backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Benarkah Rambut Bisa Botak karena Stres? Ini Jawabannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Dinda Saraswati Murniastuti, Sp.DV · Spesialis Kulit dan Kelamin · Mydervia Dermatology


Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

Benarkah Rambut Bisa Botak karena Stres? Ini Jawabannya

Stres adalah situasi sulit yang bisa dialami semua orang. Bukan hanya pada kondisi mental, stres juga menimbulkan reaksi pada kesehatan fisik. Stres bisa membuat sakit kepala, otot tegang, masalah pencernaan, hingga menaikkan atau menurunkan nafsu makan. Karena stres, pertumbuhan rambut juga bisa terganggu hingga rambut menipis dan botak.

Apakah stres bisa menyebabkan kebotakan?

Ya, kebotakan bisa disebabkan karena kondisi stres terutama stres yang berlangsung lama dan berlarut-larut.

Stres bisa menekan dan mengaktifkan sistem kekebalan secara berlebihan sehingga menyebabkan peradangan.

Peradangan ini bisa terjadi di mana pun, termasuk di sekitar folikel rambut. Hal ini dapat mengganggu mekanisme pertumbuhan rambut sehingga terjadinya rambut rontok dan lambat tumbuh.

Stres yang berkepanjangan dan berlarut-larut bisa menyebabkan botak. Efek stres pada kebotakan ini ditulis dalam penelitian salah satu jurnal pada penelitian Nature.

Penelitian yang dilakukan pada tikus ini menemukan bahwa hormon stres yaitu kortisol dapat membuat folikel rambut berada di fase istirahat lebih lama. 

Fase pertumbuhan rambut ini membuat rambut tidak kunjung tumbuh atau memanjang.

Bahkan, rambut akan lebih mudah patah. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan kebotakan.

Namun, memang hasil penelitian ini masih membutuhkan studi lebih lanjut pada manusia untuk menemukan penyebabnya.

Ada beberapa kondisi medis yang terkait dengan stres yang dapat memengaruhi rambut, seperti berikut ini.

  • Telogen effluvium yaitu kondisi di mana stres dapat membuat folikel rambut memasuki fase istirahat (telogen) lebih lama dari fase pertumbuhan rambut pada umumnya. Setelah beberapa bulan, rambut yang berada dalam fase telogen tersebut akan rontok.
  • Alopecia areata yaitu kondisi yang menunjukkan gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut, menyebabkan rambut rontok dalam bentuk bercak-bercak.
  • Trikotilomania adalah gangguan di mana seseorang secara sengaja mencabut rambutnya sendiri sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau tekanan.

Stres memang dapat menyebabkan rambut botak. Namun, jika stres sudah terkendali, rambut mungkin akan tumbuh kembali.

Efek stres pada rambut lain

mencegah kebotakan pada pria

Selain rambut rontok dan botak, berikut ini efek stres pada rambut lainnya.

  • Penipisan rambut. Stres kronis dapat menyebabkan penipisan rambut secara umum karena mempengaruhi siklus pertumbuhan rambut dan membuat rambut lebih mudah rontok.
  • Menurunnya kesehatan kulit kepala. Stres dapat menyebabkan masalah kulit kepala seperti dermatitis seboroik atau ketombe, yang dapat mempengaruhi kesehatan rambut secara keseluruhan.
  • Menurunnya kualitas rambut. Stres dapat memengaruhi kualitas rambut, membuatnya tampak kusam, rapuh, dan lebih mudah patah.
  • Pertumbuhan rambut yang lambat. Stres dapat memperlambat pertumbuhan rambut dengan mengganggu siklus pertumbuhan rambut dan memperpanjang fase istirahat.
  • Membuat rambut lebih mudah beruban karena menipisnya melanosit, yaitu zat yang memberikan warna pada rambut. Melanosit berkurang karena adanya efek dari hormon stres.

Artikel terkait

Cara mengatasi botak karena stres

Cara mengatasi kebotakan karena stres berfokus pada manajemen stres dan perawatan rambut yang baik. Berikut penjelasan lebih lengkap untuk menangani botak karena stres.

1. Miliki manajemen stres yang baik

Meski pada beberapa orang manajemen stres bukan hal yang mudah dilakukan, beberapa hal berikut mungkin dapat membantu.

  • Teknik relaksasi. Latihan pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau tai chi dapat membantu mengurangi tingkat stres.
  • Olahraga teratur. Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
  • Tidur yang cukup. Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas setiap malam.
  • Hobi dan aktivitas santai. Melibatkan diri dalam hobi atau aktivitas yang Anda nikmati dapat membantu mengalihkan pikiran dari stres.
  • 2. Pengobatan

    Sementara itu, jika dokter mendiagnosis rambut botak karena stres disebabkan telogen effluvium, mungkin dokter akan memberikan pengobatan berupa minoxidil.

    Jika rambut rontok disebabkan alopecia areata, dokter akan memberikan kortikosteroid topikal untuk perawatan.

    3. Perawatan lainnya

    Pada anak-anak yang mengalami trikotilomania, dokter mungkin akan memasangkan sarung tangan atau kaus kaki untuk mencegahnya mencabuti rambut.

    Memotong rambut pasien menjadi pendek juga membantu mengatasi kebotakan.

    Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan terapi perilaku kognitif untuk mengubah pola pikir serta perilaku yang memicu keinginan mencabut rambut.

    Mengalami kebotakan akibat stres adalah tantangan yang bisa sangat berat dan menguras emosi.

    Mengelola stres dan merawat diri sendiri dengan penuh kasih sayang adalah kunci untuk memulihkan kesehatan rambut dan kesehatan mental.

    Apabila Anda membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk mencari dukungan keluarga, teman, atau psikolog untuk membantu melalui masa-masa sulit.

    Ringkasan

    • Stres dapat menyebabkan rambut botak karena hormon stres bisa menyebabkan peradangan pada folikel, akhirnya rambut rontok dan lama tumbuh lagi.
    • Efek lain stres pada rambut yaitu penipisan rambut, rambut mudah patah, rambut kusam, rambut lambat tumbuh, dan rambut mudah beruban.
    • Cara mengatasi kebotakan karena stres yaitu dengan memiliki manajemen stres yang baik, pengobatan, dan perawatan lain sesuai anjuran dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Dinda Saraswati Murniastuti, Sp.DV

    Spesialis Kulit dan Kelamin · Mydervia Dermatology


    Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

    ad iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    ad iconIklan
    ad iconIklan