Pernahkah Anda melihat seseorang tiba-tiba terjatuh atau kehilangan kekuatan otot saat sedang marah atau bahkan tertawa? Kondisi ini bisa disebut sebagai cataplexy atau katapleksi. Apa pengertian cataplexy dan apa penyebabnya? Ketahui jawabannya melalui ulasan berikut.
Apa itu cataplexy?
Cataplexy adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan hilangnya kontrol otot secara tiba-tiba dan sementara.
Masalah neurologis ini biasanya dipicu oleh emosi yang kuat, seperti tawa, kemarahan, atau kejutan.
Meskipun penderita mengalami kelemahan otot, mereka tetap sadar sepenuhnya selama episode berlangsung.
Serangan cataplexy biasanya berlangsung singkat, dari beberapa detik hingga menit, dan dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kondisi ini sering dikaitkan dengan narkolepsi, yaitu gangguan tidur kronis yang membuat seseorang merasakan kantuk berlebihan.
Apakah cataplexy berbahaya?
- Saat berdiri atau berjalan, karena bisa menyebabkan jatuh.
- Saat mengemudi atau menggunakan alat berat, karena bisa menyebabkan kecelakaan.
- Dalam situasi sosial, karena bisa memalukan atau disalahpahami sebagai kondisi lain (misalnya kejang atau lemas tiba-tiba).
Apa hubungan antara cataplexy dengan narkolepsi?
Cataplexy dan narkolepsi memiliki hubungan yang sangat erat. Bahkan, cataplexy merupakan salah satu ciri utama dari narkolepsi tipe 1.
Melansir dari situs Cleveland Clinic, sekitar 75% penderita narkolepsi mengalami cataplexy sebagai bagian dari gejalanya.
Narkolepsi adalah gangguan tidur jangka panjang yang membuat penderitanya sulit mengontrol rasa kantuk.
Orang dengan narkolepsi bisa merasa sangat mengantuk di siang hari, bahkan sampai tertidur tiba-tiba di tengah aktivitas.
Selain itu, narkolepsi bisa disertai gejala lain seperti kelumpuhan tidur (sleep paralysis).
Pada sebagian besar kasus, katapleksi adalah gejala yang muncul bersamaan dengan narkolepsi. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya neuron penghasil hipokretin di otak.
Hipokretin adalah zat kimia yang mengatur kewaspadaan dan siklus tidur-bangun. Ketika zat ini berkurang, maka kontrol terhadap otot dan kesadaran juga terganggu.
Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua penderita narkolepsi mengalami katapleksi. Namun ketika muncul, cataplexy sering kali menjadi tanda yang paling mencolok dan mengganggu.
Oleh karena itu, mengenali hubungan antara dua kondisi ini penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Apa gejala cataplexy?
Gejala cataplexy bisa sangat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Beberapa penderita hanya mengalami kelemahan ringan, sedangkan yang lain bisa mengalami kolaps total tubuh.
Berikut adalah beberapa gejala cataplexy yang umum ditemukan.
- Hilangnya kekuatan otot secara tiba-tiba, biasanya di area wajah, leher, atau lutut.
- Kelopak mata menjadi turun atau tidak mampu berbicara selama beberapa detik.
- Serangan dipicu oleh emosi kuat seperti tertawa, marah, kaget, atau kegembiraan.
- Tetap sadar penuh selama episode berlangsung.
- Tidak ada kejang, meskipun terkadang tampak seperti pingsan atau epilepsi.
Apa penyebab cataplexy?
Penyebab utama cataplexy adalah narkolepsi tipe 1, yaitu gangguan tidur kronis yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan di siang hari dan gangguan dalam mengatur siklus tidur-bangun.
Cataplexy terjadi akibat kekurangan hipokretin (dikenal juga sebagai oreksin), yaitu zat kimia di otak (neurotransmitter) yang berperan penting dalam menjaga kewaspadaan dan mengatur fase tidur.
Dalam kondisi normal, tubuh secara alami mengalami kelumpuhan otot saat memasuki tidur tahap REM (rapid eye movement) agar manusia tidak bergerak selama bermimpi.
Namun, pada orang dengan cataplexy, karena tubuh mereka kekurangan zat hipokretin, otot bisa tiba-tiba melemah seperti saat tidur nyenyak (tahapan tidur REM), meskipun mereka sedang terjaga.
Hal ini paling sering terjadi saat mereka merasakan emosi yang kuat, seperti tertawa atau kaget. Inilah yang menyebabkan tubuh tiba-tiba lemas atau roboh saat terserang cataplexy.
Bagaimana cara mendiagnosis katapleksi?
Mendiagnosis cataplexy bukanlah hal yang mudah. Hal ini karena hingga saat ini, belum ada tes khusus yang bisa secara langsung memastikan seseorang mengalami cataplexy.
Namun, dokter biasanya mengandalkan kombinasi dari wawancara, observasi, dan beberapa pemeriksaan tambahan untuk membantu mengenalinya.
Langkah pertama yang paling penting adalah wawancara menyeluruh dengan pasien, dan kadang juga dengan anggota keluarganya.
Dalam proses ini, dokter akan menggali lebih dalam mengenai gejala yang dialami.
Mereka akan menanyakan seberapa sering serangan terjadi, berapa lama berlangsung, apa saja pemicunya, serta otot-otot mana yang biasanya terpengaruh.
Selain itu, dokter akan menanyakan soal rutinitas tidur, obat yang sedang dikonsumsi, serta apakah ada gejala lain seperti rasa kantuk berlebihan di siang hari.
Walau belum menjadi prosedur standar, rekaman video saat serangan berlangsung bisa sangat membantu.
Dengan melihat langsung bagaimana gejalanya muncul, dokter bisa mendapat gambaran yang lebih jelas dan akurat.
Jika dari hasil wawancara dokter mencurigai adanya cataplexy yang berhubungan dengan narcolepsy tipe 1, biasanya akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
Dua tes tidur yang umum digunakan adalah tes tidur semalam (polysomnography) dan tes tidur siang hari (multiple sleep latency test/MSLT).
Tes-tes ini berguna untuk melihat pola tidur secara menyeluruh dan mendeteksi adanya gangguan tidur lainnya.
Bagaimana cara mengatasi cataplexy?
Hingga saat ini, obat-obatan menjadi pilihan utama dalam penanganan cataplexy.
Menariknya, beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengobati narkolepsi juga dapat membantu meredakan gejala cataplexy.
Berikut beberapa jenis obat yang sudah mendapatkan persetujuan dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) khusus untuk cataplexy.
- Sodium oxybate.
- Lower-sodium oxybate.
- Pitolisant.
Selain obat-obatan di atas, dokter mungkin meresepkan obat lain yang penggunaannya belum secara resmi disetujui untuk katapleksi, tapi terbukti membantu.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
- Fluoxetine dan obat sejenis dari golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
- Venlafaxine atau obat lain dari kelompok serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs).
- Clomipramine dan jenis tricyclic antidepressants (TCAs).
- Solriamfetol.
Namun, perlu diingat kembali bahwa penggunaan obat harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien, dan tentu saja di bawah pengawasan dokter.
Yang paling penting, setelah memulai pengobatan, pastikan untuk tidak melewatkan dosis dan tidak menghentikan obat secara mendadak.
Jika tidak, serangan cataplexy bisa muncul kembali dengan intensitas yang lebih parah.
Kesimpulan
- Cataplexy adalah kehilangan kontrol otot secara tiba-tiba yang dipicu oleh emosi kuat seperti tawa atau marah, dan biasanya berkaitan erat dengan narkolepsi tipe 1.
- Kondisi ini terjadi karena kekurangan hipokretin, zat kimia otak yang mengatur kewaspadaan dan tidur, sehingga otot melemah meski penderita masih sadar.
- Gejalanya bervariasi dari kelemahan otot ringan hingga tubuh roboh total.
- Pengobatan utama melibatkan obat-obatan seperti sodium oxybate, pitolisant, serta beberapa antidepresan, dan harus dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk mencegah kekambuhan.
[embed-health-tool-bmi]