Meski bisa sembuh, sifilis terkadang bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut yang disebut dengan neurosifilis. Ini merupakan kondisi gawat darurat dan perlu segera ditangani untuk mencegah penularan atau kerusakan yang lebih parah di dalam tubuh.
Agar lebih waspada, ketahui selengkapnya tentang apa itu neurosifilis dan bagaimana cara penularannya di bawah ini.
Apa itu neurosifilis?
Neurosifilis atau neurosyphilis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika infeksi sifilis atau sipilis menyebar ke sistem saraf pusat.
Sifilis sendiri merupakan penyakit menular disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
Neurosifilis dapat berkembang pada setiap tahap sifilis, baik awal maupun lanjut, terutama jika sifilis tidak diobati dengan tepat.
Infeksi pada sistem saraf pusat ini dapat menyebabkan kerusakan serius di otak, saraf tulang belakang, dan jaringan saraf lainnya.
Maka dari itu, neurosifilis termasuk komplikasi serius yang memerlukan deteksi dini dan pengobatan segera untuk mencegah kerusakan permanen.
Pastikan untuk selalu mencari bantuan medis jika muncul gejala sifilis atau Anda memiliki faktor risikonya.
Gejala neurosifilis
Berdasarkan gejala dan tingkat keparahannya, neurosifilis terbagi ke dalam beberapa jenis berikut ini.
- Neurosifilis asimptomatik. Jenis ini tidak menunjukkan gejala, tetapi infeksi ada di sistem saraf.
- Sifilis meningeal. Jenis ini terjadi dalam beberapa minggu hingga tahun pertama setelah infeksi. Gejalanya meliputi sakit kepala, leher kaku, mual, muntah, dan terkadang kehilangan penglihatan atau pendengaran.
- Sifilis meningovaskular. Jenis ini menimbulkan gejala seperti sifilis meningeal, ditambah dengan stroke di usia muda (karena peradangan pembuluh darah otak), kelemahan atau kelumpuhan di satu sisi tubuh, dan gangguan bicara atau kebingungan mendadak. Biasanya muncul dalam beberapa bulan hingga tahun setelah infeksi.
- Paresis umum. Jenis ini muncul antara tiga hingga 30 tahun setelah infeksi. Gejalanya termasuk perubahan kepribadian (mudah marah, depresi, atau perilaku tidak pantas), penurunan kemampuan kognitif (memori buruk dan gangguan perhatian), tremor pada tangan atau bibir, dan kehilangan kontrol motorik yang progresif.
- Tabes dorsalis. Jenis ini dapat terjadi antara lima hingga 50 tahun setelah infeksi awal yang ditandai dengan nyeri pada anggota tubuh atau perut, gangguan koordinasi otot, dan masalah kandung kemih. Gejala lain meliputi kehilangan penglihatan, refleks, dan sensasi getaran, serta gangguan keseimbangan.
Penyebab neurosifilis
Neurosifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum, yang merupakan agen penyebab sifilis.
Neurosifilis dapat terjadi pada tahap manapun dari infeksi sifilis, meskipun lebih umum pada tahap lanjut jika infeksi tidak diobati.
Dilansir dari MedlinePlus, neurosifilis biasanya berkembang dalam 10 hingga 20 tahun setelah terinfeksi sifilis.
Setelah infeksi awal, Treponema pallidum dapat memasuki aliran darah dan menyebar ke berbagai organ, termasuk sistem saraf pusat.
Faktor yang meningkatkan risiko neurosifilis meliputi berikut ini.
- Sifilis yang tidak diobati. Orang dengan sifilis yang tidak menerima pengobatan tepat waktu memiliki risiko lebih tinggi.
- Infeksi HIV atau sistem imun lemah. Orang dengan HIV atau kondisi yang melemahkan sistem imun memiliki kerentanan yang lebih besar terhadap penyebaran infeksi ke otak.
- Riwayat infeksi sifilis berulang. Infeksi berulang meningkatkan peluang penyebaran bakteri ke sistem saraf pusat.
Neurosifilis sendiri tidak menular secara langsung melalui kontak biasa, seperti berciuman atau berbagi barang.
Namun, infeksi Treponema pallidum yang menyebabkan sifilis dapat menular melalui kontak seksual, darah, atau dari ibu ke anak selama kehamilan (penularan vertikal).
Oleh karena itu, penularan sifilis dapat terjadi melalui hubungan intim tanpa pelindung dengan seseorang yang terinfeksi.
Pada kondisi ini, sifilis juga dapat berkembang menjadi neurosifilis pada orang yang tertular jika tidak segera diobati.
Diagnosis neurosifilis
Berdasarkan gejalanya yang bisa bervariasi, dokter sering menggunakan beberapa metode diagnosis gabungan yang meliputi riwayat klinis, pemeriksaan fisik, tes serologi, dan analisis cairan serebrospinal (CSF).
Dokter akan mengawali pemeriksaan dengan mengevaluasi riwayat infeksi sifilis dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi gejala yang berkaitan dengan sistem saraf.
Untuk memastikan diagnosis, dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan lanjutan, yang bisa meliputi berikut ini.
1. Tes serologi darah
Beberapa tes darah yang bisa dilakukan meliputi berikut ini.
- Non-treponemal tests (VDRL, RPR): untuk mengukur antibodi non-spesifik terhadap Treponema pallidum.
- Treponemal tests (FTA-ABS, TPHA): untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap bakteri sifilis.
2. Analisis cairan serebrospinal (CSF)
Ini merupakan tes utama untuk mendiagnosis neurosifilis. Berikut ini beberapa jenis tes yang bisa dilakukan.
- CSF-VDRL: sangat spesifik untuk neurosifilis, meskipun sensitifitasnya bervariasi.
- Protein dan sel: peningkatan protein atau jumlah sel darah putih menunjukkan peradangan akibat infeksi.
- PCR (polymerase chain reaction): digunakan untuk mendeteksi DNA Treponema pallidum.
3. Pemindaian
Metode pemindaian, seperti MRI atau CT Scan, bisa dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan otak atau sumsum tulang belakang akibat infeksi.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan fungsi saraf untuk mengidentifikasi gejala spesifik seperti gangguan penglihatan, pendengaran, atau refleks.
Pengobatan neurosifilis
Penanganan neurosifilis bertujuan untuk menangani infeksi Treponema pallidum dari sistem saraf pusat dengan menggunakan antibiotik, terutama Penisilin G Aqueous Kristal, yang menjadi standar emas pengobatan.
Antibiotik ini diberikan secara intravena dengan dosis 18—24 juta unit per hari selama 10—14 hari.
Pada pasien yang alergi terhadap penisilin, alternatif seperti ceftriaxone dapat digunakan, meskipun penggunaan penisilin tetap dianjurkan bila memungkinkan.
Selain itu, kortikosteroid terkadang diberikan untuk mengurangi peradangan saraf. Penanganan komplikasi mungkin juga diperlukan, seperti kejang, stroke, atau gangguan fungsi organ lainnya.
Pemantauan berkelanjutan melalui analisis cairan serebrospinal setiap 6 bulan diperlukan untuk memastikan keberhasilan terapi, ditandai dengan normalisasi parameter seperti protein dan sel darah putih.
Pasien yang juga menderita infeksi HIV memerlukan perhatian khusus karena risiko komplikasi yang lebih tinggi dan pemulihan yang lebih lambat.
Pengobatan yang cepat dan tepat waktu sangat penting untuk mencegah komplikasi serius, seperti kerusakan permanen pada otak atau sumsum tulang belakang.
Pencegahan neurosifilis
Neurosifilis merupakan komplikasi dari infeksi Treponema pallidum yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik.
Oleh karena itu, pencegahan neurosifilis berfokus pada pengendalian infeksi sifilis yang terjadi. Berikut langkah-langkah utama untuk mencegah neurosifilis.
- Melakukan pemeriksaan serologi sifilis secara rutin, terutama pada orang dengan risiko tinggi seperti mereka yang memiliki pasangan seksual berganti-ganti atau riwayat penyakit menular seksual (PMS).
- Pengobatan sifilis dengan antibiotik, seperti suntikan benzatin penisilin G, pada tahap awal infeksi dapat mencegah penyebaran bakteri ke sistem saraf pusat.
- Menggunakan kondom secara konsisten dapat mengurangi risiko penularan sifilis.
- Pasien dengan HIV atau orang yang telah terinfeksi sifilis sebelumnya memerlukan pemantauan ketat untuk mencegah perkembangan komplikasi seperti neurosifilis.
Pencegahan neurosifilis bergantung pada deteksi dan pengobatan dini sifilis serta kesadaran diri terhadap pentingnya perilaku seksual yang sehat.
Upaya mandiri pada setiap orang sangat penting untuk mencegah komplikasi serius ini.
Kesimpulan
- Neurosifilis adalah komplikasi serius dari infeksi Treponema pallidum, bakteri penyebab sifilis, yang menyerang sistem saraf pusat.
- Kondisi ini dapat terjadi pada berbagai tahap sifilis jika tidak diobati dengan baik, dengan gejala yang meliputi gangguan neurologis seperti sakit kepala, perubahan kepribadian, kelumpuhan, hingga gangguan kognitif.
- Pengobatan utama adalah antibiotik, terutama Penisilin G, yang diberikan secara intravena selama 10-14 hari.
- Pencegahan melibatkan deteksi dini sifilis, edukasi seksual, dan pengobatan tepat waktu untuk mencegah penyebaran infeksi ke sistem saraf pusat.
[embed-health-tool-bmi]