Orang-orang yang memiliki profesi sebagai dokter, perawat, serta pramuniaga toko dan restoran 24 jam mungkin memiliki jam kerja yang terbalik, yakni dari malam hingga pagi hari. Bekerja pada shift malam artinya Anda harus bersedia untuk terjaga sepanjang malam. Lantas, apa dampaknya?
Mengapa kerja shift malam berdampak pada kesehatan?
Kerja shift malam tentu akan mengubah rutinitas Anda. Yang seharusnya menjadi waktu untuk istirahat dan tidur malam, justru Anda pergunakan untuk bekerja dan bahkan makan.
Sebaliknya, pada waktu ketika tubuh seharusnya melakukan aktivitas penting seperti bergerak dan mencerna makanan, Anda malah tertidur pulas.
Lama-kelamaan, kebiasaan ini membuat jam biologis tubuh pekerja malam menjadi berantakan.
Jam biologis atau ritme sirkadian dalam periode 24 jam akan menentukan siklus tidur, produksi hormon, suhu tubuh, dan berbagai fungsi tubuh vital lainnya.
Jam biologis juga berperan mengatur kapan tubuh harus memproduksi sel-sel baru dan memperbaiki DNA yang rusak. Semua perubahan ini tentu ikut mengubah metabolisme tubuh Anda.
Dampak kerja shift malam yang paling umum yakni membuat Anda kesulitan tidur nyenyak dan mengalami kelelahan yang tidak berangsur hilang.
Rutinitas ini juga bisa menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti gangguan pencernaan dan bahkan meningkatkan risiko cedera atau kecelakaan di lingkungan kerja.
Pada akhirnya, kerja shift malam bisa menurunkan kualitas hidup dan produktivitas kerja Anda.
Dampak kesehatan jangka panjang dari kerja shift malam
Terganggunya jam biologis tubuh akibat kerja malam hari dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
1. Penyakit kardiovaskular
Penelitian menemukan bahwa risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) bisa meningkat pada pekerja shift malam.
Para peneliti dari Harvard Medical School menyebutkan bahwa wanita yang bekerja malam hari memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner sekitar 15–18% lebih tinggi.
Risiko penyakit ini jadi lebih tinggi bila mereka melakukan kerja malam lebih dari 10 tahun.
2. Diabetes dan gangguan metabolik
Studi dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine (2014) menemukan pekerja shift malam berisiko 42% lebih tinggi mengalami diabetes melitus tipe 2 daripada pekerja harian.
Rutinitas ini juga terkait dengan sindrom metabolik, yakni kombinasi masalah kesehatan yang ditandai dengan obesitas, hipertensi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Beberapa hal tersebut merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung, dan stroke. Risiko gangguan metabolik tiga kali lebih tinggi pada orang yang bekerja shift malam.
3. Gangguan pencernaan
Kerja shift malam dapat mengganggu ritme sirkadian sehingga berdampak negatif pada sistem pencernaan.
Kurangnya waktu tidur dan pola makan pekerja shift malam yang buruk dapat mengakibatkan penurunan produksi enzim pencernaan, perubahan kadar hormon, dan perlambatan gerak usus.
Kombinasi hal-hal tersebut dapat menyebabkan gangguan berupa perut kembung, sembelit, diare, tukak lambung, hingga refluks asam lambung
4. Obesitas
Pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga mungkin menyebabkan kelebihan berat badan hingga obesitas pada beberapa pekerja malam hari.
Selain itu, ketidakseimbangan hormon leptin dalam tubuh tampaknya juga berpengaruh besar terhadap berat badan.
Hal ini karena kerja shift malam tampaknya menurunkan tingkat leptin. Akibatnya, Anda sering merasa lapar dan makan lebih banyak dibandingkan dengan pekerja harian.
5. Depresi dan gangguan mood
Pekerja shift lebih rentan mengalami gejala depresi, termasuk perasaan sedih, mudah marah, kelelahan, kurangnya energi, hingga kesulitan untuk fokus dan konsentrasi.
Rutinitas ini juga memengaruhi zat kimia otak secara langsung. Pekerja malam cenderung memiliki tingkat serotonin yang lebih rendah, padahal serotonin berperan dalam mengatur suasana hati.
Akibatnya, mereka mudah mengalami gangguan suasana hati yang cukup parah, baik perasaan sedih, marah, atau keduanya secara bergantian.
6. Masalah kesuburan dan kehamilan
Salah satu risiko kesehatan bagi wanita yang bekerja shift malam adalah gangguan kesuburan.
Studi dalam Frontiers in Public Health (2020) menemukan wanita berusia 35 tahun atau kurang yang bekerja malam hari cenderung membutuhkan perawatan kesuburan.
Hal ini juga terkait dengan meningkatnya risiko komplikasi persalinan, kelahiran prematur, bayi lahir berat badan rendah, endometriosis, serta menstruasi yang tidak teratur dan menyakitkan.
7. Meningkatnya risiko kanker
International Agency for Research on Cancer (IARC) telah menggolongkan pekerjaan waktu malam sebagai salah satu faktor yang meningkatkan risiko penyakit kanker pada manusia.
Penelitian yang melibatkan 966 perawat wanita ini menemukan bahwa bekerja malam hari bisa meningkatkan risiko kanker payudara, terutama pada wanita berusia dewasa muda.
Pada pria, kerja shift malam bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal dan prostat. Akan tetapi, risiko kanker cenderung terjadi bertahun-tahun setelah bekerja shift, mungkin selama 20 tahun.
Salah satu cara menjaga kesehatan pekerja shift malam adalah dengan mengatur jadwal aktivitas Anda.
Bila memungkinkan, coba diskusikan jadwal kerja Anda dengan perusahaan tempat Anda bekerja. Anda mungkin bisa mengajukan supaya Anda tidak mendapatkan jadwal shift malam selama beberapa hari berturut-turut.
Selain itu, Anda juga perlu melakukan perubahan gaya hidup, misalnya memastikan jam tidur Anda cukup pada siang hari, menerapkan pola makan sehat, dan membatasi asupan kafein.
Kesimpulan
- Kerja shift malam dapat mengganggu ritme sirkadian atau jam biologis tubuh Anda.
- Hal ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, depresi, gangguan kesuburan, hingga kanker.
- Penting untuk mengatur jadwal kerja, tidur yang cukup, menerapkan pola makan sehat, dan mengurangi kafein guna menjaga kesehatan Anda saat bekerja malam hari.
[embed-health-tool-heart-rate]