Autisme adalah gangguan perkembangan otak dan saraf anak yang memengaruhi caranya berinteraksi, bersosialisasi, berbahasa, berekspresi, dan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Ciri-ciri autisme pada bayi dan anak bisa terlihat pada tiga tahun pertama kehidupannya. Berikut penjelasan seputar ciri-ciri autis pada bayi dan anak.
Ciri-ciri umum autis pada bayi dan anak
Autisme mencakup segala gangguan dalam cara anak berinteraksi, bersosialisasi, berbahasa, berpikir, berekspresi, dan berkomunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal.
Autisme juga dapat membuat seorang anak mengalami gangguan dalam berperilaku.
Pada bayi, kelainan ini cukup sulit didiagnosis karena gejalanya yang samar dan rentan disalahpahami sebagai masalah kesehatan lain.
Namun melansir Help Guide, ada beberapa ciri-ciri dan gejala autis yang dapat terlihat pada bayi dan anak sejak dini. Beragam gejala tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bermasalah dengan kontak mata
Menginjak sekitar usia 4 bulan, bayi dapat mulai melihat dengan lebih jelas dan luas serta bisa memfokuskan pandangannya. Mulai usia ini, mata bayi juga sudah bisa mengikuti gerak suatu objek.
Namun, waspadai ciri-ciri bayi autis jika lewat dari usia tersebut matanya kerap kali tidak mengikuti gerak benda di hadapannya.
Tatapan mata kosong dan tidak fokus seperti sedang melamun merupakan gejala autisme pada bayi yang paling umum dan bisa Anda amati setiap hari.
Ciri bayi autis juga dapat dilihat dari matanya yang tidak pernah menatap mata Anda saat disuapi makanan atau tersenyum balik saat Anda tersenyum.
2. Tidak merespons saat namanya dipanggil
Menginjak usia 7 bulan, anak bayi umumnya sudah bisa mengenali suara orangtua dan merespons suara lain. Ia juga sudah bisa menengok ketika mendengar suara yang menarik baginya.
Semakin sering mengajaknya berbicara, semakin besar peluang si Kecil untuk menguasai kemampuan ini lebih cepat.
Namun, bila anak bayi tidak menunjukkan respons ketika Anda memanggil namanya, ini bisa jadi gejala dan ciri-ciri awal autis.
Namun perlu dipahami, tidak semua bayi mengalami perkembangan di usia yang sama. Si Kecil bisa jadi lebih cepat atau lambat dari rata-rata usia.
3. Tidak mengoceh seperti bayi lainnya
Dilansir dari laman Kids Health, ketika memasuki usia 2 bulan, bayi umumnya baru mulai mengoceh.
Ia mungkin mengeluarkan suara-suara yang tidak memiliki arti. Suara ini dibuat karena refleks otot di sekitar mulut bayi atau dilakukan untuk mendapatkan perhatian orang di sekitarnya.
Akan tetapi, bayi yang autis kemungkinan besar tidak menunjukkan ciri-ciri ini pada perkembangan mereka.
Si Kecil cenderung tidak berceloteh atau mengikuti bunyi-bunyian yang dibuat. Bila bayi mengalami hal ini disertai gejala dan penyebab autisme, Anda boleh mencurigai terjadinya autis pada bayi.
4. Koordinasi mata dengan anggota gerak buruk
Kemampuan tubuh yang dikuasai bayi adalah koordinasi antara mata dengan anggota gerak, baik itu tangan maupun kaki.
Kemampuan ini membuat si Kecil bisa menanggapi pelukan, mengulurkan tangan untuk dipeluk, atau menyentuh benda yang ada di depannya.
Namun pada anak bayi yang mengidap autis, mereka memiliki ciri-ciri kurang responsif. Mereka mungkin tidak akan melambaikan tangan ketika orang lain mengucapkan selamat tinggal.
5. Ciri-ciri anak bayi autis dari gejala lain
Ciri-ciri autis pada bayi tidak hanya itu. Semakin bertambah umur, gejalanya akan semakin jelas dan bisa dibedakan dengan bayi lainnya.
Beberapa gejala autis pada bayi yang lebih tua usianya, antara lain sebagai berikut.
- Menghindari kontak mata saat orang lain menatap atau mengajak bicara.
- Sering melakukan perilaku berulang, seperti menepuk tangan, mengayunkan tangan, atau memainkan jari tidak mengenal situasi.
- Tidak menjawab pertanyaan dengan benar, cenderung mengulang pertanyaan.
- Bayi lebih suka bermain sendiri dan tidak suka dengan kontak fisik, seperti dipeluk atau disentuh.
- Pada beberapa kasus, autisme menunjukkan ciri-ciri anak terlambat bicara.
- Anak cenderung mengulangi kata atau frasa yang sama berulang kali.
- Nada bicara tidak normal, bisa datar saat bertanya atau malah bernada saat membuat pernyataan.
- Tidak memahami perintah atau pertanyaan sederhana.
- Pada beberapa kasus, si Kecil juga menunjukkan gejala anak hiperaktif.
6. Memiliki masalah dengan keterampilan sosial (interaksi)
Anak dengan autisme biasanya mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, yang ditunjukkan dengan ciri sebagai berikut.
- Tidak dapat menanggapi saat dipanggil namanya pada usia 12 bulan.
- Tidak tertarik untuk bermain, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain.
- Lebih suka menyendiri.
- Menghindari atau menolak kontak fisik.
- Ketika kesal, biasanya anak tidak suka dihibur.
- Anak tidak mengerti perasaannya sendiri dan orang lain.
7. Masalah dalam komunikasi
Anak dengan autisme (autis) biasanya memiliki masalah komunikasi dengan ciri-ciri seperti berikut ini.
- Terlambat bicara dibandingkan dengan anak seusianya.
- Berbicara dengan nada suara yang aneh dan tak jarang sulit dimengerti.
- Sering mengulang frasa yang sama berulang kali.
- Menanggapi pertanyaan dengan mengulanginya, bukan justru menjawabnya.
- Tidak memahami arah, pernyataan, atau pertanyaan sederhana.
- Tidak bisa memahami lelucon yang diberikan.
Anak yang sering menggunakan bahasa secara salah, misalnya menggunakan kata ganti orang ketiga dalam menyebut dirinya sendiri, juga menjadi tanda autisme.
8. Ciri-ciri anak autis dari aspek perilaku yang tidak biasa
Anak dengan autisme akan menunjukkan perilaku yang tidak biasanya seperti berikut ini.
- Melakukan gerakan yang sama berulang kali, misalnya mengepakkan tangan, bergoyang maju mundur, atau menjentikkan jari.
- Bergerak dengan perilaku berlebih yang konstan.
- Melakukan rutinitas khusus dan kesal ketika rutinitasnya diubah.
- Memiliki kebiasaan makan yang lebih rewel.
- Sering bertindak tanpa berpikir.
- Memiliki perilaku yang agresif, baik dengan diri sendiri maupun orang lain.
- Tidak bisa fokus pada satu hal dalam waktu yang lama.
- Memiliki minat sensorik yang tidak biasa, misalnya mengendus mainan, benda, atau orang.
- Memainkan sesuatu dengan cara berulang dan tidak imajinatif.
Jika melihat berbagai gejala ini pada anak, maka usahakan untuk segera memeriksakannya ke dokter untuk dicari tahu akar masalahnya. Penanganan dini yang tepat dapat membantu efektivitas pengobatan.
Apakah autisme bisa disembuhkan? Memang tidak ada obat yang bisa menyembuhkan autisme, tapi penanganan gejala lebih dini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anak.
Cara orangtua mengamati ciri-ciri autis pada anak
Sebagai orangtua, Anda berada dalam posisi terbaik untuk menemukan berbagai ciri-ciri awal dari autis pada anak.
Anda bisa mengamati perkembangan, perilaku, serta kebiasaan aneh yang dilakukan anak ketimbang dokter yang hanya bertemu orangtua dalam waktu yang terbatas.
Dokter memiliki peran besar untuk menegakkan diagnosis lewat laporan pengamatan Anda dan mengarahkan perawatan terbaik sesuai dengan keparahan gejalanya.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengetahui adanya ciri-ciri autis pada anak lebih dini.
1. Pantau perkembangan anak
Autisme (autis) yang menyerang anak memiliki ciri-ciri keterlambatan perkembangan fungsi tubuh.
Oleh karena itu, mengetahui perkembangan anak yang normal dan membandingkan perkembangan tersebut pada si Kecil bisa dijadikan salah satu cara untuk mendeteksi autisme lebih dini.
Meskipun tidak semua keterlambatan perkembangan mengarah pada autisme, ini bisa membantu mendeteksi masalah kesehatan lain yang dihadapi anak.
2. Konsultasi kepada dokter
Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Anda tidak perlu panik jika si Kecil lebih lambat dalam berjalan atau berbicara.
Namun, orangtua juga tidak boleh memandang hal ini sebelah mata. Jika keterlambatan si Kecil menimbulkan kekhawatiran, jangan ragu untuk konsultasi kepada dokter.
Jika menunggu lebih lama, hal ini bisa membuat kondisi anak menjadi lebih buruk, bahkan mengurangi peluang bagi anak untuk sembuh dari beberapa masalah kesehatan selain autisme.
3. Percayai naluri
Sebagai orangtua, ikatan Anda dengan si Kecil jauh lebih dekat. Ini menyebabkan naluri jadi lebih peka, sehingga orangtua bisa mengetahui adanya kesalahan yang terjadi pada anak secara terus-menerus.
Dengan memercayai naluri, Anda akan terdorong membawa si Kecil ke dokter untuk mengetahui kondisinya lebih lanjut.
Dalam hal ini, perlu diingat bahwa setiap anak dapat memiliki gejala yang berbeda-beda, terutama pada anak perempuan.
Mengutip dari Child Mind, anak perempuan yang autis menunjukkan ciri-ciri perilaku berulang yang tidak terlihat jelas ketimbang anak laki-laki.
Susan F. Epstein, PhD, seorang neuropsikologis, juga menyebutkan bahwa anak perempuan yang autis lebih tertarik kuda mainan ketimbang menghafal jadwal keberangkatan kereta atau hal-hal yang berkaitan dengan angka.
Selain itu, anak perempuan yang didiagnosis juga tetap bisa tersenyum atau menanggapi respons tertentu, tetapi lebih jarang.
Gejala yang samar-samar pada anak perempuan ini membuat dokter sulit untuk menegakkan diagnosis, sehingga kerap kali dialihkan pada kondisi lain, seperti ADHD, depresi, dan kecemasan.
Kapan harus membawa anak ke dokter?
Berikut ini ada beberapa ciri-ciri anak autis yang perlu dibawa ke dokter.
- Lebih dari usia 5 bulan, si Kecil tidak menunjukkan tanda ketertarikan pada sekitar.
- Bola matanya tidak mengikuti arah gerak benda yang ada di depannya.
- Memasuki usia 6 bulan, anak tidak menunjukkan senyum atau ekspresi lainnya, meski sudah mencoba menarik perhatiannya
- Perkembangan bahasa bayi tidak berjalan dengan baik (tidak mengoceh dan mengeluarkan suara-suara di usia 9 bulan).
- Menjelang usia 1 tahun, si Kecil tidak memberi respons menolehkan kepalanya ketika namanya dipanggil.
- Pada usia 1 tahun, bayi tidak menunjukkan keaktifan seperti menunjuk, menggapai, atau melambai.
- Memasuki usia 16 bulan, bayi sama sekali tidak mengucapkan kata satu pun atau sangat jarang berceloteh.
- Pada usia 2 tahun, bayi tidak mencoba mengulang kata-kata tertentu yang diucapkan atau meniru gerak tubuh yang dilakukan.
Bila melihat ciri-ciri tersebut pada anak, Anda bisa mencurigainya sebagai autisme (autis).
Namun, orangtua tidak bisa mendiagnosis kelainan ini berdasarkan persepsi pribadi. Si Kecil harus menjalani beberapa tes kesehatan yang direkomendasikan dokter, hingga dokter betul-betul menetapkan diagnosisnya.
Walaupun tidak ada tes laboratorium khusus yang bisa mendeteksi autisme pada anak, dokter akan melakukan berbagai tes pendekatan.
Anda perlu memberikan laporan riwayat kesehatan, gejala, serta perilaku tertentu untuk dijadikan rujukan.
Menjelaskan riwayat kesehatan bisa membantu dokter untuk menegakkan diagnosis.
Ini terutama jika bayi Anda lahir prematur atau sang ibu menggunakan obat valproic acid (Depakene) atau thalidomide selama kehamilan.
Dokter mungkin akan melibatkan dokter spesialis untuk mengetahui seberapa parah kondisi anak.
Kemudian, merekomendasikan pengobatan yang tepat, seperti terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, dan pengobatan tambahan untuk mengurangi ciri-ciri autis pada anak.
Kesimpulan
- Gangguan spektrum autis (autisme) pada anak dapat muncul sejak usia dini atau bahkan sejak bayi, sehingga perlu memperhatikan perkembangan anak secara cermat.
- Penting untuk diingat bahwa setiap anak dengan autisme adalah unik, dan ciri-ciri autis pada anak dapat berbeda-beda.
- Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan anak yang berkaitan dengan autisme, sebaiknya konsultasikan kepada dokter.
[embed-health-tool-vaccination-tool]