Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

6 Faktor yang Menyebabkan Impotensi (Disfungsi Ereksi)

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 7 hari lalu

    6 Faktor yang Menyebabkan Impotensi (Disfungsi Ereksi)

    Pada dasarnya, ereksi penis merupakan suatu proses yang kompleks. Hal ini melibatkan kerja otak, emosi, hormon, saraf, otot, dan pembuluh darah. Lantas, apa saja faktor yang menjadi penyebab impotensi sehingga pria sulit ereksi? Mari ketahui selengkapnya di bawah ini.

    Beragam faktor yang menjadi penyebab impotensi

    Disfungsi ereksi alias impotensi terjadi saat pria tidak mampu mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk mendapatkan kepuasan seksual.

    Sebuah penelitian pada 2019 menyebutkan ada sekitar 35,6% pria berusia 20–80 tahun di Indonesia yang mengalami disfungsi ereksi.

    Risiko impotensi juga cenderung semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia pria.

    Beragam isu kesehatan fisik dan psikologis dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi ereksi. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya berikut ini.

    1. Penyakit atau masalah pada fisik

    serangan jantung

    Pada umumnya, penyebab impotensi yang berasal dari kondisi fisik berkaitan dengan gangguan pada jantung dan peredaran darah (sistem kardiovaskular).

    Gangguan tersebut bisa mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah. Tanpa aliran darah yang lancar dan cukup menuju penis, seorang pria tidak dapat mencapai ereksi.

    Berbagai gangguan kesehatan yang bisa menyebabkan impotensi di antaranya:

    • penyakit jantung,
    • pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis),
    • kolesterol tinggi,
    • komplikasi tekanan darah tinggi (hipertensi),
    • penyakit ginjal,
    • kebocoran vena,
    • diabetes melitus,
    • obesitas,
    • sindrom metabolik,
    • penyakit Peyronie (pertumbuhan jaringan parut dalam penis), serta
    • cedera penis atau prosedur operasi pada penis, panggul, dan area sekitarnya.

    2. Kerusakan pada sistem saraf

    Penyebab disfungsi ereksi juga berasal dari faktor neurogenik atau berkaitan dengan kerusakan sistem saraf, terutama pada saraf yang mengirimkan sinyal ke penis untuk ereksi.

    Beberapa contoh kondisi dan penyakit yang dapat merusak saraf serta menyebabkan impotensi yaitu:

    • penyakit Parkinson,
    • stroke,
    • penyakit Alzheimer,
    • tumor otak atau tulang belakang,
    • cedera atau gangguan tulang belakang, serta
    • pengobatan untuk kanker prostat atau pembesaran prostat.

    3. Gangguan hormon

    testosteron rendah penyebab impotensi

    Tubuh menghasilkan hormon dari kelenjar-kelenjar pada sistem endokrin. Testosteron merupakan hormon yang diproduksi kelenjar gonad/seks (testis) dan berperan dalam menghasilkan gairah seks.

    Produksi testosteron juga bisa dipengaruhi oleh hormon dan kelenjar lain pada tubuh manusia. Gangguan pada kelenjar tertentu dapat menghambat produksi testosteron sehingga ereksi sulit dicapai.

    Beberapa contoh faktor hormonal yang menjadi penyebab impotensi antara lain:

    • hipogonadisme (kelenjar seks tidak menghasilkan hormon yang cukup),
    • hipertiroidisme (kelenjar tiroid terlalu aktif),
    • hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), dan
    • sindrom Cushing (produksi hormon kortisol yang berlebihan).

    4. Masalah psikologis

    Otak berperan penting dalam rangkaian reaksi fisik yang menghasilkan ereksi. Alhasil, masalah psikologis yang Anda alami dapat memperburuk disfungsi ereksi.

    Jika seorang pria tidak mampu mencapai ereksi pada masa lalu, ia mungkin merasa khawatir tidak akan mampu mencapai ereksi lagi di kemudian hari.

    Berikut ini beberapa faktor yang mengganggu hasrat seksual dan bisa memperparah impotensi.

    • Depresi.
    • Kecemasan.
    • Rendah diri (low self-esteem).
    • Ketakutan akan kegagalan saat berhubungan intim.
    • Rasa bersalah tentang kinerja seksual pada hubungan sebelumnya.
    • Masalah hubungan karena stres atau komunikasi yang buruk dengan pasangan.

    5. Gaya hidup yang tidak sehat

    impotensi merokok

    Seiring bertambahnya usia, seorang pria mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi. Selain itu, ereksinya pun mungkin tidak sekuat sebelumnya.

    Penuaan yang dibarengi dengan gaya hidup tidak sehat tentu berisiko memperparah impotensi.

    Beberapa faktor kebiasaan sehari-hari yang menjadi penyebab impotensi yakni sebagai berikut.

    • Merokok,
    • Minum alkohol berlebihan.
    • Penyalahgunaan obat-obatan.
    • Gangguan tidur.
    • Malas gerak (sedentari).
    • Kelebihan berat badan dan obesitas.
    • Bersepeda dalam waktu lama.

    6. Efek samping obat tertentu

    Terdapat lebih dari 200 obat resep maupun nonresep yang dapat menimbulkan efek samping berupa disfungsi ereksi atau impotensi.

    Berikut ini merupakan beberapa contoh obat yang umum digunakan dan dapat memicu impotensi.

    • Diuretik (obat yang meningkatkan aliran urine).
    • Antihipertensi (obat tekanan darah tinggi).
    • Antihistamin.
    • Antidepresan.
    • Anti-aritmia (obat untuk kerja jantung yang tidak teratur).
    • Obat penenang (sedatif).
    • Relaksan/pelemas otot.
    • Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
    • Antikonvulsan (obat kejang).
    • Antiandrogen (obat penekan hormon seks pria).

    Harap dicatat, Anda tidak diperbolehkan untuk mengurangi dosis atau menghentikan konsumsi obat tanpa persetujuan dari dokter sebelumnya.

    Terkadang, kombinasi dari beberapa kondisi atau penyakit di atas bisa menyebabkan impotensi. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui diagnosis dan perawatan yang tepat.

    Kesimpulan

    • Disfungsi ereksi atau impotensi merupakan kondisi saat pria tidak mampu mencapai dan mempertahankan ereksi penis.
    • Ada berbagai kondisi dan penyakit yang menjadi faktor penyebab impotensi pada pria, mulai dari fisik, psikologis, neurogenik, hormonal, gaya hidup, hingga konsumsi obat-obatan.
    • Apabila Anda mengalami disfungsi ereksi yang mengganggu kehidupan seksual, segera konsultasikan dengan dokter.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Klinik Chika Medika


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 7 hari lalu

    Iklan

    Apakah artikel ini membantu?

    Iklan
    Iklan