusia dan habitat hewan liar dapat menyebabkan konflik.

Hewan buas biasanya membutuhkan ruang yang luas dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan alaminya.

Keterbatasan ruang atau lingkungan yang tidak sesuai dapat menyebabkan stres pada hewan yang dapat mengakibatkan perilaku agresif.

7. Regulasi dan legalitas yang rumit

Beberapa wilayah memiliki peraturan yang ketat terkait kepemilikan hewan buas atau liar sebagai peliharaan.

Di Indonesia sendiri, perizinan untuk memelihara hewan buas termasuk dalam undang-undang yang dilindungi secara hukum.

Melanggar peraturan ini dapat mengakibatkan konsekuensi hukum sesuai dengan pasal yang berlaku. Hukuman tersebut dapat berupa tindak pidana penjara atau denda.

Perlu diingat bahwa tidak semua hewan buas berbahaya bagi manusia, dan sebagian besar hewan ini cenderung menghindari interaksi dengan manusia.

Namun, penting untuk memahami sepenuhnya tanggung jawab dan risiko bahaya dari memiliki hewan buas sebagai peliharaan.

Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk memelihara hewan eksotis atau buas, pastikan Anda terlebih dahulu mencari informasi dan saran dari ahli hewan serta mematuhi semua regulasi dan persyaratan hukum setempat.

Ini karena dalam situasi tertentu bisa saja terjadi serangan dari hewan buas terhadap pemilik, orang lain, atau makhluk hidup lainnya yang ada di sekitar hewan.

Jangan lupa juga untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi manusia dan menjaga keseimbangan ekosistem.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Why Wild Animals Don’t Make Good Pets. (n.d.). Retrieved 13 November 2023, from https://www.aza.org/connect-stories/stories/why-wild-animals-dont-make-good-pets?locale=en

The Dangers of Keeping Exotic Pets. (2018). Retrieved 13 November 2023, from https://www.bornfreeusa.org/campaigns/animals-in-captivity/the-dangers-of-keeping-exotic-pets/

Paws. (n.d.). Keeping Wild Animals – Unsafe, Illegal and Inhumane – PAWSPAWS. Retrieved 13 November 2023, from https://www.paws.org/resources/keeping-wild-animals-unsafe-illegal-and-inhumane/

7 reasons why you shouldn’t keep wildlife as exotic pets. (2023). Retrieved 13 November 2023, from https://www.worldanimalprotection.ca/news/7-reasons-why-you-shouldnt-keep-wildlife-pets

Why is it cruel to keep wild animals as pets? (2020). Retrieved 13 November 2023, from https://www.worldanimalprotection.org/blogs/why-it-cruel-keep-wild-animals-pets

the hidden dangers of owning an exotic pet. (n.d.). Retrieved 13 November 2023, from https://www.ifaw.org/international/journal/hidden-dangers-owning-exotic-pet

Exotic Animals as “Pets.” (2019). Retrieved 13 November 2023, from https://www.peta.org/issues/animals-in-entertainment/exotic-animals-pets/

Brown, T. (2021). Dangers Of The Exotic Pet Trade. Retrieved 13 November 2023, from https://www.bpsanctuary.org/blog/the-dangers-of-the-exotic-pet-trade/

KSDAE, D. (n.d.). KSDAE. Retrieved 13 November 2023, from https://ksdae.menlhk.go.id/info/6685/apa-hukumnya-memiliki-satwa-yang-dilindungi-?.html

Versi Terbaru

20/11/2023

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Waspadai Demam Q, Infeksi Bakteri yang Berasal dari Hewan Ternak

5 Langkah Sehat untuk Menghadapi Kematian Hewan Peliharaan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 20/11/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan