Cacar adalah sekelompok penyakit infeksi virus yang menimbulkan lenting pada kulit. Secara umum, jenis cacar dapat dibedakan berdasarkan virus yang menyebabkannya, yakni virus varicella-zoster dan poxvirus. Simak pembahasan selengkapnya berikut ini.
Jenis cacar yang disebabkan varicella-zoster
Infeksi varicella-zoster bisa menyebabkan dua tipe penyakit cacar, yaitu cacar air dan cacar api.
Virus ini mulanya menginfeksi saluran pernapasan, kemudian virus menyebar dalam pembuluh darah dan menyebabkan infeksi pada jaringan kulit.
1. Cacar air (chickenpox)
Cacar air atau chickenpox ditandai dengan bintik-bintik kemerahan yang bisa menimbulkan rasa gatal yang kuat. Kondisi ini juga bisa disertai dengan gejala mirip flu, seperti demam.
Dalam beberapa hari, bintik merah akan berubah menjadi lenting yang berisi cairan. Kemudian, lenting akan mengempis sebelum akhirnya mengering dan membentuk keropeng.
Kemunculan gejala cacar air bisa berbeda-beda pada setiap orang. Cacar air termasuk penyakit self-limiting atau bisa sembuh sendiri, biasanya dalam waktu 2–3 minggu.
Pengobatan cacar air bertujuan untuk mempersingkat infeksi dan mengendalikan gejala. Hal ini akan membantu pengidap jenis cacar air sembuh lebih cepat.
Penggunaan pereda nyeri, misal paracetamol, bisa membantu menurunkan demam. Selain itu, antivirus seperti acyclovir bisa menghambat infeksi bila diberikan 24 jam setelah bintik merah pertama kali muncul.
Untuk meredakan gatal yang amat mengganggu pada malam hari, dokter Anda biasanya juga meresepkan obat alergi dari golongan antihistamin dalam bentuk obat minum atau krim oles.
2. Cacar api (herpes-zoster)
Infeksi varicella-zoster juga bisa menyebabkan cacar air atau herpes-zoster. Jenis cacar ini juga sering disebut sebagai cacar ular, dompo, atau shingles.
Gejala utama dari cacar api adalah bintik-bintik kemerahan pada kulit yang pola penyebarannya mengumpul pada salah satu area tubuh, seperti leher atau bawah dada.
Saat Anda sembuh dari cacar air, virus ini tidak hilang dari tubuh. Virus varicella-zoster mampu hidup dan “tidur” dalam sistem saraf sebelum aktif kembali sebagai cacar api.
Studi dalam jurnal PLoS One (2015) menyebutkan bahwa sekitar 70% jenis cacar ini umumnya dialami oleh orang-orang berusia lanjut di atas 50 tahun.
Orang-orang daya tahan tubuh lemah, seperti ibu hamil dan pengidap HIV/AIDS, juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami cacar api.
Selain menggunakan obat antivirus, pengobatan cacar api akan melibatkan penggunaan kombinasi obat kortikosteroid dan pereda nyeri untuk meredakan gejala.
Jenis cacar yang disebabkan poxvirus
Beberapa contoh cacar yang disebabkan oleh keluarga poxvirus yakni cacar (smallpox), cacar monyet (monkeypox), dan moluskum kontagiosum.
Ketiga penyakit cacar ini sebenarnya tidak umum di Indonesia. Bahkan, cacar atau smallpox telah dinyatakan punah oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir 1980 silam.
Berikut ini merupakan penjelasan lengkap mengenai macam-macam cacar akibat infeksi poxvirus.
1. Cacar (smallpox)
Penyakit cacar atau smallpox disebabkan oleh virus variola. Karakteristik utama dari penyakit cacar adalah penyebaran lenting atau bintil lepuhan yang berisi nanah pada sekujur tubuh.
Smallpox sempat menjadi wabah berbahaya yang menelan banyak nyawa sejak abad ke-18.
Akan tetapi, jenis cacar ini telah dinyatakan musnah sejak tahun 1980. Catatan kasus terakhir dari penyakit ini terjadi pada tahun 1977 di kawasan Somalia, Afrika.
Kemusnahan penyakit cacar tidak terlepas dari gencarnya program vaksin cacar. Jenis vaksin ini menjadi vaksin pertama yang diproduksi untuk menghentikan penyakit infeksi virus.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit cacar ini. Meskipun vaksinnya dapat diandalkan, saat ini vaksin mungkin sulit diperoleh akibat langkanya kasus cacar ini.
2. Cacar monyet (monkeypox)
Cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus ini merupakan virus zoonosis atau virus yang berasal dari hewan.
Gejala umumnya mirip smallpox, tetapi diiringi gangguan kesehatan seperti demam, ruam kulit yang melepuh, dan pembengkakan kelenjar getah bening pada ketiak.
Penularan cacar monyet awalnya berlangsung dari kontak langsung dan tidak langsung antara manusia dengan hewan liar yang terinfeksi.
Sementara itu, penularan antarmanusia diduga terjadi melalui kontak dekat dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau droplet saat orang yang sakit bersin atau batuk.
Cacar monyet bisa sembuh sendiri dalam 2–4 minggu. Penggunaan antivirus untuk smallpox mungkin efektif membantu penyembuhan jenis cacar ini dalam beberapa kasus.
Pemberian vaksin cacar monyet juga berpeluang mencegah infeksi penyakit ini. Meski begitu, vaksin ini sangat jarang di Indonesia karena jumlahnya yang sangat terbatas.
3. Moluskum kontangiosum
Infeksi moluskum kontagiosum menyebabkan munculnya ruam atau bintil berwarna kemerahan. Bintil biasanya berukuran 2–5 milimeter (mm) yang berwarna putih pada bagian tengah.
Bintil kecil ini biasanya timbul pada wajah, kelopak mata, ketiak, dan dada. Infeksi virus ini juga berpotensi menjadi penyakit menular seksual bila gejala muncul di sekitar kemaluan.
Rasa gatal yang timbul dapat membuat Anda menggaruk area kulit yang terdampak. Jika bintil pecah, virus bisa menyebar ke area kulit sekitar dan memicu pola baris yang disebut crop.
Apabila jenis cacar ini muncul pada kelopak mata, hal ini dapat menyebabkan gejala penyakit mata merah yang menular.
Moluskum kontagiosum akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu. Jenis cacar ini biasanya tidak meninggalkan bekas.
Penyakit cacar bisa sembuh dengan sendirinya. Namun dengan mengetahui jenis-jenis cacar, Anda bisa menentukan penanganan yang tepat untuk membantu meredakan gejala.
Kesimpulan
- Penyakit cacar bisa disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster dan poxvirus.
- Infeksi virus varicella-zoster dapat menyebabkan cacar air (chickenpox) dan cacar api (herpes-zoster).
- Sementara itu, infeksi virus dari keluarga poxvirus bisa menyebabkan cacar (smallpox), cacar monyet (monkeypox), dan moluskum kontagiosum.