backup og meta

3

Bagikan

Salin Tautan

Mengapa Pria Memiliki Puting Susu Meski Tidak Menyusui?

Mengapa Pria Memiliki Puting Susu Meski Tidak Menyusui?

Puting susu pada pria sering sering dianggap sebagai bagian tubuh yang useless alias tidak memiliki fungsi sama sekali. Namun, rasanya tidak mungkin sesuatu diciptakan tanpa ada fungsinya. Simak penjelasan selengkapnya dalam ulasan di bawah ini.

Kenapa pria memiliki puting susu?

Sebelum mengetahui alasan pria memiliki puting, ada baiknya Anda memahami terlebih dahulu proses terbentuknya puting susu semenjak pembentukan embrio dan janin.

Saat berbentuk embrio, tubuh pria maupun wanita memiliki cetakan yang sama. Semua embrio pada mulanya keluar sebagai wanita. Karena itulah puting susu ada pada kedua jenis kelamin.

Seiring bertambahnya usia kandungan, terdapat pengaruh dari gen, kromosom Y, serta hormon testosteron yang membawa perubahan maskulinitas pada embrio pria.

Kemudian, hormon testosteron akan mulai berperan dalam pertumbuhan penis dan testis pada janin.

Puting pada janin pria tidak akan berkembang, tetapi tetap ada sampai bayi lahir. Saat tumbuh dewasa, ukuran puting pada pria tidak akan membesar layaknya wanita.

Apa fungsi puting pada pria?

kanker payudara pada pria

Puting pria tidak memiliki fungsi spesifik. Lain hal dengan puting wanita yang berfungsi dalam proses menyusui alias laktasi, fungsi puting pada pria hanyalah untuk melindungi tubuh.

Fungsi puting pada laki-laki adalah untuk melindungi organ-organ vital, seperti jantung dan paru-paru.

Puting akan menjadi lapisan pertama yang melindungi organ-organ vital tersebut saat seseorang terlibat dalam kecelakaan.

Keberadaan jaringan puting akan membantu mencegah timbulnya cedera parah. Cedera parah bisa menyebabkan gagalnya fungsi organ dan bahkan kematian.

Selain itu, puting susu pria juga dapat berfungsi sebagai salah satu zona erotik, yaitu zona sensitif rangsangan saat berhubungan intim. 

Area berwarna gelap di sekitar puting yang disebut areola diketahui memiliki ujung-ujung saraf yang cukup sensitif dan dapat mendatangkan rangsangan untuk beberapa pria. 

Umumnya, puting wanita bisa membesar dan menjadi tegak saat terkena rangsangan. Namun, puting pria justru akan menegang saat mereka mengalami orgasme.

Kelainan pada puting pria

Ketidakseimbangan hormon maupun pertumbuhan jaringan abnormal pada bagian puting bisa menimbulkan beberapa gangguan kesehatan pria seperti berikut ini.

1. Galaktorea

Puting pria terkadang dapat mengeluarkan air susu. Kondisi yang disebut galaktorea (galactorrhea) ini terjadi akibat peningkatan prolaktin dalam tubuh pria.

Fungsi hormon prolaktin dalam tubuh wanita adalah merangsang produksi air susu ibu (ASI).

Sementara pada pria, peningkatan prolaktin yang memicu keluarnya air susu dari puting disebabkan oleh efek samping obat, antara lain antidepresan, antihipertensi, atau opioid.

Kondisi kesehatan lainnya, seperti malnutrisi, kelainan kelenjar pituitari, dan hipotiroidisme, juga bisa menyebabkan galaktorea pada pria.

2. Ginekomastia

Ginekomastia atau gynecomastia

Tidak hanya mengeluarkan air susu, puting dan payudara pria juga bisa membesar. Kondisi ini dikenal sebagai ginekomastia (gynecomastia). 

Pembesaran abnormal pada payudara laki-laki ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara testosteron dan estrogen yang umumnya terjadi pada pria paruh baya.

Selain itu, ginekomastia mungkin terlihat pada remaja laki-laki yang memasuki masa puber. Pada masa-masa ini, kadar hormon dalam tubuh memang sedang berubah-ubah.

Kondisi lainnya yang juga dapat menyebabkan pembesaran puting dan payudara pria yaitu penyakit hati, gagal ginjal, penggunaan obat dalam jangka panjang, dan kecanduan alkohol.

3. Kanker payudara

Payudara pria memang tidak bisa membesar layaknya puting dan payudara wanita. Namun, hal tersebut tidak menghilangkan kemungkinan pria terkena kanker payudara.

Meskipun ukurannya tidak sebesar wanita, pria tetap memiliki sel dan jaringan payudara. Hal ini tentu memungkinkan sel-sel kanker untuk tumbuh dan berkembang pada area tersebut.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 0,5–1% kasus kanker payudara terjadi pada pria. 

Jika Anda mengalami gejala berupa payudara membesar disertai munculnya benjolan, puting masuk ke dalam, dan keluarnya cairan dari puting, sebaiknya segera periksakan diri dengan dokter.

Kesimpulan

  • Puting pada pria dianggap memiliki fungsi untuk melindungi organ vital, seperti jantung dan paru-paru, dari cedera parah akibat kecelakaan.
  • Dalam aspek hubungan intim, bagian puting yang berwarna gelap atau areola menjadi salah satu zona rangsangan pada tubuh pria. Ini karena areola memiliki ujung saraf yang sensitif.
  • Meski dianggap bagian tubuh yang tidak penting, puting pria berisiko terkena sejumlah masalah kesehatan, seperti galaktorea, ginekomastia, dan kanker payudara.
  • Segera konsultasi dengan dokter bila payudara Anda tampak membesar, ditumbuhi benjolan, atau mengeluarkan cairan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Moscova, M. (2019). Why do men have nipples? University of New South Wales. Retrieved February 12, 2024, from https://newsroom.unsw.edu.au/news/health/why-do-men-have-nipples

Why do men have nipples? (2003). Scientific American. Retrieved February 12, 2024, from https://www.scientificamerican.com/article/why-do-men-have-nipples/

Galactorrhea. (2023). Mayo Clinic. Retrieved February 12, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/galactorrhea/symptoms-causes/syc-20350431

Enlarged breasts in men (gynecomastia). (2023). Mayo Clinic. Retrieved February 12, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gynecomastia/symptoms-causes/syc-20351793

Breast cancer. (2023). World Health Organization (WHO). Retrieved February 12, 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/breast-cancer

Javed, A., & Lteif, A. (2013). Development of the Human Breast. Seminars in Plastic Surgery, 27(01), 5-12. https://doi.org/10.1055/s-0033-1343989

Versi Terbaru

26/02/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Edria

avatar

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 26/02/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan