backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Fototerapi, Terapi Cahaya dengan Sinar UV untuk Penyakit Kulit

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 26/04/2022

    Mengenal Fototerapi, Terapi Cahaya dengan Sinar UV untuk Penyakit Kulit

    Mengobati penyakit kulit biasanya membutuhkan metode yang berbeda-beda, Pengobatan yang diberikan akan bergantung pada tingkat keparahan gejala, usia, kondisi kesehatan, serta faktor lainnya.

    Seringnya, penyakit kulit ditangani dengan minum obat atau menggunakan obat-obatan oles seperti salep. Namun bila obat tersebut tak cukup berhasil, jalan lain yang bisa ditempuh adalah melakukan terapi, salah satunya dengan fototerapi.

    Apa itu fototerapi?

    fototerapi terapi cahaya sinar uv

    Fototerapi atau terapi cahaya merupakan sebuah prosedur perawatan untuk kulit yang melibatkan penggunaan sinar ultraviolet (UV) melalui lampu fluoresen, halogen, atau LED. Prosedur ini berfungsi dalam penanganan kondisi medis tertentu.

    Sebenarnya, fototerapi lebih umum digunakan untuk menangani bayi baru lahir yang terkena penyakit kuning. Namun, metode pengobatan ini juga sudah dipercaya untuk perawatan kulit karena khasiat sinar UV yang mampu mengurangi peradangan pada kulit.

    Bahkan, fototerapi untuk kulit sudah dilakukan sejak beribu tahun yang lalu dengan memanfaatkan paparan sinar matahari sebagai sumber alami ultraviolet.

    Meski dapat mengurangi keparahan gejala, efek fototerapi hanya bersifat sementara. Hal tersebut membuat pasien harus menjalani perawatan selama beberapa kali secara rutin untuk benar-benar mendapatkan hasilnya.

    Selain digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, fototerapi juga diterapkan pada berbagai kondisi lainnya seperti gangguan tidur dan beberapa jenis kanker.

    Jenis-jenis fototerapi

    Perawatan ini terdiri dari beberapa jenis yang berbeda. Jenis fototerapi yang akan dipilih bergantung pada keparahan kondisi Anda. Terkadang, fototerapi dilakukan bersamaan dengan penggunaan obat topikal (oles) atau obat sistemik (minum atau suntik).

    Berikut adalah beberapa jenis yang sering dilakukan.

    Fototerapi UVB

    Fototerapi UVB adalah perawatan yang menggunakan radiasi ultraviolet gelombang pendek. Jenis ini terbagi menjadi dua, yaitu broadband UVB atau yang menggunakan gelombang spektrum penuh (300 nanometer – 320 nanometer) dan narrowband UVB atau yang menggunakan panjang gelombang yang lebih spesifik (311 nm).

    Prosedur perawatannya, pasien akan masuk ke dalam lemari khusus yang berisi lampu fluoresen pemancar sinar UVB. Seberapa luas kulit yang harus terekspos dengan paparan UVB akan disesuaikan dengan kondisi kulit yang terkena penyakit.

    Kebanyakan pasien menjalani perawatan ini untuk seluruh  tubuh, kecuali mata dan alat kelamin yang akan ditutup dengan kacamata pelindung dan celana dalam.

    Durasi paparan yang dijalani pasien dapat bervariasi. Biasanya pada awal perawatan pasien hanya akan berdiam di dalam lemari UVB kurang dari lima menit. Nantinya durasi akan ditingkatkan seiring dengan respons tubuh pasien terhadap paparan UVB sampai maksimal 30 menit per sesi.

    Penyakit kulit yang ditangani dengan perawatan UVB di antaranya adalah psoriasis, eksim (dermatitis atopik), limfoma sel T kulit, dan vitiligo.

    PUVA

    PUVA adalah kombinasi antara radiasi sinar UVA dengan psoralen, obat yang berfungsi untuk meningkatkan efek UVA pada kulit. Perawatan ini biasanya diberikan pada pasien bila perawatan dengan fototerapi UVB tidak berhasil.

    Langkah prosedurnya serupa dengan fototerapi UVB, bedanya pasien harus menggunakan obat psoralen terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam lemari pemancar sinar.

    Obat psoralen dapat ditemukan dalam bentuk yang berbeda. Untuk obat psoralen oral, pasien harus meminum kapsul obat methoxsalen dua jam sebelum perawatan. Sedangkan untuk obat pemakaian luar, pasien harus mengoleskan krim psoralen atau berendam dalam bak yang telah diberi larutan psoralen.

    Mengingat efeknya yang membuat Anda menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, Anda harus memakai kacamata hitam untuk mencegah mata dari paparan sinar matahari selama 24 jam sejak penggunaan obat.

    PUVA biasanya dilakukan pada pasien yang memiliki kondisi psoriasis plak yang lebih parah, tapi bisa juga diberikan untuk pengobatan vitiligo dan limfoma sel T kulit.

    Laser excimer

    Fototerapi jenis ini juga menggunakan radiasi UVB. Serupa dengan narrowband UVB, panjang gelombang yang diberikan dari perawatan ini lebih spesifik (308 nm). Namun, secara teknis excimer laser diberikan dengan cara yang berbeda.

    Perawatan dilakukan dengan menyinari bagian kulit yang terkena lesi dengan cahaya excimer yang terpancar dari alat genggam khusus. Dibandingkan dengan perawatan sinar UVB biasa, laser excimer hanya akan mengenai area yang bermasalah sehingga kulit yang sehat tidak akan terkena radiasi.

    Laser excimer dapat menjangkau area yang sulit dijangkau dengan fototerapi konvensional, misalnya kulit pada bagian telinga. Selain itu, durasi perawatannya relatif lebih singkat.

    Yang perlu diketahui sebelum menjalani fototerapi

    Tentunya, fototerapi bukanlah tanpa efek samping. Ada beberapa pasien yang mengalami masalah pada kulit setelah menjalani fototerapi. Yang sering dirasakan biasanya adalah kulit kemerahan seperti terbakar, kulit menjadi kering, dan gatal-gatal.

    Perawatan ini juga belum tentu cocok untuk semua orang, terutama bila kondisi kulit Anda disebabkan atau semakin parah karena sinar matahari, atau jika Anda meminum obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh, Anda mungkin sebaiknya tidak menjalani fototerapi.

    Perlu diketahui juga, prosedur PUVA tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena kandungan obat psoralen yang belum dipastikan keamanannya untuk ibu dan janin.

    Berkonsultasilah pada dokter spesialis kulit sebelum memutuskan untuk menjalani pengobatan dan perawatan dengan fototerapi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 26/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan