backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Obat DMARD yang Digunakan untuk Penyakit Autoimun

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengenal Obat DMARD yang Digunakan untuk Penyakit Autoimun

    Penyakit autoimun adalah sebuah penyakit di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang  tubuhnya sendiri. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh keliru menganggap sel-sel sehat dalam tubuh sebagai zat asing, sehingga tubuh mulai menciptakan antibodi yang akan menyerang sel-sel tersebut.

    Supaya tidak menyebabkan parahnya efek penyakit autoimun, pasien yang mengalaminya harus minum obat. Salah satu yang sering digunakan adalah obat DMARD.

    Apa itu obat DMARD?

    DMARD (disease modifying anti rheumatic drugs) adalah jenis kelompok obat yang dibuat untuk mengobati kondisi autoimun seperti rematik (RA), radang sendi psoriatik (PsA), ankylosing spondylitis (AS), dan lupus erythematosus sistemik (SLE).

    Obat DMARD juga digunakan untuk berbagai penyakit lainnya seperti myositis, vasculitis, radang usus (IBD), dan beberapa jenis kanker.

    Meski bisa mengurangi nyeri, DMARD bukanlah obat penghilang rasa sakit. Obat ini bekerja mengurangi peradangan dengan berfokus pada penyebab yang menjadi dasar penyakitnya, bukan dengan mengobati gejala secara langsung.

    DMARD akan memperlambat perkembangan penyakit yang nantinya akan berpengaruh pada berkurangnya gejala seiring waktu selama Anda menjalani pengobatan.

    Penggunaan obat ini tidak bisa dilakukan secara bebas. Anda membutuhkan pengawasan ketat dan tentunya resep dari dokter agar obat tidak menimbulkan dampak yang berbahaya. Biasanya, dokter juga akan meresepkan obat lain yang akan digunakan bersama dengan DMARD sebagai bagian dari pengobatan.

    Jenis DMARD dan cara kerjanya

    obat DMARD
    Sumber: Gazeta Metro

    Obat ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu obat DMARD konvensional dan terapi biologis. Setiap obat memiliki cara kerjanya masing-masing. Berikut penjelasannya.

    Obat DMARD konvensional

    Obat-obatan konvensional merupakan obat DMARD yang bekerja secara lambat dan pengobatannya dapat memakan waktu sampai berminggu-minggu sampai Anda merasakan efeknya. Beberapa obat yang sering digunakan termasuk:

    • Methorexate (MTX). Obat MTX bekerja dengan mengubah cara sel imun dalam memproses protein yang berperan untuk mengurangi peradangan. Obat ini juga dapat menghambat pertumbuhan sel-sel tertentu seperti sel kanker, sel sumsum tulang, dan sel kulit. Karena kegunaannya, obat ini juga digunakan untuk terapi pengobatan kanker.
    • Klorokuin. Biasa digunakan untuk mengobati malaria, klorokuin juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati peradangan seperti rematik. Klorokuin bekerja dengan mencegah pertumbuhan parasit yang hidup dalam sel darah merah. Obat ini juga berfungsi untuk mengeluarkan sitokin yang dapat mengurangi peradangan.
    • Azathioprine. Azathioprine mengobati pembengkakan sendi yang dialami oleh pasien dengan kondisi rematik atau komplikasi lain seperti lupus atau myositis. Obat ini bekerja dengan menekan aktivitas sistem imun dalam tubuh.
    • Leflunomide. Obat Leflunomide menghambat pembentukan DNA yang berperan penting dalam mereplikasi sel termasuk yang ada pada sistem imun. Nantinya, pembentukan sel yang terhambat akan mengurangi kekuatan sistem kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan rasa sakit pada penderita rematik.
    • Sulfasalazine (SSZ). Sulfasalazine merupakan obat perpaduan dari salisilate dan antibiotik. Obat ini bekerja untuk mengurangi pembengkakan dan iritasi akibat peradangan. Obat ini juga dapat mencegah kerusakan sendi.

    Obat DMARD biologik

    DMARD biologik akan diberikan ketika pasien tidak menunjukkan respons dari pengobatan DMARD konvensional. Juga disebut sebagai terapi biologis, pengobatan ini dapat bekerja lebih cepat dibandingkan DMARD konvensional. Terkadang terapi biologis ini diberikan bersama dengan obat DMARD konvensional seperti methotrexate.

    Golongan obat ini bekerja spesifik untuk menghambat sitokin tertentu penyebab peradangan. Salah satu yang termasuk obat ini adalah obat anti-TNF.

    Anti-TNF mencegah munculnya protein bernama tumor necrosis factor berlebih dalam darah atau sendi agar tidak menimbulkan peradangan atau kerusakan lebih lanjut pada sel tubuh.

    Efek samping yang dapat muncul dari obat DMRAD

    Efek samping obat batuk

    Seperti obat lainnya, DMARD juga memiliki beberapa efek samping. Karena obat DMARD bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh untuk mengendalikan peradangan, dampaknya risiko pasien terhadap infeksi penyakit akan meningkat.

    Beberapa tanda-tanda infeksi yang umumnya terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, atau sakit saat buang air kecil. Namun, jenis obat DMARD yang berbeda juga dapat memberikan efek samping yang berbeda pula.

    Obat methotrexate dapat menyebabkan mual, gusi bengkak, dan kelelahan luar biasa. Klorokuin bisa menghasilkan efek samping berupa mual dan diare di awal pengobatannya.

    Bahkan pada kasus yang jarang, obat klorokuin dapat menyebabkan hilangnya penglihatan. Sedangkan pada obat leflunomide efek samping yang ditimbulkan dapat berupa gatal-gatal atau kulit mengelupas.

    Lain lagi dengan obat DMARD biologik, efek samping yang dihasilkan pun lebih berbahaya. Penggunaan beberapa obatnya dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi tuberkulosis laten, di mana infeksi bakteri TB tidak menimbulkan gejala tapi di kemudian hari dapat berkembang menjadi penyakit tuberkulosis.

    Beberapa infeksi lain yang juga dapat menjadi efek samping terapi biologis meliputi penyakit hepatitis dan CMV.

    Oleh karena itu, jika Anda menderita penyakit autoimun dan ingin memilih DMARD sebagai pengobatan, amat perlu untuk mengonsultasikan ke dokter terutama jika Anda juga sedang mengalami kondisi lainnya seperti kehamilan.

    Agar tidak menimbulkan komplikasi, tanyakan juga pada dokter tentang manfaat dan efek samping obat serta tak lupa untuk mendiskusikannya dengan keluarga Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan