Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kondisi kulit serius yang menyebabkan kulit seperti terbakar. Penyakit kulit ini kerap terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa dengan sistem imun lemah. Simak lebih jelasnya tentang SSSS, mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatannya.
Apa itu staphylococcal scalded skin syndrome?
Staphylococcal scalded skin syndrome adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini menghasilkan racun eksfoliatin yang merusak protein dalam lapisan atas kulit.
Akibatnya, kulit menjadi kemerahan dan mengalami perubahan seperti kulit yang terbakar.
SSSS biasanya menyerang bayi dan anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang.
Seberapa umum kondisi ini?
Staphylococcal scalded skin syndrome umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 2 hingga 3 tahun. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka belum matang.
Akibatnya, tubuh anak-anak kurang antibodi pelindung terhadap eksotoksin. Organ ginjal anak-anak juga belum memiliki sistem pembersihan ginjal yang sempurna untuk mengeluarkan racun.
Walau tergolong jarang, kasus SSSS bisa terjadi pada anak yang lebih tua maupun orang dewasa. Hal ini terutama terjadi pada mereka yang mengalami masalah kesehatan, seperti imunodefisiensi atau gangguan ginjal berat.
Tanda dan gejala staphylococcal scalded skin syndrome
Gejala sebenarnya bisa berbeda pada setiap orang. Namun, umumnya ada beberapa tanda dan gejala yang biasa terjadi, seperti:
- mudah lelah,
- demam,
- kemerahan pada kulit,
- kulit melepuh dan bisul dengan cairan yang mudah pecah,
- kulit mengelupas, dan
- kulit yang terinfeksi terasa lebih lunak dan sakit saat disentuh.
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter.
Infeksi kulit ini dapat memburuk dengan cepat. Maka dari itu, pengobatan segera penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penyebab staphylococcal scalded skin syndrome
SSSS disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang menghasilkan racun eksfoliatin.
Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui luka, lapisan kulit yang rusak, atau infeksi di bagian tubuh lainnya.
Setelah masuk, bakteri menghasilkan racun eksfoliatin yang menyebabkan kerusakan pada lapisan atas kulit. Bakteri ini juga bisa menyebabkan beberapa masalah kulit, seperti:
- impetigo,
- bisul,
- konjungtivitis, dan
- eksim.
Perlu diingat bahwa bakteri Staphylococcus dibawa secara alami di hidung (hingga 80%), tenggorokan atau mulut tanpa menyebabkan penyakit.
Dengan demikian, penularan SSSS terjadi dari kontak kulit, penggunaan pakaian atau handuk, dan batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi.
Faktor risiko staphylococcal scalded skin syndrome
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, anak berusia di bawah 5 tahun cenderung lebih rentan pada penyakit kulit ini.
Anda di bawah 5 tahun belum mengembangkan antibodi terhadap racun yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua.
Walau jarang terjadi pada anak dan orang dewasa yang lebih tua, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko infeksi bakteri Staphylococcus, di antaranya:
- masalah ginjal kronis,
- gangguan imunodefisiensi,
- memakai obat imunosupresan, atau
- menjalani kemoterapi.
Komplikasi staphylococcal scalded skin syndrome
Bila anak mendapatkan pengobatan dini, biasanya kondisi ini bisa sembuh tanpa bekas luka atau masalah lainnya.
Sayangnya, beberapa kasus bisa memicu komplikasi yang cukup serius, seperti:
- kehilangan cairan yang menyebabkan dehidrasi dan syok seperti pasien luka bakar,
- infeksi yang semakin parah,
- bekas luka, hingga
- kematian.
Diagnosis staphylococcal scalded skin syndrome
Diagnosis kondisi ini biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik kulit dan gejala yang dialami oleh pasien. Dokter juga mungkin akan melakukan beberapa tes, meliputi:
Pengobatan staphylococcal scalded skin syndrome
Pengobatan SSSS bisa berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan gejala.
Berikut ini beberapa jenis pengobatan yang biasanya direkomendasikan dokter.
1. Rawat inap
Bayi yang mengalami sindrom ini mungkin membutuhkan rawat inap. Sementara itu, bayi yang lebih besar dan anak-anak yang masih bisa makan dan minum mungkin disarankan untuk rawat jalan.
2. Terapi antibiotik
Mengutip National Organization for Rare Disorders, sebagian besar pasien merespons dengan baik pengobatan antibiotik oral atau infus.
Pengobatan awal mungkin melibatkan beberapa antibiotik, seperti nafcillin, oxacillin, atau cephalosporin.
Pasien dengan tingkat infeksi yang cukup tinggi akan diberikan vankomisin. Vankomisin juga bisa digunakan jika terapi antibiotik awal tidak memberikan respons yang baik.
3. Salep
Bila infeksi sudah merusak kulit hingga mengelupas, dokter biasanya menggunakan salep untuk menenangkan kulit.
Salep seperti petroleum jelly harus dioleskan secara rutin ke area kulit yang terkena untuk melembapkan kulit. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemulihan.
Bila perlu, usahakan merawat luka kulit dengan hati-hati dan ganti perban secara teratur. Pada anak-anak yang sehat, kulit mereka biasanya mulai sembuh dalam 24 – 48 jam.
Setelah 7 – 10 hari, banyak pasien akan mengalami pengelupasan kering yang normal sebagai bagian dari proses penyembuhan.
Kesimpulan
Staphylococcal scalded skin syndrome adalah infeksi kulit serius yang menyebabkan kulit melepuh dan mengelupas. Penting untuk segera mengobati kondisi ini, terutama pada anak-anak, karena dapat memburuk dengan cepat dan menyebabkan komplikasi serius.