backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Perforasi Saluran Pencernaan, dari Gejala hingga Pengobatan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 15/11/2021

    Perforasi Saluran Pencernaan, dari Gejala hingga Pengobatan

    Cedera, peradangan, dan iritasi yang berlangsung dalam jangka panjang pada suatu jaringan tubuh bisa menyebabkan sejumlah komplikasi. Komplikasi tersebut bisa sangat beragam, mulai dari terbentuknya luka, kerusakan jaringan, hingga perforasi.

    Apa itu perforasi?

    Perforasi adalah lubang yang terbentuk pada dinding suatu organ tubuh.

    Perforasi dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh, tapi lebih banyak ditemukan pada lambung, kerongkongan, usus halus, usus besar, rektum, dan kantong empedu.

    Ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan terbentuknya luka atau lubang, mulai dari penyakit peradangan, penyumbatan saluran pencernaan, hingga kanker.

    Cedera akibat luka tusuk atau operasi juga kadang menjadi penyebabnya.

    Seperti luka pada permukaan kulit, lubang pada dinding organ juga rentan mengalami infeksi.

    Bakteri juga bisa memasuki organ tersebut sehingga menyebabkan peradangan lebih lanjut atau penumpukan nanah (abses).

    Adanya lubang pada jaringan tubuh juga dapat menyebabkan sepsis, yaitu penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

    Sepsis merupakan kondisi darurat medis yang membahayakan jiwa. Maka dari itu, perforasi tak boleh diabaikan.

    Tanda dan gejala perforasi

    sindrom dumping dumping syndrome

    Lubang pada organ maupun saluran pencernaan dapat menyebabkan kebocoran isis usus ke dalam rongga perut.

    Kondisi ini bisa mengakibatkan infeksi parah pada rongga perut yang dikenal sebagai peritonitis.

    Tanda-tanda perforasi saluran cerna antara lain:

    • sakit perut hebat,
    • demam,
    • menggigil, serta
    • mual dan muntah.

    Selain berbagai gejala umum yang ada, peradangan pada rongga perut akibat perforasi juga bisa menimbulkan gejala lain seperti:

    • sesak napas,
    • badan lesu,
    • sakit kepala,
    • peningkatan detak jantung, serta
    • perubahan frekuensi buang air kecil, buang air besar, atau kentut.

    Perforasi saluran pencernaan dan peritonitis juga bisa membuat perut terlihat kembung atau keras.

    Bagian tertentu dari perut mungkin tampak menonjol ketimbang area lain di sekitarnya.

    Rasa nyeri biasanya bertambah parah ketika Anda bergerak, menyentuh, atau meraba area perut yang bermasalah.

    Sensasi nyeri baru akan berkurang bila Anda berbaring tanpa bergerak.

    Penyebab perforasi saluran pencernaan

    Pembentukan lubang pada organ dan jaringan tubuh umumnya terjadi akibat penyakit atau cedera.

    Secara umum, berikut berbagai penyakit yang menjadi penyebab perforasi.

    • Penyakit radang usus buntu (apendisitis).
    • Peradangan pada kantong-kantong kecil dalam usus besar (divertikulitis).
    • Tukak lambung atau tukak usus dua belas jari.
    • Infeksi kantong empedu dan penyakit batu empedu.
    • Kanker pada lambung atau usus.
    • Kelainan bawaan yang menyebabkan pembentukan kantong kecil pada usus halus (Meckel’s diverticulum).
    • Penyakit peradangan usus (inflammatory bowel disease), seperti penyakit Crohn atau ulseratif kolitis.

    Selain itu, berikut kondisi lain yang bisa menyebabkan perforasi.

    • Trauma atau cedera pada perut.
    • Operasi pada lambung atau area perut.
    • Luka tusuk atau luka tembak pada perut.
    • Menelan benda asing atau zat yang dapat mengikis jaringan tubuh, misalnya pembersih rumah tangga.
    • Luka lambung yang berasal dari penggunaan rutin obat-obatan NSAID, steroid, atau aspirin.
    • Meningkatnya tekanan pada kerongkongan akibat muntah berkali-kali.
    • Endoskopi atau kolonoskopi, tapi risikonya sangat kecil.

    Kondisi medis pada bagian tubuh tertentu juga dapat menjadi penyebab terbentuknya lubang pada saluran cerna.

    Ambil contoh, operasi kerongkongan dan kanker kerongkongan bisa menyebabkan komplikasi berupa perforasi kerongkongan.

    Sementara itu, tukak lambung yang telah berlangsung menahun dan dibiarkan tanpa pengobatan berisiko menyebabkan perforasi lambung.

    Risiko perforasi akibat tukak lambung bisa bertambah besar bila Anda merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

    Diagnosis perforasi saluran pencernaan

    melakukan rontgen

    Dokter akan melakukan pemeriksaan rontgen pada dada atau perut untuk memeriksa apakah ada udara pada rongga perut.

    Udara bebas dalam rongga perut menandakan bahwa ada dinding jaringan atau organ yang robek.

    Dokter mungkin juga memerlukan CT scan untuk mengetahui lokasi pasti dari luka atau lubang.

    Selain itu, dokter akan melakukan tes darah untuk memeriksa:

    • kadar asam darah,
    • kadar hemoglobin,
    • elektrolit,
    • fungsi ginjal,
    • fungsi hati, dan
    • jumlah sel darah putih yang menjadi penanda infeksi.

    Pengobatan yang tersedia

    Sebagian besar pasien yang mengalami perforasi saluran pencernaan perlu menjalani operasi.

    Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki jaringan, mengatasi peritonitis, dan mengeluarkan apa pun yang tidak seharusnya berada dalam rongga perut.

    Ada sejumlah kasus langka ketika dokter bisa menunda operasi untuk melihat apakah lubang dapat menutup dengan sendirinya.

    Namun, dokter tentu perlu lebih waspada dalam mendeteksi tanda-tanda infeksi dan sepsis.

    Selama masa pengobatan, dokter umumnya juga memberikan antibiotik melalui infus untuk mengobati infeksi yang terjadi dan mencegah sepsis.

    Pemberian antibiotik juga dapat mengurangi risiko kambuhnya infeksi di kemudian hari.

    Operasi usus

    Pada kasus lainnya, pasien perforasi perlu menjalani operasi untuk mengangkat bagian tertentu dari usus halus (ileostomi) atau usus besar (kolostomi).

    Pada operasi ini, dokter juga membuat sebuah lubang pada perut yang disebut stoma. Stoma menjadi tempat keluarnya kotoran dari saluran pencernaan.

    Lubang ini terhubung dengan kantong kolostomi yang berfungsi menampung kotoran dan feses sebelum dibuang.

    Namun,  ileostomi dan kolostomi memberikan efek pemulihan gejala yang bersifat sementara.

    Menurut penjelasan laman Sepsis Alliance, tindakan ileostomi dan kolostomi akan memberikan kesempatan bagi usus Anda untuk memulihkan diri.

    Setelah usus pulih, Anda akan menjalani operasi untuk menyambungkan usus kembali.

    Pencegahan yang bisa Anda lakukan

    pantangan setelah operasi batu empedu

    Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan luka atau lubang pada saluran pencernaan.

    Untuk mencegah perforasi, Anda juga perlu mengurangi risiko penyakit yang menjadi penyebabnya.

    Hindari kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko tukak lambung atau usus, terutama merokok dan mengonsumsi alkohol.

    Batasi pula pemakaian aspirin, obat-obatan NSAID (ibuprofen, naproxen, dll.), dan steroid.

    Apabila Anda memiliki riwayat IBD, ikuti panduan makan untuk radang usus dan hindari pantangannya.

    Perbanyak konsumsi makanan bergizi seimbang, tapi jangan berlebihan dalam mengonsumsi makanan tinggi serat.

    Berkonsultasilah kepada dokter secara rutin untuk memantau kondisi Anda.

    Jika Anda mengalami gangguan pencernaan yang lebih parah dari biasanya, segeralah kunjungi dokter guna mengantisipasi terjadinya perforasi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 15/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan