Meski termasuk penyakit yang cukup jarang di Indonesia, sindrom Stevens-Johnson (SJS) bisa berkembang menjadi kondisi yang serius. Sindrom ini bisa menyebabkan kulit gatal, melepuh, bahkan mengelupas akibat reaksi berlebihan terhadap obat atau infeksi tertentu.
Apa itu sindrom Stevens-Johnson?
Sindrom Stevens-Johnson adalah kumpulan gejala serius di kulit dan membran mukosa akibat reaksi berlebihan terhadap obat atau infeksi.
Tanda umum akibat kondisi ini menyerupai flu disertai dengan ruam merah atau keunguan yang menyebar ke seluruh tubuh.
Ruam akibat SJS ini akan muncul di kulit, lapisan mata, rongga mulut, dubur, serta alat kelamin.
Orang yang mengalami kondisi ini akan mengalami ruam yang sakit dan melepuh. Lapisan atas kulit yang melepuh ini kemudian akan mati dan mengelupas.
Kondisi darurat medis yang memerlukan rawat inap ini telah terjadi di seluruh dunia dan mampu memengaruhi semua ras. Namun, SJS lebih umum terjadi pada orang berkulit putih.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
Tanda dan gejala sindrom Stevens-Johnson
Sindrom ini diawali dengan terjadinya gejala menyerupai flu, seperti demam, batuk, mata terasa panas, dan radang tenggorokan.
Seiring dengan perkembangan penyakit, akan muncul tanda dan gejala lain, meliputi:
- rasa sakit atau nyeri pada kulit,
- wajah dan lidah bengkak,
- ruam berwarna merah atau ungu yang menyebar dalam beberapa jam atau hari,
- lepuhan pada kulit dan selaput lendir mulut, hidung, mata, dan kelamin, serta
- kulit mengelupas setelah luka lepuh terbentuk.
Segera periksakan dengan dokter saat Anda mengalami gejala yang dicurigai sebagai sindrom Stevens-Johnson, terlebih setelah memakai obat-obatan tertentu.
Secara umum, reaksi yang disebabkan oleh obat akan terjadi selama Anda mengonsumsi obat atau dua minggu setelah berhenti menggunakan obat.
Penyebab Stevens-Johnson syndrome
Sindrom Stevens-Johnson adalah kondisi langka dan tidak terduga. Dokter mungkin tidak bisa mengidentifikasi penyebab pastinya, tetapi kondisi ini biasanya dipicu oleh obat atau infeksi.
Reaksi terhadap pengobatan dapat muncul sesaat setelah Anda mengonsumsinya atau hingga dua minggu setelah berhenti menggunakan obat.
Terapi dan obat yang bisa menyebabkan Stevens-Johnson syndrome adalah sebagai berikut.
- Obat asam urat, seperti allopurinol.
- Obat pereda nyeri, seperti paracetamol, ibuprofen, dan naproxen.
- Obat antibiotik, seperti penicillin.
- Obat untuk mengatasi kejang atau gangguan jiwa (antikonvulsan dan antipsikotik).
Sementara itu, beberapa infeksi yang dapat menyebabkan sindrom ini, meliputi herpes simplex, herpes zoster, pneumonia, HIV, dan hepatitis.
Pada kasus tertentu, Stevens-Johnson syndrome juga dapat dipicu oleh rangsang fisik, meliputi radioterapi dan sinar ultraviolet.
Namun, penyebab pastinya tidak selalu bisa dipastikan sehingga kondisi ini sulit untuk dicegah.
Faktor risiko Stevens-Johnson syndrome
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terkena sindrom Stevens-Johnson adalah sebagai berikut.
- Infeksi virus. Risiko sindrom ini dapat meningkat bila seseorang mengidap infeksi virus, seperti herpes, pneumonia akibat virus, HIV atau hepatitis.
- Melemahnya sistem imun. Sistem kekebalan tubuh yang melemah dapat dipengaruhi oleh transplantasi organ, HIV/AIDS, serta penyakit autoimun, seperti lupus.
- Riwayat Stevens-Johnson syndrome. Saat seseorang pernah mengalami sindrom ini akibat obat tertentu, sangat mungkin mengalami lagi saat memakai obat yang sama.
- Riwayat keluarga dengan sindrom Stevens-Johnson. Jika anggota keluarga pernah mengidap Stevens-Johnson syndrome ataupun kondisi terkait, yakni toxic epidermal necrolysis (TEN), risiko mengalami SJS menjadi lebih tinggi.
Komplikasi Stevens-Johnson syndrome
Beberapa komplikasi yang bisa timbul akibat sindrom Stevens-Johnson adalah sebagai berikut.
1. Sepsis
Sepsis terjadi ketika bakteri dari infeksi memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Kondisi yang juga disebut infeksi darah ini bisa cepat berkembang dan mengancam jiwa karena menyebabkan syok dan kegagalan organ.
2. Masalah mata
Ruam yang disebabkan oleh Stevens-Johnson syndrome bisa menyebabkan peradangan mata. Pada kasus ringan, sindrom ini bisa menyebabkan iritasi dan mata kering.
Namun, pada kasus yang parah, hal ini dapat menimbulkan kerusakan dan jaringan parut yang memicu gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan.
3. Keterlibatan paru-paru
Sindrom Stevens-Johnson dapat menyebabkan gagal napas akut, yaitu keadaan darurat medis yang terjadi saat paru-paru tidak mampu menyalurkan oksigen ke dalam aliran darah.
4. Kerusakan kulit permanen
Ketika kulit tumbuh kembali, mungkin ada kulit tidak bisa 100% pulih seperti semula. Umumnya, terdapat benjolan, kelainan warna, dan sangat mungkin akan menimbulkan bekas luka.
Selain gangguan kulit, kondisi ini juga dapat menyebabkan rambut rontok serta kuku jari tangan dan kaki mungkin tidak akan tumbuh normal.
Diagnosis sindrom Stevens-Johnson
Dikutip dari Mayo Clinic, berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis Stevens-Johnson syndrome.
- Pemeriksaan fisik. Dokter biasanya mendiagnosis SJS berdasarkan riwayat kesehatan dan gejala yang Anda alami.
- Biopsi kulit. Untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya, dokter mungkin bisa mengambil sampel kulit untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium.
- Pemeriksaan kultur. Guna menyingkirkan infeksi, dokter dapat mengambil sampel kulit, jaringan, atau cairan untuk diperiksa di laboratorium.
- Tes pencitraan. Tergantung dari gejala yang Anda alami, dokter mungkin akan meminta untuk melakukan rontgen dada untuk memeriksa ada tidaknya pneumonia.
- Tes darah. Pemeriksaan ini untuk menentukan kemungkinan infeksi dan penyebabnya.
Pengobatan sindrom Stevens-Johnson
Terdapat beberapa pilihan yang mungkin dokter rekomendasikan sebagai pengobatan sindrom Stevens-Johnson seperti berikut ini.
1. Hentikan penggunaan obat
Langkah pertama untuk mengatasi sindrom Stevens-Johnson yakni menghentikan penggunaan obat-obatan yang kemungkinan menyebabkan kondisi ini.
2. Perawatan pendukung
Pengidap Stevens-Johnson syndrome harus ditangani secara intensif di rumah sakit. Beberapa perawatan pendukung yang mungkin diterima adalah sebagai berikut.
- Penggantian cairan dan nutrisi. Mengganti cairan ialah bagian penting dari perawatan pasien. Dokter akan memberikan pengganti cairan tubuh dan nutrisi untuk pasien lewat selang makanan yang dipasang melalui hidung langsung menuju lambung.
- Perawatan luka. Kompres dingin dapat membantu meredakan nyeri pada lepuhan saat proses pemulihan.
- Perawatan mata. Menemui dokter spesialis mata untuk mendiagnosis dan menentukan pengobatan yang tepat bila sindrom ini memengaruhi area mata.
3. Terapi obat
Obat-obatan yang umum digunakan untuk perawatan sindrom Stevens-Johnson adalah sebagai berikut.
- Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman.
- Obat antihistamin untuk meredakan gatal akibat reaksi alergi.
- Antibiotik untuk mengendalikan infeksi, jika diperlukan
- Obat-obatan untuk mengurangi peradangan pada kulit, selaput lendir, dan mata (steroid topikal).
Pencegahan sindrom Stevens-Johnson
Beberapa tips berikut ini yang bisa Anda lakukan untuk mencegah Stevens-Johnson syndrome.
- Ketahui penyebab reaksi. Jika kondisi disebabkan oleh pengobatan, catat nama obat tersebut dan hindari penggunaannya di kemudian hari.
- Beri tahu dokter. Beri tahukan pada dokter atau apoteker bahwa Anda memiliki riwayat sindrom Stevens-Johnson. Jika reaksi disebabkan oleh obat, beri tahukan kondisi Anda sebelum mendapatkan resep obat-obatan.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang sindrom ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi dan solusi terbaik.
Kesimpulan
- Sindrom Stevens-Johnson (SJS) adalah sekumpulan gejala serius di kulit dan membran mukosa akibat reaksi berlebihan terhadap obat atau infeksi tertentu.
- Gejala utama dari sindrom ini biasanya berupa ruam, lepuhan, serta pengelupasan kulit.
- Pengidap SJS harus dirawat secara intensif di rumah sakit. Perawatannya, terdiri atas penggantian cairan dan nutrisi, perawatan luka, dan pemberian obat untuk mengatasi infeksi serta peradangan.