backup og meta

5 Jenis Terapi untuk Mengatasi Disfungsi Ereksi

5 Jenis Terapi untuk Mengatasi Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi (DE) adalah masalah kesehatan yang sering dialami oleh pria, terutama seiring bertambahnya usia. Meski banyak pria merasa malu untuk membicarakan masalah ini, penting untuk menyadari bahwa disfungsi ereksi adalah kondisi yang umum dan dapat diobati melalui terapi.

Jenis terapi disfungsi ereksi

Ada beberapa cara mengatasi disfungsi ereksi yang terbukti efektif. Pengobatan dapat bervariasi, mulai dari terapi medis hingga pendekatan yang lebih holistik.

Berikut adalah beberapa metode yang dapat dipertimbangkan.

1. Obat oral

Banyak pria mendapatkan manfaat dari obat oral seperti sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), dan vardenafil (Levitra).

Obat ini membantu meningkatkan aliran darah ke penis saat terangsang, yang bisa memudahkan tercapainya ereksi.

2. Terapi hormon

Jika disfungsi ereksi disebabkan oleh masalah hormonal, terapi penggantian testosteron bisa menjadi solusinya.

Terapi ini sering direkomendasikan bagi pria yang mengalami kadar hormon testosteron rendah.

3. Terapi injeksi

Secukinumab

Dalam beberapa kasus, injeksi langsung ke dalam penis bisa digunakan untuk membantu mencapai ereksi. Ini adalah pilihan bagi mereka yang tidak merespons baik terhadap pengobatan oral.

4. Alat pembantu 

Ada juga perangkat vakum yang dapat digunakan untuk membantu mencapai ereksi. Alat ini bekerja dengan cara menciptakan tekanan di sekitar penis sehingga darah dapat mengalir masuk.

5. Psikoterapi

Mengatasi masalah psikologis yang mendasari disfungsi ereksi juga sangat penting. Terapi dengan profesional kesehatan mental bisa membantu pria yang mengalami kecemasan atau stres terkait masalah seksual.

NIDDK menegaskan bahwa terapi psikologis dapat membantu pria yang mengalami disfungsi ereksi karena stres, kecemasan, atau depresi.

Penyebab disfungsi ereksi

Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor fisik dan psikologis. Berikut adalah beberapa penyebab utama yang perlu Anda ketahui.

1. Kondisi medis

Kondisi medis yang memengaruhi saraf dan aliran darah dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Berikut adalah beberapa contohnya.

  • Diabetes: diabetes dapat merusak saraf dan pembuluh darah yang diperlukan untuk mencapai ereksi. Pria dengan diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami disfungsi ereksi.
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi): hipertensi dapat mengganggu aliran darah ke penis sehingga menyulitkan pria untuk mengalami ereksi.
  • Penyakit jantung: penyakit jantung dapat mempengaruhi kesehatan pembuluh darah dan aliran darah, padahal ini penting untuk fungsi ereksi yang sehat.
  • Gangguan hormonal: ketidakseimbangan hormon, terutama rendahnya kadar testosteron, dapat menyebabkan masalah seksual termasuk disfungsi ereksi.

2. Faktor psikologis

Terapi juga dapat digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi yang berkaitan dengan masalah psikologis sebagai berikut.

  • Stres: stres dari pekerjaan, hubungan, atau masalah keuangan dapat menyebabkan ketegangan dan mengganggu kemampuan pria untuk berfungsi secara seksual. Menurut Yale Medicine, ketika seorang pria merasa cemas tentang kemampuannya untuk berfungsi secara seksual, stres yang berlebihan ini dapat mengganggu proses fisik yang diperlukan untuk mendapatkan ereksi.
  • Kecemasan: kecemasan, baik terkait dengan performa seksual atau situasi hidup lainnya, dapat menciptakan siklus negatif yang memperburuk disfungsi ereksi. 
  • Depresi: depresi tidak hanya memengaruhi suasana hati, tetapi juga dapat menyebabkan penurunan libido dan mengganggu kemampuan ereksi.
  • Rasa malu atau takut: perasaan negatif tentang diri sendiri atau rasa takut akan penolakan dapat menciptakan hambatan mental yang menghalangi fungsi seksual yang sehat.

3. Gaya hidup yang tidak sehat

Gaya hidup yang tidak sehat seperti berikut dapat memengaruhi berbagai fungsi tubuh, termasuk kemampuan untuk mengalami ereksi.

  • Merokok: merokok dapat merusak pembuluh darah, yang turut berperan pada masalah aliran darah ke penis.
  • Konsumsi alkohol berlebihan: alkohol dapat menekan sistem saraf pusat, mengganggu fungsi seksual, dan menyebabkan disfungsi ereksi.
  • Kurangnya aktivitas fisik: gaya hidup sedenter atau kurangnya olahraga dapat berkontribusi pada masalah kesehatan yang berdampak negatif pada kemampuan ereksi.
  • Obesitas: berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kondisi medis lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi.

4. Pengobatan dan obat-obatan

Terapi pengobatan dan beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping pada organ reproduksi, termasuk menyebabkan disfungsi ereksi.

  • Obat-obatan tertentu: beberapa obat, termasuk antidepresan dan obat untuk tekanan darah tinggi, dapat memiliki efek samping yang mengganggu fungsi seksual. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan efek samping ini.
  • Kondisi pasca-operasi: beberapa prosedur bedah, terutama yang melibatkan area panggul, dapat menyebabkan kerusakan pada saraf atau pembuluh darah yang diperlukan untuk ereksi.

5. Kombinasi faktor

Menurut NIDDK, disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh gangguan fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya.

Ini berarti bahwa satu faktor dapat memperburuk yang lain, seperti bagaimana stres dapat menyebabkan masalah fisik dan sebaliknya.

Maka dari itu, dalam melakukan terapi kejantanan pria, penting untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami masalah ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter.

Terapi yang tepat dan dukungan emosional dapat membawa perubahan positif dan membantu mengembalikan kepercayaan diri dalam kehidupan seksual.

Bagi pria yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang terapi disfungsi ereksi, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dan mengedukasi diri Anda tentang kondisi ini.

Kesehatan seksual adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan, dan ada banyak cara untuk menjaganya.

Kesimpulan

Terapi untuk disfungsi ereksi dapat dilakukan dengan cara pemberian obat oral, terapi hormon, terapi injeksi, penggunaan alat pembantu, dan psikoterapi. Bicarakan dengan dokter Anda untuk mengetahui jenis terapi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Anda.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Erectile dysfunction – Symptoms and causes. (2024). Mayo Clinic. Retrieved 7 October 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/symptoms-causes/syc-20355776

Symptoms & Causes of Erectile Dysfunction. (2024). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases; NIDDK. Retrieved 7 October 2024, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/erectile-dysfunction/symptoms-causes

Erectile Dysfunction. (2022). Yale Medicine. Retrieved 7 October 2024, from https://www.yalemedicine.org/conditions/erectile-dysfunction

Erectile dysfunction. (2024). Healthy Male. Retrieved 7 October 2024, from  https://healthymale.org.au/mens-health/erectile-dysfunction

Versi Terbaru

31/10/2024

Ditulis oleh dr. Nur Hafiz Ramadhona, Sp.And

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Perbedaan Utama Disfungsi Ereksi dan Ejakulasi Dini

Awas, Pria yang Kecanduan Pornografi Malah Berisiko Alami Impotensi


Ditulis oleh

dr. Nur Hafiz Ramadhona, Sp.And

Andrologi · Morula IVF Jakarta


Tanggal diperbarui 31/10/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan