Seperti apa contoh perilaku stimming?
Berikut adalah beberapa contoh perilaku strimulasi diri pada austisme yang sering dilakukan.
- Menggigit kuku.
- Memainkan rambut dengan cara membuat gerakan memutar menggunakan jari.
- Menggemeretakkan buku-buku jari atau persendian.
- Mengetuk-ngetukkan jari ke meja atau permukaan benda apa pun.
- Mengetukkan pensil.
- Menggoyangkan kaki.
- Bersiul.
- Menjentikkan jari.
- Melompat dan berputar-putar.
- Mondar-mandir atau berjalan jinjit.
- Menarik rambut.
- Mengulangi kata atau kalimat tertentu.
- Menggosok atau menggaruk kulit.
- Berkedip berulang-ulang.
- Suka menatap lampu atau benda yang berputar seperti kipas.
- Menjilat, menggosok, atau membelai benda tertentu.
- Mengendus orang atau benda.
- Mengatur ulang benda tertentu, misalnya sendok dan garpu di meja makan.
Anak-anak dengan autisme bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengatur mainan dibandingkan memainkan mainan mereka.
Seperti halnya mengurutkan mobil-mobilan dari ukuran paling besar ke kecil atau berdasarkan pola warna tertentu. Perilaku berulang juga melibatkan perasaan obsesi atau “keasyikan” dengan objek tertentu.
Meski begitu, Anda harus waspadai karena stimming bisa mengarah pada hal-hal yang membahayakan dan justru dapat melukai diri, di antaranya.
- Memukul kepala berulang-ulang.
- Meninju atau menggigit.
- Menggosok atau menggaruk kulit secara berlebihan.
- Mengorek atau mencungkil luka.
- Menelan barang berbahaya.
Bagaimana cara mengatasi perilaku stimming?

Meskipun stimming pada autisme jarang yang berbahaya, tapi ada beberapa alasan mengapa orangtua harus mengendalikan perilaku ini.
Sebab, akan lebih mudah mengendalikan perilaku stimming pada autisme jika Anda mengetahui alasannya.
Perilaku mereka ini adalah bentuk komunikasi yang mereka lakukan untuk itu cobalah memahami apa yang ingin mereka sampaikan itu menjadi bagian penting.
Adapun beberapa hal sederhana lain yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi stimming pada anak autisme, meliputi berikut ini.
1. Melakukan pemeriksaan medis
Jadwalkan pemeriksaan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab stimming pada anak yang didasarkan pada kondisi medis tertentu.
Misalnya, beberapa anak akan membenturkan kepala sebagai respons nonverbal terhadap migrain atau menggosok telinga untuk menunjukkan infeksi telinga.
Dokter anak juga dapat berkonsultasi dengan profesional lain seperti psikiater perkembangan untuk memberi Anda jawaban yang akurat.
2. Evaluasi lingkungan sensorik
Mengelola lingkungan dengan baik untuk memastikan kenyamanan sang buah hati adalah hal yang penting.
Hal itu perlu dilakukan jika anak Anda merasa lingkungan sekitarnya terlalu merangsang sehingga membutuhkan tempat yang tenang untuk beraktivitas atau fokus.
Namun, bila si Kecil butuh banyak stimulasi, maka Anda memutarkan musik atau bermain di luar rumah bersamanya.
Beberapa sekolah memiliki ruang sensorik untuk anak autis yang membutuhkan stimulasi ekstra.
Mungkin ada peralatan yang dapat dipantulkan, diayunkan, atau diputar-putar oleh anak-anak.
Bahkan, mungkin saja ada benda-benda yang dapat mereka gunakan untuk meremas tangan mereka dan mainan yang bisa merangsang secara visual.
3. Lanjutkan berinteraksi saat stimming terjadi
Dilansir dari situs Child Mind Institue, penulis James MacDonald melalui bukunya yang berjudul Communicating Parents mengungkapkan bila anak dengan autisme cenderung melihat dunia melalui sensasi dan tindakan.
Berbeda dengan orang biasa yang memandang dunia melalui pemikiran dan bahasa. Karena hal tersebut, perilaku stimulasi diri atau stimming menjadi masuk akal.
MacDonald pun merekomendasikan untuk tetap melakukan kegiatan bergantian dengan melibatkan sang anak tanpa menghentikan stimming selama kegiatan.
Hal ini dapat dilakukan bertahap hingga si Kecil merasa nyaman dan secara tidak langsung dapat mengurangi rangsangan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar