backup og meta

5 Obat Tradisional yang Ampuh Redakan Impetigo (Sutulen)

5 Obat Tradisional yang Ampuh Redakan Impetigo (Sutulen)

Kulit melepuh, gatal, dan nyeri akibat impetigo atau disebut juga suleten perlu segera diatasi. Jika tidak, infeksi impetigo dapat cepat menular atau bahkan gejala bertambah parah. Sebagai langkah awal, segera redakan gejala impetigo pada anak-anak atau orang dewasa dengan beberapa obat suleten tradisional berikut ini.

Beragam pilihan obat suleten tradisional

Sebelum Anda mulai memanfaatkan obat impetigo alami ini, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi. 

Ingat, obat alami ini hanya berfungsi untuk meredakan gejala, bukan untuk menggantikan obat dari dokter.

Berikut obat tradisional suleten pada bayi yang bisa Anda dapatkan dengan mudah.

1. Jahe

Jahe adalah salah satu rempah-rempah yang memiliki segudang manfaat, salah satunya sebagai obat suleten tradisional. 

Uji laboratorium yang diterbitkan dalam jurnal Pharmceutica Analytica Acta (2012) menemukan bahwa jahe mengandung senyawa bernama gingerol dan shogaolKeduanya melawan infeksi bakteri penyebab impetigo, yaitu Staphylococcus aureus.

Untuk mencoba obat alami ini, letakkan seiris jahe yang sudah dikupas dan dicuci di bagian yang terdampak impetigo. 

2. Kunyit

Kunyit sejak lama digunakan sebagai obat antiperadangan dan bahan-bahan untuk produk perawatan kulit. 

Nah, sebuah studi melihat potensi kunyit sebagai obat suleten tradisional karena mengandung curcumin yang melawan bakteri penyebab impetigo.

Dalam hal ini, curcumin menghambat aktivitas bakteri agar tidak menimbulkan penyakit dan mencegah bakteri menempel pada tubuh.

Oleskan parutan kunyit atau campurkan air dengan bubuk kunyit, lalu bubuhkan ke kulit yang terkena impetigo.

3. Lidah buaya

jus lidah buaya

Kombinasi lidah buaya dengan daun mimba (intaran) efektif melawan infeksi Staphylococcus aureus penyebab impetigo. Tidak heran bila dipilih menjadi obat tradisional suleten pada anak.

Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang diterbitkan pada Journal of Pharmacy and Nutrition Sciences tahun 2015 silam.

Perlu diingat, penelitian ini baru dilakukan pada laboratorium, bukan langsung mencampurkan kedua bahan ini ke kulit yang terinfeksi. Jadi, keampuhannya perlu diuji lebih lanjut.

Oleskan lidah buaya langsung ke kulit. Anda tidak perlu membilasnya karena tanaman ini juga bisa mengurangi kulit kering dan gatal-gatal akibat impetigo.

4. Madu

minum madu

Manfaat madu ternyata tidak hanya meningkatkan sistem imun tubuh, tetapi juga menjadi obat tradisional suleten pada bayi. 

Madu mengandung beberapa zat antimikroba yang dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus, yaitu hidrogen peroksida, flavonoid, fenolik, dan peptida. Selain itu, tingkat keasaman madu juga bisa melawan bakteri. 

Agar efeknya lebih maksimal, Anda bisa memilih madu manuka atau madu mentah. Kedua jenis madu ini memiliki kandungan flavonoid yang paling banyak.

Oleskan madu ke kulit dengan suleten, tunggu 20 menit, lalu bilas dengan air.

5. Minyak kayu putih

Minyak eukaliptus sering digunakan sebagai minyak esensial. Namun, siapa sangka ini berpotensi menjadi obat tradisional suleten?

Studi terbitan Ultrasonics Sonochemistry (2014) menemukan bahwa minyak eukaliptus mengandung senyawa bernama eucalyptol yang menghambat bakteri Streptococcus aureus pada kulit tikus. 

Minyak ini bahkan berpotensi mempercepat penyembuhan luka.

Gunakan 2 – 3 minyak eukaliptus yang telah dicampur dengan minyak pelarut atsiri, seperti minyak zaitun atau minyak kelapa. 

Lalu, oles ke bagian kulit yang terkena impetigo, lalu bilas. Hanya gunakan minyak eukaliptus di permukaan kulit. Jangan meminumnya. Sebaiknya, jangan gunakan ini pada anak-anak.

Risiko penggunaan bawang putih

Bawang putih memang sering dipilih menjadi obat suleten tradisional. Namun, sebaiknya tidak digunakan pada kulit karena mengandung diallyl sulfide yang menyebabkan luka bakar.

Obat suleten tradisional berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri penyebab impetigo, yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus

Meski begitu, ada beberapa bahan yang tidak bisa digunakan pada anak-anak karena bisa menyebabkan iritasi hingga kulit terbakar.

Anda juga harus mengingat bila obat herbal ini tidak bisa menggantikan obat penyakit kulit yang telah diresepkan dokter. 

Hentikan pemakaian bila Anda melihat adanya reaksi alergi, seperti ruam, gatal, kemerahan, bentol-bentol, hingga kulit pecah-pecah.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hasan, H. A., Raauf, A. M. R., Razik, B. M. A., & Hassan, B. R. (2012). Chemical composition and antimicrobial activity of the crude extracts isolated from Zingiber officinale by different solvents. Pharmaceut Anal Acta, 3(9), 1-5. http://dx.doi.org/10.4172/2153-2435.1000184

Adamczak, A., Ożarowski, M., & Karpiński, T. M. (2020). Curcumin, a Natural Antimicrobial Agent with Strain-Specific Activity. Pharmaceuticals, 13(7). https://doi.org/10.3390/ph13070153

Zheng, D., Huang, C., Huang, H., Zhao, Y., Ullah Khan, M. R., Zhao, H., & Huang, L. (2020). Antibacterial Mechanism of Curcumin: A Review. Chemistry & Biodiversity, 17(8), e2000171. https://doi.org/10.1002/cbdv.202000171

Azubuike, C. P., Ejimba, S. E., Idowu, A. O., & Adeleke, I. (2015). Formulation and evaluation of antimicrobial activities of herbal cream containing ethanolic extracts of Azadirachta indica leaves and Aloe vera gel. Journal of Pharmacy and Nutrition Sciences, 5(2), 137-142. https://doi.org/10.6000/1927-5951.2015.05.02.6

Chhawchharia, A., Haines, R. R., Green, K. J., Barnett, T. C., Bowen, A. C., & Hammer, K. A. (2022). In vitro antibacterial activity of Western Australian honeys, and manuka honey, against bacteria implicated in impetigo. Complementary Therapies in Clinical Practice, 49, 101640. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2022.101640

Olas, B. (2020). Honey and Its Phenolic Compounds as an Effective Natural Medicine for Cardiovascular Diseases in Humans? Nutrients, 12(2). https://doi.org/10.3390/nu12020283

Sugumar, S., Ghosh, V., Nirmala, M. J., Mukherjee, A., & Chandrasekaran, N. (2014). Ultrasonic emulsification of eucalyptus oil nanoemulsion: Antibacterial activity against Staphylococcus aureus and wound healing activity in Wistar rats. Ultrasonics Sonochemistry, 21(3), 1044-1049. https://doi.org/10.1016/j.ultsonch.2013.10.021

Madke, B., & Das, A. (2021). Garlic Burn: A Home Remedy Gone Wrong. Indian Dermatology Online Journal, 12(4), 634-635. https://doi.org/10.4103/idoj.IDOJ_622_20

Skin Allergies. (2023). Retrieved 21 May 2023, from https://aafa.org/allergies/allergy-symptoms/skin-allergies/

Versi Terbaru

25/05/2023

Ditulis oleh Adelia Marista Safitri

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

7 Penyakit Kulit yang Mirip Jerawat, tapi Bukan Jerawat

Ibu, Ini 9 Penyakit Kulit yang Paling Umum Dialami Bayi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 25/05/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan