backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

5 Pilihan Obat Narkolepsi dari Dokter Plus Perawatannya di Rumah

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 19/12/2020

    5 Pilihan Obat Narkolepsi dari Dokter Plus Perawatannya di Rumah

    Ada beberapa orang yang bisa tiba-tiba tertidur di tengah-tengah aktivitas. Bukan karena mengantuk, orang-orang dengan kondisi ini mengalami gangguan saraf yang disebut narkolepsi. Gangguan saraf ini sangatlah membahayakan dan tentu mengganggu keseharian Anda. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui berbagai obat narkolepsi yang diresepkan dokter dan perawatan rumahan untuk mengelola gejala narkolepsi.

    Sekilas tentang narkolepsi

    Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis di mana terjadi kelainan pada saraf seseorang yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kantuk berlebih di siang hari dan bisa tertidur kapan saja meskipun sedang beraktivitas. Masalah saraf yang satu ini menganggu kemampuan seseorang untuk mengendalikan kapan harus tidur dan bangun. Dalam siklus tidur normal biasanya seseorang mengawali tidurnya dengan tahap tidur ayam, menuju tidur pulas, tidur pulas, dan tidur REM (rapid eye moevement).

    Orang dengan narkolepsi biasanya langsung masuk ke tidur REM, bukannya dari tidur ayam dulu. Dalam tidur REM, Anda bisa mengalami mimpi dan kelumpuhan otot. Gejala yang biasa terjadi pada penderita narkolepsi adalah tidur sepanjang hari, katapleksi (kelumpuhan otot tiba-tiba dan tidak dapat dikendalikan), halusinasi, dan sleep paralysis (sering disebut sebagai “ketindihan’ karena sensasinya seolah-olah Anda tidak bisa bergerak akibat tekanan besar pada tubuh).

    Obat narkolepsi yang diresepkan dokter

    Berikut ini ada sejumlah obat yang digunakan untuk mengobati dan mengurangi gejala narkolepsi, yaitu

    1. Ritalin (methylphenidate)

    Ritalin dapat membantu mengatasi rasa kantuk di siang hari yang berlebihan dan mampu meningkatkan kewaspadaan. Dokter biasanya menyarankan untuk tidak meminumnya terlalu sering agar obat ini tetap efektif bagi Anda.

    Efek samping: Sakit kepala, gelisah, gangguan sistem pencernaan, dan cepat marah.

    2. Progivil (modafinil)

    Obat ini digunakan untuk mengurangi rasa kantuk berlebihan yang terjadi di siang hari.

    Efek samping: Sakit kepala.

    3. Nuvigil (armodafinil)

    Cara kerja obat nuvigil ini mirip dengan provigil yang digunakan untuk mengurangi rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.

    Efek samping: Sakit kepala dan mual.

    4. Antidepresan trisiklik (anfranil dan tofranil) dan selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRI)

    Antidepresan digunakan untuk mengurangi depresi yang mungkin terjadi pada pengidap narkolepsi. Sedangkan Prozac yang termasuk dalam golongan SSRI sering digunakan untuk mengurangi katapleksi, yaitu kondisi di mana otot Anda tiba-tiba melemas atau lumpuh.

    Efek samping: Sakit perut, mulut kering, kelelahan, detak jantung tidak teratur, masalah pada perut, dan disfungsi seksual.

    5. Xyrem (sodium oxybate)

    Obat narkolepsi ini digunakan untuk mengobati rasa kantuk berlebihan dan katapleksi (otot yang melemas secara tiba-tiba) ketika obat-obatan lainnya sudah tidak mempan.

    Perawatan rumahan untuk narkolepsi

    Perubahan gaya hidup sehat yang dibarengi dengan pengobatan dari dokter dapat membantu Anda untuk mencegah gejala narkolepsi. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, yaitu:

    • Banyak kasus yang menyatakan seseorang mengalami perbaikan gejala narkolepsi saat mereka tidur teratur dan cukup, yakni sekitar 7-8 jam per malam.
    • Dikutip dari WebMD, sebuah studi menunjukkan tidur malam yang cukup dan tidur siang selama sekitar 15 menit adalah kombinasi tidur yang tepat bagi kesehatan.
    • Jangan makan terlalu kenyang dan hindari alkohol, kafein, dan nikotin (rokok) karena keduanya bisa menganggu tidur.
    • Berolahraga secara teratur. Olahraga dapat membuat Anda merasa lebih terjaga di siang hari dan mengantuk di malam hari.

  • Hindari obat bebas yang dapat menyebabkan kantuk, kecuali memang diresepkan dokter.
  • Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 19/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan