backup og meta

Hemiparesis

Hemiparesis

Hemiparesis adalah kondisi medis yang membuat salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan. Beberapa orang menyalahartikan kondisi ini dengan hemiplegia, yaitu ketika salah satu sisi tubuh tidak dapat digerakkan. Faktanya, kedua kondisi ini berbeda. Itu sebabnya, penting untuk memahami gejala, penyebab, hingga cara mengatasi hemiparesis di sini.

Apa itu hemiparesis?

Hemiparesis adalah kondisi yang menyebabkan kelemahan atau penurunan kekuatan otot pada satu sisi tubuh.

Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh kerusakan otak atau sistem saraf pusat, seperti yang terjadi pada pasien stroke. Stroke pun merupakan penyebab paling umum dari kondisi ini.

Seperti halnya stroke, hemiparesis tergolong cukup sering terjadi dan perlu diwaspadai.

Stroke itu sendiri, berdasarkan data World Stroke Organization, merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia.

Secara global, 1 dari 4 orang dewasa usia di atas 25 tahun mengalami stroke seumur hidupnya.

Di Indonesia, hemiparesis pun cukup umum, terutama pada lansia yang pernah mengalami stroke.

Hal ini menunjukkan bahwa hemiparesis bisa berdampak serius pada kualitas hidup seseorang, sehingga penting untuk mengenalinya lebih awal. 

Gejala hemiparesis

Ciri-Ciri Serangan Stroke Kedua

Gejala hemiparesis bisa bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan bagian otak yang terkena.

Biasanya, gejala yang paling terlihat adalah kelemahan pada satu sisi tubuh, baik itu di lengan, kaki, atau wajah.

Kelemahan ini bisa membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit dilakukan. Beberapa gejala yang umum terjadi antara lain: 

  • kesulitan berjalan atau berdiri, 
  • kehilangan keseimbangan dan koordinasi, 
  • mati rasa atau kesemutan di satu sisi tubuh, 
  • kelemahan pada satu lengan atau kaki, 
  • kelemahan pada satu sisi wajah yang membuat kelopak mata atau sudut mata turun, 
  • mati rasa pada lidah yang memengaruhi bicara dan menelan, dan
  • asimetri pada satu sisi tubuh, misalnya saat mengangkat kedua lengan. 

Gangguan neurologis ini bisa terjadi pada kedua sisi tubuh jika Anda mengalami lebih dari satu stroke yang memengaruhi bagian otak yang berbeda.

Bila hanya ada satu stroke, biasanya kelemahan hanya muncul di satu sisi tubuh. 

Penyebab hemiparesis

Hemiparesis umumnya disebabkan oleh penyakit stroke. Saat stroke terjadi, sebagian otak tidak mendapatkan cukup oksigen, yang bisa mengakibatkan kematian sel-sel otak. 

Ketika bagian otak yang mengontrol gerakan dan kekuatan otot tidak mendapatkan oksigen, kelemahan pada satu sisi tubuh akan terjadi.

Namun, ada juga kondisi lain yang dapat menyebabkan hemiparesis. Berikut adalah beberapa di antaranya. 

1. Cedera otak

Cedera otak dapat terjadi akibat kecelakaan atau benturan keras pada kepala. Bila otak terluka, bagian yang mengontrol gerakan dapat terganggu. 

Akibatnya, tubuh mengalami kelemahan atau kehilangan kemampuan untuk menggerakkan bagian tertentu. Kondisi ini membutuhkan perawatan medis dan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi yang hilang. 

2. Tumor otak

Tumor otak dapat menyebabkan hemiparesis dengan menekan bagian-bagian tertentu dari otak yang bertanggung jawab atas gerakan.

Ketika tumor tumbuh, ia dapat merusak jaringan otak di sekitarnya. Hal ini mengganggu sinyal yang diperlukan untuk mengontrol otot dan gerakan. 

3. Cerebral palsy

Cerebral palsy adalah gangguan yang memengaruhi gerakan dan koordinasi otot, yang sering kali disebabkan oleh kerusakan pada otak yang terjadi sebelum atau selama kelahiran. 

Pada pasien cerebral palsy, kelemahan satu sisi tubuh bisa terjadi. Ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk bergerak dan beraktivitas sehari-hari, sehingga memerlukan terapi fisik dan dukungan tambahan.

4. Multiple sclerosis

Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan pelindung saraf (myelin) yang berfungsi untuk menghantarkan sinyal ke otak dan tubuh. 

Akibatnya, beberapa orang dengan multiple sclerosis mungkin kesulitan menggerakkan satu sisi tubuh. Perawatan kondisi ini biasanya melibatkan pengobatan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Diagnosis hemiparesis

silent stroke

Untuk mendiagnosis hemiparesis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis untuk melihat seberapa parah kelemahan otot yang dialami pasien.

Selain itu, dokter akan memeriksa riwayat medis pasien, terutama apakah pernah mengalami penyakit stroke atau cedera otak lainnya.

1. CT scan

CT scan adalah metode umum yang digunakan untuk mendiagnosis hemiparesis, terutama ketika ada kecurigaan adanya penyakit stroke.

Prosedur ini melibatkan penggunaan sinar-X untuk mengambil gambar bagian dalam otak dan pembuluh darah.

Dengan CT scan, dokter dapat melihat apakah ada kerusakan pada otak atau hambatan aliran darah yang dapat menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh.

2. MRI

Pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) sering digunakan sebagai alternatif atau pelengkap CT scan.

Metode ini memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar detail dari otak dan jaringan di sekitarnya. 

MRI sangat berguna dalam mendeteksi masalah yang lebih halus, seperti pembengkakan atau area yang mengalami penurunan aliran darah. 

3. CT angiografi

CT angiografi adalah teknik yang lebih khusus digunakan untuk memvisualisasikan pembuluh darah di otak.

Dalam prosedur ini, dokter menyuntikkan zat pewarna ke dalam aliran darah sebelum melakukan CT scan. 

Ini memungkinkan dokter untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pembuluh darah dan mendeteksi adanya penyumbatan atau kerusakan. 

4. Tes kekuatan otot

Selain tes pencitraan, dokter juga akan melakukan tes kekuatan otot untuk menilai tingkat hemiparesis yang dialami pasien.

Pengujian ini biasanya mencakup pergerakan tangan dan kaki serta kemampuan pasien untuk melakukan gerakan sederhana. 

Hasil tes ini sangat penting untuk menentukan langkah perawatan yang sesuai dan memahami sejauh mana kemampuan motorik pasien telah terpengaruh. 

Pengobatan hemiparesis

Pengobatan untuk hemiparesis bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi tersebut.

Jika disebabkan oleh penyakit stroke, rehabilitasi menjadi bagian penting dari pengobatan.

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperkuat otot yang lemah dan meningkatkan koordinasi serta mobilitas pasien. Berikut penjelasan lebih lanjut soal pengobatannya.

1. Terapi fisik

Terapi fisik adalah cara utama untuk membantu individu dengan hemiparesis mengembalikan kekuatan dan fungsi otot.

Seorang fisioterapis akan merancang program latihan yang sesuai untuk meningkatkan mobilitas dan memperkuat sisi tubuh yang lemah. 

Latihan ini dapat mencakup gerakan dasar hingga latihan keseimbangan yang lebih kompleks. Tujuannya adalah untuk membantu pasien beradaptasi dan meningkatkan kualitas hidup.

2. Terapi okupasi

Selain terapi fisik, terapi okupasi penting untuk memulihkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Terapi ini berfokus pada membantu pasien melakukan tugas-tugas harian, seperti makan, berpakaian, dan beraktivitas di rumah. 

Seorang terapis okupasi akan memberikan strategi dan alat bantu yang dapat digunakan. Hal ini bertujuan memudahkan pasien menjalani aktivitas mereka dengan lebih mandiri.

3. Obat-obatan

Jika hemiparesis disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti stroke atau cedera otak, pengobatan medis mungkin diperlukan.

Dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk mengontrol gejala, mencegah komplikasi, atau mengatasi penyebabnya.

Penting untuk mengikuti rekomendasi dokter dan melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan kondisi.

4. Prosedur bedah

Pada beberapa kasus, operasi bedah mungkin dibutuhkan untuk mengatasi penyebab dari gangguan neurologis ini.

Sebagai contoh, jika ada tekanan pada saraf atau pembuluh darah yang mengganggu fungsi, operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan.

Walau begitu, keputusan untuk melakukan bedah harus dilakukan setelah dokter spesialis melakukan evaluasi secara menyeluruh. 

Kesimpulan

Hemiparesis adalah kondisi yang menyebabkan satu sisi tubuh melemah. Penyebabnya, yaitu kerusakan otak atau sistem saraf pusat akibat stroke atau kondisi medis lainnya seperti cedera otak. Walaupun bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, ada pengobatan yang dapat membantu, mulai dari terapi, obat-obatan, hingga prosedur bedah. Jadi, jangan ragu untuk mencari bantuan medis agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Institute for Health Metrics and Evaluation. (2023). Global, regional, and national burden of stroke and its risk factors, 1990-2021. Retrieved 25 Oct 2024, from https://www.healthdata.org/research-analysis/library/global-regional-and-national-burden-stroke-and-its-risk-factors-1990-2021

Cleveland Clinic. (2023). Hemiparesis. Cleveland Clinic. Retrieved 25 Oct 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/24952-hemiparesis

American Stroke Association. (n.d.). Hemiparesis. Stroke.org. Retrieved 25 Oct 2024, from https://www.stroke.org/en/about-stroke/effects-of-stroke/physical-effects/hemiparesis

Impact of Stroke. (n.d.). Retrieved 25 Oct 2024, from https://www.world-stroke.org/world-stroke-day-campaign/about-stroke/impact-of-stroke

Winstein, C. J., Stein, J., Arena, R., Bates, B., Cherney, L. R., Cramer, S. C., Deruyter, F., Eng, J. J., Fisher, B., Harvey, R. L., Lang, C. E., MacKay-Lyons, M., Ottenbacher, K. J., Pugh, S., Reeves, M. J., Richards, L. G., Stiers, W., & Zorowitz, R. D. (2016). Guidelines for adult stroke rehabilitation and recovery: A guideline for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 47(6), e98-e169. https://doi.org/10.1161/STR.0000000000000098 

Wu, S., Wu, B., Liu, M., Chen, Z., Wang, W., Anderson, C. S., Sandercock, P., Wang, Y., & Huang, Y. (2019). Stroke in China: Advances and challenges in epidemiology, prevention, and management. The Lancet Neurology, 18(4), 394–405. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(18)30442-6 

Versi Terbaru

05/11/2024

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Pahami Perbedaan TIA dan Jenis Stroke Lainnya

Paralisis, Ketika Fungsi Otot Tubuh Melemah


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan