Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua bagian dan disatukan oleh “jembatan” bernama ismus yang menutupi cincin tulang tenggorokan kedua dan tiga. Kelenjar ini memproduksi hormon tiroksin yang dibutuhkan oleh hampir semua proses tubuh, termasuk pengaturan suhu, metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan vitamin A. Hormon ini juga mempengaruhi kerja organ tubuh seperti jantung, pencernaan, otot, dan sistem saraf.
Gangguan produksi hormon tiroksin terbagi dua: terlalu banyak produksi hormon (hipertiroid) atau terlalu sedikit produksi hormon (hipotiroid). Hipertiroidisme adalah kumpulan gejala yang diakibatkan produksi hormon tiroid yang berlebihan, sedangkan tirotoksikosis merupakan gejala yang timbul akibat sirkulasi hormon tiroid yang berlebihan di darah. Di Indonesia, prevalensi penyakit hipertiroidisme berkisar di 6,9%, dan penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita.
Apa saja penyebab hipertiroidisme?
Hipertiroidisme biasanya dibagi atas hipertiroidisme primer dan sekunder. Umumnya hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Graves, gondok multinoduler toksik, dan adenoma toksik, walaupun masih banyak penyakit lain yang bisa menyebabkannya
Hipertiroidisme primer
- Penyakit graves
- Gondok multinodular toksik
- Adenoma toksik
- Obat: kelebihan iodium, litium
- Kanker tiroid
Hipertiroidisme sekunder
- Resistensi hormon tiroid
- Tirotoksikosis pada kehamilan (trimester pertama)
- TSH-Secreting tumor
Apa saja gejala hipertiroidisme?
Gejala hipertiroidisme terbagi atas dua: gejala umum, dan gejala spesifik terhadap organ tubuh di mana hormon ini bekerja. Gejala umumnya antara lain: tak tahan hawa panas, mudah lelah, leher membesar, penurunan berat badan, sering lapar, sering buang air besar. Sedangkan gejala spesifik, sebagai berikut:
- Sistem pencernaan: banyak makan, haus, muntah, sulit menelan, pembesaran limfa.
- Sistem reproduksi: gangguan siklus haid, penurunan libido, kemandulan, ginekomastia pada laki-laki.
- Kulit: keringat berlebihan, kulit basah, rambut rontok.
- Psikis dan saraf: labil, mudah tersinggung, sulit tidur, tangan gemetar.
- Jantung: jantung berdebar-debar, gangguan irama jantung, hipertensi, gagal jantung.
- Sistem otot dan tulang: mudah lelah, nyeri tulang, osteoporosis.
Pada penyakit Graves, biasanya ditemukan gejala lain, seperti pembengkakan di tulang kering kaki, bola mata yang menonjol, penurunan penglihatan, penglihatan ganda dan luka di kornea mata.
Apa yang harus saya lakukan jika menemukan gejala di atas?
Segera berobat ke dokter atau pusat kesehatan terdekat jika mengalami gejala di atas, biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan adalah:
- Pemeriksaan fungsi tiroid (TSH dan hormon tiroid). TSH diproduksi di bagian otak bernama hipofisis, dan berfungsi untuk merangsang kelenjar tiroid untuk melepaskan hormonnya. Pada hipertiroidisme biasanya ditemukan kadar TSH yang menurun dan hormon tiroid yang meningkat.
- USG. USG berfungsi untuk melihat adanya nodul, ukuran, bentuk, dan membedakannya dengan kista.
- Scan tiroid. Tes ini bertujuan untuk mengetahui penyebab hipertiroidisme. Pasien disuntikkan isotop yodium, kemudian dilakukan scanning untuk melihat respon tiroid. Nodul yang menghasilkan hormon berlebihan disebut nodul panas, biasanya kanker, walaupun ada juga beberapa nodul dingin yang merupakan kanker.
Bagaimana cara mengobati hipertiroidisme?
Pengobatan hipertiroid dapat dikelompokkan dalam 3 bentuk: tirostatika, yodium radioaktif, dan tiroidektomi.
1. Tirostatika (obat anti tiroid)
Obat ini berfungsi untuk menghambat sintesis hormon tiroid dan menekan proses autoimun. Pemberian obat ini awalnya dalam dosis terbesar atau sesuai klinis, kemudian diturunkan sampai dosis terendah di mana hormon tiroid masih dalam batas normal. Efek samping dari obat ini adalah ruam di kulit, gatal, alergi, nyeri otot & sendi.
Contoh obat: propiltiourasil (PTU), metimazol, karbimazol
2. Yodium radioaktif
Radioiodin dalam dosis kecil dapat merusak kelenjar tiroid dan memperbaiki gejala hipertiroidisme. Pengobatan ini memiliki beberapa kelebihan seperti cepat dan mudah dilakukan serta angka kekambuhan yang rendah. Kekurangannya adalah dapat terjadi hipotiroid pasca terapi (50%).
Pengobatan ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, atau yang merencanakan kehamilan dalam 6 bulan ke depan.
3. Tiroidektomi (pembedahan tiroid)
Pembedahan tiroid dapat dilakukan secara total atau sebagian (parsial). Pilihan ini dilakukan jika ditemukan indikasi berikut:
- Hipertiroidisme yang parah pada anak
- Pasien yang tidak sembuh dengan obat anti tiroid
- Pembengkakan kelenjar tiroid atau gejala mata yang parah
- Pasien yang memerlukan kesembuhan yang cepat seperti ibu hamil, ibu yang merencanakan kehamilan dalam 6 bulan atau orang dengan penyakit jantung yang tidak stabil
Kelebihan metode ini adalah banyak pasien dengan fungsi tiroid normal pasca operasi tanpa adanya gejala hipotiroid. Kelemahannya adalah angka kekambuhan yang cukup tinggi dan memerlukan pengobatan jangka panjang yang teratur.
Obat lain yang sering diberikan pada hipertiroidisme adalah beta-blocker. Obat ini berfungsi untuk mengurangi gejala hipertiroid seperti jantung berdebar, tangan gemetar dan lainnya. Contoh obat ini adalah propranolol dan metoprolol.
BACA JUGA:
- Cegukan Tak Berhenti-berhenti? Bisa Jadi Gejala 6 Penyakit Ini
- Mendeteksi 3 Gejala Kanker Serviks
- 4 Gejala Kanker Payudara yang Paling Umum
[embed-health-tool-bmi]