Kulit melepuh, gatal, dan nyeri akibat impetigo atau disebut juga suleten perlu segera diatasi. Jika tidak, infeksi impetigo dapat cepat menular atau bahkan gejala bertambah parah. Sebagai langkah awal, segera redakan gejala impetigo pada anak-anak atau orang dewasa dengan beberapa obat suleten tradisional berikut ini.
Beragam pilihan obat suleten tradisional
Sebelum Anda mulai memanfaatkan obat impetigo alami ini, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.
Ingat, obat alami ini hanya berfungsi untuk meredakan gejala, bukan untuk menggantikan obat dari dokter.
Berikut obat tradisional suleten pada bayi yang bisa Anda dapatkan dengan mudah.
1. Jahe
Jahe adalah salah satu rempah-rempah yang memiliki segudang manfaat, salah satunya sebagai obat suleten tradisional.
Uji laboratorium yang diterbitkan dalam jurnal Pharmceutica Analytica Acta (2012) menemukan bahwa jahe mengandung senyawa bernama gingerol dan shogaol. Keduanya melawan infeksi bakteri penyebab impetigo, yaitu Staphylococcus aureus.
Untuk mencoba obat alami ini, letakkan seiris jahe yang sudah dikupas dan dicuci di bagian yang terdampak impetigo.
2. Kunyit
Kunyit sejak lama digunakan sebagai obat antiperadangan dan bahan-bahan untuk produk perawatan kulit.
Nah, sebuah studi melihat potensi kunyit sebagai obat suleten tradisional karena mengandung curcumin yang melawan bakteri penyebab impetigo.
Dalam hal ini, curcumin menghambat aktivitas bakteri agar tidak menimbulkan penyakit dan mencegah bakteri menempel pada tubuh.
Oleskan parutan kunyit atau campurkan air dengan bubuk kunyit, lalu bubuhkan ke kulit yang terkena impetigo.
3. Lidah buaya
Kombinasi lidah buaya dengan daun mimba (intaran) efektif melawan infeksi Staphylococcus aureus penyebab impetigo. Tidak heran bila dipilih menjadi obat tradisional suleten pada anak.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang diterbitkan pada Journal of Pharmacy and Nutrition Sciences tahun 2015 silam.
Perlu diingat, penelitian ini baru dilakukan pada laboratorium, bukan langsung mencampurkan kedua bahan ini ke kulit yang terinfeksi. Jadi, keampuhannya perlu diuji lebih lanjut.
Oleskan lidah buaya langsung ke kulit. Anda tidak perlu membilasnya karena tanaman ini juga bisa mengurangi kulit kering dan gatal-gatal akibat impetigo.
4. Madu
Manfaat madu ternyata tidak hanya meningkatkan sistem imun tubuh, tetapi juga menjadi obat tradisional suleten pada bayi.
Madu mengandung beberapa zat antimikroba yang dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus, yaitu hidrogen peroksida, flavonoid, fenolik, dan peptida. Selain itu, tingkat keasaman madu juga bisa melawan bakteri.
Agar efeknya lebih maksimal, Anda bisa memilih madu manuka atau madu mentah. Kedua jenis madu ini memiliki kandungan flavonoid yang paling banyak.
Oleskan madu ke kulit dengan suleten, tunggu 20 menit, lalu bilas dengan air.
5. Minyak kayu putih
Minyak eukaliptus sering digunakan sebagai minyak esensial. Namun, siapa sangka ini berpotensi menjadi obat tradisional suleten?
Studi terbitan Ultrasonics Sonochemistry (2014) menemukan bahwa minyak eukaliptus mengandung senyawa bernama eucalyptol yang menghambat bakteri Streptococcus aureus pada kulit tikus.
Minyak ini bahkan berpotensi mempercepat penyembuhan luka.
Gunakan 2 – 3 minyak eukaliptus yang telah dicampur dengan minyak pelarut atsiri, seperti minyak zaitun atau minyak kelapa.
Lalu, oles ke bagian kulit yang terkena impetigo, lalu bilas. Hanya gunakan minyak eukaliptus di permukaan kulit. Jangan meminumnya. Sebaiknya, jangan gunakan ini pada anak-anak.
Risiko penggunaan bawang putih
Bawang putih memang sering dipilih menjadi obat suleten tradisional. Namun, sebaiknya tidak digunakan pada kulit karena mengandung diallyl sulfide yang menyebabkan luka bakar.
Obat suleten tradisional berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri penyebab impetigo, yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus.
Meski begitu, ada beberapa bahan yang tidak bisa digunakan pada anak-anak karena bisa menyebabkan iritasi hingga kulit terbakar.
Anda juga harus mengingat bila obat herbal ini tidak bisa menggantikan obat penyakit kulit yang telah diresepkan dokter.
Hentikan pemakaian bila Anda melihat adanya reaksi alergi, seperti ruam, gatal, kemerahan, bentol-bentol, hingga kulit pecah-pecah.