backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Awas! Ini 5 Efek Serius Tidur Pagi bagi Kesehatan Tubuh

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 11/09/2023

Awas! Ini 5 Efek Serius Tidur Pagi bagi Kesehatan Tubuh

Pola tidur yang baik tentu bermanfaat bagi kesehatan. Namun, ada beberapa orang yang harus punya jam tidur terbalik, yakni dengan tidur pada pagi dan beraktivitas pada malam hari. Lalu, apa saja efek tidur pagi yang perlu Anda waspadai? 

Bahayakah sering tidur pada pagi hari?

Sebagian orang mungkin pernah tidur pagi setelah bergadang semalaman untuk binge watching alias menyelesaikan film atau serial favorit hingga tamat.

Melakukan hal ini sesekali mungkin tidak berdampak serius bagi tubuh. Namun, lain halnya bila Anda sering tidur pagi karena alasan harus bekerja shift malam dalam waktu lama.

Kerja shift malam bisa mengganggu ritme sirkadian atau waktu biologis tubuh Anda. Kondisi ini dapat menyebabkan shift work sleep disorder atau gangguan tidur akibat kerja shift.

Seseorang yang bekerja shift sering kali memiliki masalah pada kualitas dan kuantitas tidurnya.

Akibatnya, mereka lebih mungkin untuk merasakan kantuk dan kelelahan selama jam kerja. Ini bisa mengurangi produktivitas dan meningkatkan risiko kecelakaan kerja.

Efek samping tidur pagi yang perlu diwaspadai

gula darah bangun tidur

Tubuh punya mekanisme untuk mengatur siklus tidur dan bangun yang disebut ritme sirkadian.

Ritme sirkadian dipengaruhi oleh sinar matahari. Jadi, saat pagi hari, tubuh secara alami mulai memproduksi hormon kortisol yang membantu Anda terjaga dan merasa waspada.

Sebaliknya, pada malam hari, tubuh akan memproduksi hormon melatonin untuk memicu rasa kantuk sehingga Anda dapat tertidur. 

Jika terbiasa tidur pada pagi hari, itu artinya Anda sudah melawan ritme sirkadian tubuh. Hal ini dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti berikut.

1. Kelelahan

Salah satu pemicu rasa lelah akibat tidur di pagi hari ialah kurangnya paparan sinar matahari.

Sinar matahari merupakan sumber alami vitamin D untuk tubuh Anda. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan beberapa masalah, salah satunya kelelahan selama beraktivitas.

Kurangnya kualitas tidur juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Kondisi ini biasanya juga ditandai dengan munculnya rasa kantuk, lesu, dan lelah.

2. Kesulitan tidur

Dalam jangka panjang, terbiasa tidur saat matahari terbit berisiko mengacaukan produksi hormon yang mengatur waktu biologis tubuh Anda.

Pergeseran tidur ini dapat menyebabkan Anda rentan mengalami gangguan tidur, seperti insomnia. 

Studi yang dimuat dalam jurnal Sleep Science (2021) menyebutkan bahwa sekitar 32% pekerja shift malam mengalami insomnia atau rasa kantuk berlebihan saat beraktivitas.

3. Pusing dan sakit kepala

Pola tidur yang tidak konsisten bisa memengaruhi sirkulasi darah pada otak. Hal ini dapat menyebabkan gejala yang mengganggu, seperti pusing dan sakit kepala.

Kurangnya kuantitas dan kualitas tidur sebagai efek samping tidur di pagi hari juga bisa menyebabkan ketegangan otot yang makin memperburuk kondisi ini.

4. Masalah konsentrasi dan memori

menghadapi stres lembur kerja

Kurang tidur atau tidur yang terpecah-pecah akibat bekerja shift malam berisiko menghambat proses pemulihan otak yang penting untuk mengatur konsentrasi dan memori.

Gangguan pola tidur lama-kelamaan bisa memengaruhi fokus dan kemampuan untuk memecahkan masalah.

Kombinasi antara tingkat konsentrasi yang rendah dan masalah memori jangka pendek tentu dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. 

5. Perubahan suasana hati

Pergeseran waktu tidur yang tidak alami dapat mengganggu produksi hormon yang mengatur suasana hati, seperti serotonin dan melatonin.

Hal ini dapat menimbulkan perasaan lelah, perubahan suasana hati, kecemasan, dan depresi.

Selain stres, kurang tidur juga berdampak pada hormon yang mengatur rasa lapar. Kondisi ini bisa mengganggu pola makan sehingga menyebabkan pertambahan berat badan.

Dampak jangka panjang

Pertambahan berat badan yang menyebabkan kegemukan dan obesitas meningkatkan risiko penyakit kronis. Studi yang dimuat dalam British Medical Journal (2016) menemukan bahwa pekerja shift lebih berisiko untuk mengalami penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Tips tidur pagi untuk pekerja shift malam

Profesi seperti dokter, perawat, pengemudi, pegawai pabrik, dan pramuniaga toko 24 jam, terkadang menuntut Anda untuk bekerja pada shift malam.

Untuk menjaga kesehatan pekerja shift malam, inilah hal-hal sederhana yang dapat Anda lakukan.

  • Tetapkan jadwal tidur yang konsisten dengan tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
  • Lakukan pola tidur sehat atau sleep hygiene, misalnya dengan mandi air hangat, membaca buku, atau mendengarkan musik yang menenangkan sebelum tidur.
  • Hindari penggunaan perangkat elektronik, seperti ponsel, laptop, atau televisi, sebelum tidur pada pagi hari.
  • Buat lingkungan tidur yang gelap, tenang, dan nyaman dengan menggunakan penutup mata dan telinga untuk mengurangi gangguan.
  • Kurangi konsumsi kafein dan makanan berat yang dapat menyebabkan tidur tidak nyaman.

Selain berbagai tips tidur pagi di atas, penting juga untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan dan olahraga rutin saat harus bekerja dengan shift malam.

Apabila Anda tetap kesulitan tidur meski sudah melakukan tips-tips di atas, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memperoleh penanganan yang tepat.

Kesimpulan

  • Kebiasaan tidur pagi akibat kerja shift malam dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh.
  • Beberapa efek negatif tidur pagi hari yakni kelelahan, pusing dan sakit kepala, masalah konsentrasi, perubahan suasana hati, hingga gangguan tidur.
  • Menjaga rutinitas tidur yang konsisten, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan menghindari kafein sebelum tidur dapat membantu mengatasi efek dari tidur pagi.
  • Apabila kesulitan tidur ini terus berlanjut, sebaiknya segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 11/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan