backup og meta

Pikun

Pikun

Definisi

Apa itu penyakit pikun?

Pikun adalah kondisi ketika seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Seiring bertambahnya usia, perubahan muncul di semua bagian tubuh, termasuk otak. Nah inilah sebabnya pikun adalah kondisi yang biasanya terjadi dalam proses penuaan.

Dalam dunia medis, pikun seringkali dijadikan gejala penyakit demensia dan penyakit Alzheimer. Demensia dan penyakit Alzheimer mengacu pada penurunan fungsi otak seperti menurunnya daya ingat dan kecepatan berpikir serta berperilaku.  

Seberapa umumkah?

Pikun adalah kondisi yang paling sering dialami oleh orang lanjut usia (lansia). Meski begitu, beberapa orang muda juga bisa saja mengalami pikun.

Pikun pada orang muda biasanya disebabkan karena cedera kepala dan trauma psikologis parah. Wanita lebih sering mengalami pikun daripada pria.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala pikun?

Tanda dan gejala pikun berbeda-beda pada setiap orang. Namun, beberapa tanda khas dari gejala pikun adalah:

  • Sering menanyakan hal yang sama berulang kali
  • Sering tersesat di tempat yang sudah lama dikenalinya
  • Tidak bisa mengingat dan mengikuti aturan
  • Bingung tentang waktu, orang, dan tempat
  • Lupa langkah-langkah untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, pakai sepatu, dan berpakaian
  • Tidak memedulikan keamanan, kebersihan, dan asupan gizi mereka

Dikutip dari Fisher Center for Alzheimer’s Research Foundation, ada pula perubahan mental yang berhubungan dengan kondisi ini, yaitu:

  • Gangguan penilaian
  • Kehilangan ingatan
  • Terkadang berperilaku kekanak-kanakan

Perubahan psikologis dianggap terkait dengan penuaan sel-sel otak. Sementara itu, perubahan fisik yang terkait dengan penuaan terjadi pada semua individu sampai batas tertentu. 

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Pikun merupakan hal yang wajar bagi orang lanjut usia, tapi jika Anda merasa cemas, periksa ke dokter untuk saran dan nasihat lebih jelas. Jika dokter mencurigai adanya penyakit saraf dan mengharuskan perawatan, ikuti nasihat dan instruksi dokter.

Penyebab

Apa penyebab pikun?

Fungsi memori otak sangat rumit karena hampir terlibat pada semua aktivitas otak. Oleh sebab itu, cedera yang memengaruhi kepala dan otak dapat mengganggu ingatan.

Penyakit pikun mungkin merupakan akibat kerusakan struktur sistem sinyal otak (sistem yang mengendalikan emosi dan ingatan). Kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan otak atau penyakit saraf.

Gangguan otak yang mungkin menjadi penyebab pikun adalah:

  • Stroke
  • Penyakit Alzheimer
  • Kejang
  • Tumor atau infeksi di dalam otak
  • Penyumbatan darah di dalam otak
  • Kekurangan oksigen di dalam otak
  • Keracunan karbon monoksida
  • Bakteri herpes encephalitis, kanker, dan penyakit autoimun
  • Kecanduan alkohol kronis Wernicke-Korsakoff yang mengakibatkan kekurangan vitamin B1
  • Efek samping pengobatan tertentu
  • Kekurangan vitamin B12 yang menyebabkan hilang ingatan

Faktor lain penyebab pikun adalah kelainan tiroid, ginjal, dan hati. Tak hanya itu, masalah kejiwaan seperti stres, kecemasan atau depresi, bisa membuat orang lebih cepat lupa dan dapat dikira terkena demensia.

Contohnya, orang yang baru-baru ini pensiun atau yang kerabatnya meninggal, atau yang sedang sedih, kesepian atau cemas.

Kebingungan dan kelupaan yang disebabkan oleh emosi biasanya bersifat sementara dan hilang ketika perasaan itu memudar. Masalah emosional dapat diselesaikan oleh pihak-pihak pendukung. 

Namun, jika perasaan tersebut bertahan lebih dari dua minggu, penting untuk mendapatkan bantuan dari dokter. Perawatan untuk mengatasi kondisi tersebut mungkin termasuk konseling, obat-obatan, atau keduanya.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya terkena penyakit pikun?

Beberapa hal yang meningkatkan risiko Anda terkena penyakit pikun adalah:

  • Cedera kepala dan otak
  • Stroke
  • Kecanduan alkohol
  • Kejang

Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk penyakit pikun?

Penyakit pikun tidak memerlukan pengobatan. Pasalnya beberapa perubahan gaya hidup dapat membantu Anda mengatasi pikun. Latihan otak, menemukan hobi atau minat baru, dan terlibat dalam banyak aktivitas akan membantu berpikir cepat. Membatasi alkohol juga akan mencegah kerusakan otak.

Pasien juga dapat menggunakan metode obat pikun lainnya, seperti:

  • Membuat rencana dan daftar aktivitas.
  • Menggunakan catatan, kalender, dan benda yang membantu mengingat lainnya.
  • Keluarga dan teman dapat membantu orang mengingat rutinitas harian, aktivitas, dan kontak sosial.
  • Stress, kecemasan, atau depresi dapat membuat orang pelupa. Jika terus berlangsung, pengobatan dapat termasuk konseling, pengobatan, atau keduanya yang lebih sering.
  • Pada pasien Alzheimer di tahap awal dan menengah, obat-obatan mungkin mencegah memburuknya gejala.

Konsultasikan ke dokter untuk mengetahui obat pikun lainnya.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini?

Dokter akan memeriksa riwayat pengobatan dan kesehatan dengan bantuan ahli saraf dan psikiater. Beberapa tes yang biasa dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit pikun adalah:

  • Tes darah
  • Tes urin
  • Tes memori, kemampuan memecahkan masalah, dan bahasa

Dalam kasus yang spesifik, ST scan, MRI, ataupun PET scan mungkin membantu dokter mengesampingkan kelainan atau perubahan kimia otak.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pikun?

Dilansir dari Healthline, gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mencegah pikun:

  • Lakukan latihan otak. Lakukan aktivitas yang membuat Anda berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengingat informasi. Aktivitas semacam ini dapat merangsang otak Anda. Cobalah menyusun puzzle, melakukan aktivitas seni, atau mempelajari keahlian baru
  • Tetaplah aktif. Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan Anda secara keseluruhan, tapi aktivitas fisik bisa meningkatkan aliran darah ke otak Anda. Coba lakukan latihan aerobik paling tidak 30 menit sehari. 
  • Lakukan aktivitas sosial. Menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman dapat merangsang otak Anda dan mencegah Anda dari stres dan depresi. Anda juga bisa bergabung dalam kegiatan organisasi supaya tetap aktif berkegiatan sosial. 
  • Makan makanan bergizi. Fokus pada makanan yang kaya sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Pilihlah protein sehat, seperti kacang-kacangan, ikan, dan ayam. 
  • Deteksi kondisi kesehatan lain. Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko Anda mengalami pikun. Jika Anda mengidap penyakit, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi, pastikan Anda menjalani perawatan di bawah pengawasan dokter. 
  • Jaga keamanan kepala. Cedera otak traumatis dapat menyebabkan kondisi ini. Ingatlah untuk selalu mengenakan helm saat melakukan kegiatan, seperti bersepeda atau olahraga lainnya.  

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

(COVID-19), C., Health, E., Disease, H., Disease, L., Management, P., & Conditions, S. et al. (2020). Is It Alzheimer’s or Normal Aging?. Retrieved 30 April 2020, from https://www.webmd.com/alzheimers/guide/alzheimers-or-forgetful#1

Do Memory Problems Always Mean Alzheimer’s Disease?. (2020). Retrieved 30 April 2020, from https://www.nia.nih.gov/health/do-memory-problems-always-mean-alzheimers-disease

Do Memory Problems Always Mean Alzheimer’s Disease?. (2020). Retrieved 30 April 2020, from https://www.nia.nih.gov/health/do-memory-problems-always-mean-alzheimers-disease

The Difference Between Senility and Dementia. (2020). Retrieved 30 April 2020, from https://www.verywellhealth.com/what-does-senile-really-mean-98594

Senile Dementia. (2010). Retrieved 30 April 2020, from https://www.alzinfo.org/articles/senile-dementia/

Versi Terbaru

07/01/2021

Ditulis oleh Fajarina Nurin

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Apakah Orang yang Jarang Mimpi Lebih Rentan Pikun di Masa Tua?

Hubungan Antara Stroke dan Demensia, Benarkah Berkaitan?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 07/01/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan