Organ reproduksi pria terdiri dari sepasang testis atau buah zakar yang berfungsi memproduksi sel sperma. Namun, apa jadinya bila ada lebih dari dua buah testis dalam skrotum pria? Nah, kondisi inilah yang dalam istilah medis disebut dengan polyorchidism.
Apa itu polyorchidism?
Polyorchidism adalah kelainan bawaan langka ketika seorang pria punya lebih dari dua testis.
Normalnya, pria akan punya dua testis yang berkembang selama perkembangan janin. Namun pada kelainan ini, satu atau lebih testis tambahan bisa terbentuk selama masa tersebut.
Kelainan ini sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Polyorchidism biasanya tidak sengaja terdiagnosis saat seorang pria menjalani prosedur pada daerah panggul atau skrotum.
Sebuah studi kasus dalam jurnal Acta Urologica Japonica (2017) menemukan bahwa kelainan reproduksi pria ini berisiko menyebabkan gangguan pembentukan sel sperma.
Jumlah sel sperma yang terdeteksi saat ejakulasi pun sangat rendah (cryptozoospermia) sehingga berdampak pada kesuburan pria.
Tahukah Anda?
Jenis polyorchidism
Jenis polyorchidism yang paling umum terjadi ialah triorchidism, yakni ketika pria punya tiga testis.
Namun, dalam beberapa kasus, mungkin saja ada empat testis (tetrorchidism) atau bahkan lebih dalam organ reproduksi pria.
Biasanya, testis tambahan berukuran lebih kecil daripada testis normal. Testis ini dapat terletak di dalam skrotum, sekitar saluran kemih, atau dekat dinding perut bawah.
Dikutip dari Radiopaedia.org, kelainan testis ini juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Tipe A
Testis tambahan terhubung dengan vas deferens dan terpisah dari testis normal sehingga punya potensi untuk menghasilkan dan menyalurkan sel sperma.
Secara umum, sekitar 90% dari keseluruhan kasus polyorchidism merupakan subtipe A3.
2. Tipe B
Testis tambahan tidak terhubung dengan vas deferens. Hal ini membuat testis tidak bisa menghasilkan dan menyalurkan sel sperma.
Tanda dan gejala polyorchidism
Pada sebagian besar pengidapnya, polyorchidism cenderung bersifat asimtomatik atau tidak memunculkan gejala apa pun.
Meski begitu, beberapa pria dengan kelainan testis ini mungkin mengalami:
- nyeri pada skrotum atau perut bagian bawah,
- pembengkakan atau benjolan di skrotum,
- masalah pada kesuburan pria,
- testis terpuntir (torsio testis), dan
- gejala kanker testis.
Apabila Anda merasa khawatir diri Anda atau anak Anda mungkin mengalami polyorchidism, temui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan lebih lanjut.
Penyebab polyorchidism
Penyebab polyorchidism tidak diketahui pasti. Akan tetapi, kelainan ini diduga disebabkan oleh pembelahan abnormal punggungan genital (genital ridge) selama perkembangan janin.
Genital ridge adalah sekelompok sel yang terbentuk pada perut janin selama beberapa minggu pertama kehamilan. Sel-sel inilah yang pada akhirnya berkembang menjadi testis.
Selain hal tersebut, beberapa faktor di bawah ini juga berpotensi meningkatkan risiko laki-laki untuk mengidap polyorchidism.
1. Mutasi genetik
Para ahli menganggap bahwa kelainan bawaan atau kongenital ini lebih sering dipengaruhi oleh mutasi genetik. Namun, gen spesifik atau yang terlibat belum teridentifikasi hingga saat ini.
2. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan, misalnya paparan bahan kimia atau radiasi tertentu selama masa kehamilan, diketahui berkaitan dengan peningkatan risiko polyorchidism.
3. Kelainan organ reproduksi
Polyorchidism kerap terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan yang memengaruhi organ reproduksi lainnya, seperti hipospadia dan kriptorkidisme.
Diagnosis polyorchidism
Polyorchidism biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa skrotum Anda dan area di sekitarnya untuk mencari kelainan pada testis.
Apabila terdapat testis tambahan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti melalui tes pencitraan dan tes darah.
- Tes pencitraan: ultrasound (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan untuk memastikan adanya testis tambahan dan memeriksa kelainan lainnya.
- Tes darah: pengambilan dan pemeriksaan pada sampel darah bisa digunakan untuk memeriksa kadar hormon yang diproduksi oleh testis.
Pengobatan polyorchidism
Penanganan polyorchidism umumnya bergantung pada lokasi testis tambahan dan usia pasien.
Pada kebanyakan kasus, testis tambahan terletak di dalam skrotum dan terhubung dengan vas deferens sehingga fungsi reproduksinya berpotensi tetap normal.
Dalam kondisi ini, Anda tidak memerlukan pengobatan. Meski begitu, dokter tetap menyarankan untuk memantau gejala yang timbul pada kemudian hari.
Sebaliknya, bila testis tambahan tidak terhubung dengan vas deferens dan tidak turun ke dalam testis, dokter akan mengangkatnya melalui prosedur orkiektomi.
Orkiektomi (orchiectomy) adalah prosedur pengangkatan testis. Prosedur ini diperlukan karena testis yang tidak turun berisiko 4–7% untuk berkembang menjadi kanker testis.
Prosedur ini relatif aman dan minim efek samping. Anda dapat langsung pulang setelah operasi selesai atau menjalani rawat inap selama beberapa hari.