Bronkiolitis merupakan salah satu jenis penyakit pernapasan berupa infeksi yang menyerang bronkiolus, saluran udara terkecil pada paru-paru. Umumnya, bronkiolitis disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), virus yang sering menginfeksi anak-anak berusia dua tahun. Seringnya, bronkiolitis hanya menimbulkan gejala ringan serupa flu biasa, tetapi bronkiolitis juga dapat berkembang menjadi komplikasi yang serius pada kondisi tertentu.
Komplikasi yang muncul karena penyakit bronkiolitis
Seperti halnya penyakit apapun, komplikasi akibat bronkiolitis mungkin terjadi. Memang, pada kebanyakan kasus, penyakit ini bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri.
Namun, pasien yang mengalami imunosupresi atau sudah memiliki penyakit jantung dan paru-paru kronis berisiko mengalami komplikasi setelah terkena bronkiolitis. Berikut adalah berbagai komplikasi dari bronkiolitis yang harus Anda waspadai.
1. Cyanosis (sianosis)
Salah satu gejala yang biasanya dialami oleh pasien bronkiolitis adalah sulit bernapas. Ketika sesak napas terus terjadi, tubuh jadi kekurangan oksigen.
Hal ini bisa menimbulkan sianosis, suatu kondisi ketika darah kebiruan yang kekurangan oksigen bersirkulasi melalui kulit. Akibatnya, jari tangan, kuku, dan bibir juga jadi tampak berwarna kebiruan.
Selain bronkiolitis, sianosis bisa timbul karena adanya kelainan pada pembuluh darah yang membuat darah mengalir langsung ke jantung tanpa melewati kantung udara paru-paru (alveoli).
2. Apnea
Apnea merupakan salah satu komplikasi bronkiolitis yang dapat membahayakan nyawa. Bahkan, kondisi ini sering menjadi penyebab rawat inap untuk bayi.
Apnea menyebabkan napas berhenti sesaat. Selama kondisi ini terjadi, otot-otot inhalasi tidak menunjukkan pergerakan dan volume paru-paru tidak mengalami perubahan.
Kondisi ini paling banyak terjadi pada bayi-bayi prematur atau bayi yang usianya kurang dari dua bulan.
3. Dehidrasi
Bayi dengan bronkiolitis rentan mengalami dehidrasi ringan karena penurunan asupan cairan serta peningkatan kehilangan cairan akibat demam dan takipnea, peningkatan frekuensi pernapasan.
Bronkiolitis membuat bayi lebih sering batuk dan sulit bernapas, sehingga sulit bagi mereka untuk minum.
Untuk mencegahnya, tetap beri anak minum sedikit-sedikit secara teratur. Jangan beri minum terlalu banyak di satu waktu, sebab hal ini bisa menyebabkan penumpukan cairan dalam paru-paru.
4. Kelelahan
Komplikasi yang juga dapat timbul karena penyakit bronkiolitis adalah rasa lelah yang tak biasa. Gejala batuk terus-menerus bisa bertambah parah pada malam hari. Perasaan tak nyaman yang dialami ketika batuk-batuk mungkin akan membuat penderita sulit beristirahat.
Kemungkinan lainnya, kelelahan timbul karena tubuh menggunakan lebih banyak energi dari biasanya untuk melawan infeksi dan memulihkan diri.
Komplikasi ini seperti menciptakan siklus. Bila tubuh kurang beristirahat, maka fungsi kekebalan tubuh jadi terhambat. Alhasil ini memperlambat proses pemulihan, menyebabkan gejala tetap bertahan dan terus mengganggu waktu tidur.
5. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau sindrom gangguan pernapasan akut pada dasarnya merupakan kondisi ketika kantung udara paru-paru (alveoli) dipenuhi oleh cairan, sehingga mengurangi kemampuannya untuk mendapatkan oksigen.
ARDS umumnya timbul karena adanya kerusakan sel atau jaringan pada paru-paru. Awalnya, cairan dari pembuluh darah kecil yang mengalir menuju alveoli mengalami kebocoran.
Kemudian, kebocoran ini merusak dinding paru dan kantung udara, membuat paru-paru jadi terendam cairan dan mengganggu proses pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Berbeda dari tingkat kematian infeksi RSV biasa yang cukup rendah, tingkat kematian pada pasien infeksi RSV dengan komplikasi ARDS bisa mencapai 40-70%.
6. Miokarditis
Infeksi virus yang menjadi penyebab terjadinya bronkiolitis juga dapat berujung pada komplikasi berupa miokarditis.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung (miokardium) yang membuat kemampuan jantung dalam memompa darah berkurang. Kondisi ini menyebabkan irama jantung menjadi tidak normal.
Selain RSV, virus yang juga dapat menyebabkan miokarditis adalah adenovirus, korona, hepatitis B dan C, parvovirus, serta virus herpes simpleks.
Beberapa gejala yang muncul bila kondisi ini terjadi adalah demam, pingsan, napas yang lebih cepat, nyeri dada, serta detak jantung tidak teratur (aritmia).
7. Bronkiolitis obliteran
Infeksi yang terjadi pada penyakit bronkiolitis dapat merusak saluran bronkiolus. Seringnya, cedera bisa sembuh perlahan. Namun pada beberapa kasus, proses perbaikan jaringan malah menyebabkan penumpukan jaringan parut.
Jaringan parut yang tebal pun menghalangi bronkiolus dan menghambat masuknya udara ke alveoli. Hal ini mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen. Bila terus memburuk, bronkiolitis obliteran akhirnya mengakibatkan gagal napas.
Tak hanya sebagai komplikasi bronkiolitis, kondisi ini juga bisa terjadi pada pasien yang baru saja menjalani transplantasi paru bila tubuh menolak organ baru tersebut. Bronkiolitis obliteran dapat berkembang dalam waktu lima tahun.
Beberapa komplikasi bronkiolitis membutuhkan perawatan di rumah sakit, sebab komplikasi tersebut bisa menyebabkan gagal napas dan bahkan menimbulkan dampak yang lebih berbahaya lagi.
Bila Anda atau anak Anda mengalami gagal napas parah, mungkin pemasangan tabung ke dalam tenggorokan untuk membantu napas akan dibutuhkan.
Komplikasi biasanya lebih sering terjadi pada bayi yang lahir prematur, memiliki kelainan dan penyakit jantung atau paru-paru, serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Maka dari itu, perhatikan baik-baik akan berbagai gejala yang mengarah pada penyakit bronkiolitis. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter. Perawatan lebih dini dapat mencegah munculnya komplikasi bronkiolitis.