backup og meta

Pemfigoid Bulosa

Pemfigoid Bulosa

Pemfigoid bulosa ditandai dengan munculnya lenting atau lepuhan berisi cairan di kulit. Jika terus dibiarkan, jenis penyakit kulit ini dapat berkembang menjadi kronis. 

Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Simak penyebab, gejala, dan cara mengobati pemfigoid bulosa berikut ini.

Apa itu pemfigoid bulosa?

Pemfigoid bulosa (bullous pemphigoid) adalah penyakit kulit langka yang menyerang sistem imun.

Penyakit ini diawali dengan ruam kemerahan dan urtikaria (biduran), kemudian berubah menjadi lenting besar berisi cairan setelah beberapa minggu atau bulan.

Cairan di dalam lenting ini biasanya bening, tapi bisa berubah menjadi sedikit keruh atau kemerahan berisi darah.

Lenting biasanya muncul di area area lipatan kulit seperti ketiak, paha atas, dan perut bagian bawah. Pada kasus yang parah, lepuh bisa juga menutupi sebagian besar kulit, termasuk bagian dalam mulut. 

Dikutip dari Mayo Clinic, bullous pemphigoid biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Namun, mungkin membutuhkan waktu hingga lima tahun untuk menyelesaikannya.

Seberapa umum penyakit ini?

Pemfigoid bulosa merupakan jenis penyakit kulit yang tergolong langka. Meski dapat terjadi pada siapa saja, penyakit kulit ini kebanyakan dialami oleh orang berusia di atas 60 tahun hingga 80 tahun. 

Tanda dan gejala pemfigoid bulosa

gambar lenting di hari tangan

Beberapa pasien tidak menunjukkan gejala apa pun atau hanya memiliki kemerahan ringan dan iritasi tanpa lecet. Meski begitu, tanda dan gejala pemfigoid bulosa antara lain:

  • kemerahan gatal, dan rasa terbakar di beberapa area kulit,
  • muncul lenting di area ketiak, tangan, perut, paha bagian dalam dan kaki,
  • gejala seperti bisul muncul di mulut pada beberapa pasien, bisul dapat pecah dan membentuk ulkus atau luka terbuka,
  • area kulit di sekitar lenting yang berwarna kemerahan atau lebih gelap dari warna kulit asli, serta
  • ruam kulit yang mirip dengan eksim (dermatitis atopik).

Kemungkinan terdapat tanda-tanda atau gejala bullous pemphigoid yang tidak tercantum di atas.

Jika Anda mempunyai kekhawatiran tertentu mengenai gejala, silakan konsultasikan dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Segera periksa ke dokter bila Anda mulai mengalami gejala-gejala di atas. Hal ini penting dilakukan di awal kemunculan penyakit agar penyembuhannya lebih mudah.

Selain itu, Anda juga harus waspada dengan kondisi tubuh Anda. Bila ada gejala lain yang tidak disebutkan atau bila Anda khawatir akan gejala tertentu, diskusikanlah dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang terbaik.

Penyebab pemfigoid bulosa

Sampai saat ini penyebab pemfigoid bulosa belum diketahui secara pasti. Namun, kemungkinan ada kaitannya dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, efek yang ditimbulkan oleh penyakit lain, atau karena efek samping obat.

Ketika seseorang mengalami penyakit kulit ini, sistem kekebalan tubuhnya akan menghasilkan antibodi yang melawan jaringan epidermis dan dermis kulit.

Antibodi ini akan aktif dan menyebabkan inflamasi dan mengakibatkan kulit melepuh dan gatal.

Penyebab lain yang mungkin terjadi dari pemfigoid bulosa adalah sebagai berikut.

  • Pengobatan tertentu. Penggunaan beberapa obat sekaligus dapat memicu pemfigoid bulosa, antara lain penicillin, etanercept, sulfasalazine, dan furosemide.
  • Terapi cahaya serta radiasi. Penggunaan terapi sinar UV atau fototerapi untuk mengobati penyakit kulit tertentu dapat memicu pemfigoid bulosa, seperti terapi radiasi untuk pengobatan kanker. 
  • Kondisi medis. Gangguan yang dapat memicu bullous pemphigoid, termasuk psoriasis, lichen planus, diabetes, rheumatoid arthritis, kolitis ulserativa, dan multiple sclerosis.

Faktor risiko pemfigoid bulosa

Pemfigoid bulosa biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 60 tahun. Hal ini karena semakin tua usia seseorang maka risiko terkena penyakit akan semakin meningkat. 

Apabila Anda tidak memiliki faktor risiko di atas bukan berarti Anda tidak akan terserang penyakit.

Faktor-faktor risiko sebuah penyakit bersifat umum dan hanya digunakan sebagai referensi saja. Silakan Anda konsultasikan dengan dokter spesialis kulit untuk informasi lebih jelas.

Diagnosis pemfigoid bulosa

Untuk mendiagnosa penyakit kulit ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu dengan melihat kondisi atau gejala apa saja yang terlihat pada kulit.

Setelah itu, guna menegakkan diagnosisnya, dokter mengambil sampel dari kulit yang terdampak untuk diamati di laboratorium. Terkadang, dokter juga akan mengambil sampel darah.

Bila penyakit sudah pasti, Anda akan diberi obat-obatan yang harus digunakan sesuai dengan aturan yang diberikan.

Pengobatan pemfigoid bulosa

obat antijamur

Melakukan pengobatan dapat membantu menghilangkan bercak atau lepuh di kulit serta mengurangi risiko kulit terinfeksi. 

Berikut pilihan obat-obatan yang mungkin direkomendasikan dokter untuk mengobati pemfigoid bulosa.

1. Kortikosteroid

Mengutip Cleveland Clinic, bila kasusnya ringan, dokter biasanya akan memberikan obat salep atau krim kortikosteroid. 

Obat ini berfungsi untuk mengatasi gatal-gatal dan pembengkakan pada kulit. Krim kortikosteroid biasanya digunakan dengan cara dioleskan langsung pada area kulit yang terkena. 

Untuk kasus pemfigoid bulosa yang berat, dokter akan memberikan obat kortikosteroid dalam bentuk pil, seperti prednison. Namun, obat ini biasanya tidak bisa digunakan dalam jangka panjang. 

2.  Obat imunosupresan

Dokter juga dapat memberikan obat imunosupresan seperti azatioprin dan mofetil mikofenolat untuk membantu mengurangi gejalanya.

Obat ini bekerja dengan menghambat kerja sistem kekebalan tubuh. Jika tanda dan gejala yang dialami melibatkan mata atau saluran pencernaan bagian atas, dokter dapat memberikan obat rituximab.

Apakah pemfigoid bulosa bisa menular?


Penyakit pemfigoid bulosa tidak bisa menular dari satu orang ke orang lainnya. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu merasa khawatir tertular atau menularkan penyakit ini pada orang lain. 

Perawatan rumahan pemfigoid bulosa

Berikut gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi penyakit kulit ini.

  • Rutin minum obat. Minumlah obat sesuai dengan yang tertera di dalam resep untuk mempercepat penyembuhan dan mencegahnya kambuh kembali.  
  • Perhatikan pilihan makanan. Jika lepuhan berada di mulut, hindari makan makanan yang keras dan renyah seperti keripik agar tidak memperparah gejala.
  • Menjaga kebersihan diri. Rajin menjaga kebersihan diri dapat membantu mencegah terjadinya infeksi. Jangan lupa rutin membersihkan pakaian, sprei, atau handuk untuk menghindari risiko infeksi jika lenting pecah.
  • Hindari menggunakan pakaian yang ketat. Gunakan pakaian yang longgar untuk melindungi kulit dan mencegah lenting pecah.

Selama masa penyembuhan, pastikan untuk selalu memperhatikan kulit Anda.

Jika lenting pecah dan mengalami infeksi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, hingga demam, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bullous pemphigoid. (2022). Mayo Clinic. Retrieved 03 May 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bullous-pemphigoid/symptoms-causes/syc-20350414

Bullous pemphigoid. (2021). National Health Service. Retrieved 03 May 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/bullous-pemphigoid/

Bullous Pemphigoid: Causes, Symptoms & Treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved 03 May 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15855-bullous-pemphigoid 

Baigrie, D. (2023). Bullous Pemphigoid. Retrieved 03 May 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535374/ 

Bullous pemphigoid. (n.d.). DermNet. Retrieved 03 May 2024, from https://dermnetnz.org/topics/bullous-pemphigoid 

Versi Terbaru

06/05/2024

Ditulis oleh Risky Candra Swari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kulit Melepuh

Kenapa Lenting Cacar Air Terasa Sangat Gatal?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 06/05/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan