backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Waspadai Efek Minum Antihistamin Tiap Sebelum Tidur

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 17/02/2023

Waspadai Efek Minum Antihistamin Tiap Sebelum Tidur

Beberapa orang yang sulit tidur minum obat antihistamin agar bisa tidur lebih cepat dan lelap, padahal antihistamin bukanlah obat yang ditujukan untuk mengatasi masalah tidur. Apa efek samping obat antihistamin bila diminum setiap hari sbeelum tidur? Simak pembahasannya berikut ini.

Bolehkah minum antihistamin untuk atasi susah tidur?

minum obat tidur

Antihistamin adalah obat yang digunakan untuk mengobati gejala reaksi alergi. Obat ini bekerja dengan memblokir histamin, yaitu zat yang memicu reaksi alergi pada tubuh pengidapnya.

Salah satu jenis obat antihistamin generasi pertama yang bekerja cepat menangani alergi ialah diphenhydramine hydrochloride (DPH). 

Biasanya, ketika antihistamin bekerja menangkal histamin, tubuh akan kelelahan. Itu sebabnya Anda akan mengantuk setelah meminum obat ini.

Pada orang yang alergi, efek samping antihistamin ini akan sangat membantunya untuk tidur lebih nyenyak. Pasalnya, gejala alergi sering kali memburuk pada malam hari. 

Sayangnya, banyak orang menyalahgunakan efek obat antihistamin untuk mengatasi insomnia. Secara medis, apakah hal ini boleh dilakukan?

Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Clinical Sleep Medicine (2017) menguji penggunaan antihistamin untuk mengatasi insomnia. 

Sebanyak 46 studi lain ditinjau kembali untuk mengetahui efektivitas obat antihistamin generasi pertama yang berbasis DPH dalam memperbaiki kualitas tidur. 

Hasilnya menunjukkan bahwa minum obat antihistamin bukanlah cara yang tepat untuk memperbaiki kualitas dan jam tidur seseorang.

Bahaya sering minum antihistamin sebelum tidur

Obat alergi generasi pertama berbasis DPH sebenarnya aman digunakan. Jenis obat ini juga berisiko rendah menyebabkan efek samping serius. 

Namun, tidak menutup kemungkinan obat ini akan berdampak buruk bila Anda gunakan dalam jangka panjang, misalnya diminum setiap malam sebelum tidur. 

Beberapa dampak buruk yang mungkin terjadi, antara lain:

  • memperburuk masalah kesehatan tertentu, seperti asma atau sleep apnea,
  • menyebabkan rasa kantuk hingga setelah bangun tidur pada keesokan harinya,
  • membuat tubuh toleran pada obat sehingga dosis standar yang awalnya digunakan tidak berpengaruh lagi,
  • berisiko menyebabkan overdosis obat bila digunakan dalam dosis lebih tinggi, dan
  • menimbulkan efek samping lain, seperti mulut dan tenggorokan kering, sembelit, sakit kepala, pusing, mual, dan gangguan tidur yang disebut parasomnia.

Daripada minum obat antihistamin untuk mengatasi insomnia, sebaiknya coba cara lain yang lebih aman untuk mengatasi gangguan tidur Anda.

Konsultasikanlah dengan dokter, terlebih bila masalah tidur terjadi lebih dari tiga hari. Dokter akan mencari tahu penyebab insomnia dan membantu Anda memilih perawatan yang tepat.

Efek samping antihistamin secara umum

obat mata sensitif terhadap cahaya

Kebanyakan orang menyadari efek samping obat antihistamin yang paling umum, yaitu mengantuk. Rasa kantuk sendiri lebih banyak ditemui pada antihistamin generasi pertama.

Dikutip dari Cleveland Clinic, obat generasi pertama bekerja pada reseptor histamin pada otak dan sumsum tulang belakang bersama dengan reseptor lain.

Obat ini juga mampu melewati penghalang darah-otak (blood-brain barrier). Hal ini yang dapat menimbulkan rasa kantuk pada sebagian besar pengguna antihistamin.

Selain rasa kantuk, berikut ini beberapa efek samping lain yang mungkin Anda rasakan.

1. Mulut kering

Salah satu efek paling umum akibat penggunaan antihistamin ialah mulut kering. Kondisi ini bisa terjadi setelah Anda meminum obat generasi pertama atau kedua.

Untuk menghilangkan kekeringan pada rongga mulut, Anda bisa minum lebih banyak air putih atau mengunyah permen karet untuk merangsang produksi air liur.

2. Penglihatan kabur

Beberapa orang juga melaporkan penglihatannya kabur setelah meminum obat antihistamin.

Kondisi ini kemungkinan besar terkait dengan pengaruh obat antihistamin yang membuat mata Anda terasa lebih kering dari biasanya.

Pasalnya, obat ini dapat membuat tubuh Anda menghasilkan lebih sedikit air mata atau mempercepat penguapannya.

3. Sembelit

Obat antihistamin juga bisa memicu masalah pencernaan, khususnya sembelit atau konstipasi.

Selain reseptor histamin, obat ini mampu memengaruhi reseptor asetilkolin yang menyebabkan perlambatan gerak otot-otot dalam saluran pencernaan.

Proses pencernaan yang berjalan lebih lambat bisa membuat Anda merasakan sembelit. Efek ini lebih sering terjadi pada antihistamin generasi pertama.

4. Sulit buang air kecil

Asetilkolin juga bisa memengaruhi otot kandung kemih. Akibatnya, pengguna obat antihistamin kemungkinan juga mengalami kesulitan saat hendak buang air kecil.

Gangguan yang dalam istilah medis dikenal sebagai retensi urine ini membuat kandung kemih Anda tidak sepenuhnya kosong saat buang air kecil.

5. Suasana hati berubah

Selain peningkatan rasa kantuk, efek penenang dari beberapa jenis obat antihistamin juga mampu memengaruhi suasana hati atau mood penggunanya.

Beberapa pasien melaporkan bahwa dirinya lebih sering mengalami gejala depresi, kecemasan, dan kelelahan setelah minum obat ini.

Kesimpulan

  • Efek mengantuk setelah minum obat antihistamin sering kali disalahgunakan untuk mengatasi insomnia.
  • Konsumsi antihistamin terlalu sering bisa memicu efek samping, seperti mulut kering, penglihatan kabur, sembelit, sulit buang air kecil, hingga perubahan mood.
  • Pastikan untuk membaca indikasi dan efek samping obat yang tertera pada label informasi kemasan obat sebelum Anda menggunakannya.
  • Apabila ragu akan hal ini, silakan konsultasi dengan dokter atau apoteker Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 17/02/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan