Esofagus (kerongkongan) merupakan saluran panjang yang menjadi penghubung antara kerongkongan dan lambung. Ada banyak hal yang bisa merusak saluran ini dan mengacaukan proses pencernaan, salah satunya perforasi esofagus.
Apa itu perforasi esofagus?
Perforasi esofagus adalah kondisi ketika adanya lubang pada kerongkongan. Bila dibiarkan, lubang tersebut memungkinkan makanan atau cairan bocor ke dada dan memicu masalah paru-paru yang parah.
Gangguan pada organ pencernaan ini umumnya disebabkan oleh muntah berkepanjangan hingga menjalani operasi tertentu. Gangguan ini dapat terjadi di sepanjang kerongkongan, termasuk leher, dada, dan perut.
Seberapa umum kondisi ini?
Perforasi esofagus merupakan penyakit yang cukup langka, tetapi memerlukan penanganan medis segera. Pasalnya, kondisi yang juga disebut ruptur esofagus ini memiliki tingkat kematian yang tinggi, terutama ketika diagnosisnya tertunda.
Diskusikan dengan dokter terkait faktor-faktor risiko dari gangguan pada kerongkongan ini.
Tanda-tanda dan gejala perforasi esofagus
Umumnya, perforasi pada kerongkongan ditandai dengan rasa sakit di tempat lubang tersebut berada. Selain itu, ada beragam kondisi lain yang bisa menjadi gejala perforasi esofagus, meliputi:
- nyeri dada,
- kesulitan menelan,
- peningkatan denyut jantung,
- sulit bernapas,
- tekanan darah rendah,
- demam yang disertai panas dingin,
- muntah, terkadang disertai dengan darah,
- rasa sakit atau kaku pada leher, dan
- benjolan berisi udara di bawah kulit bila lubang berada di bagian atas kerongkongan.
Kapan saya harus ke dokter?
Bila Anda mengalami salah satu gejala atau lebih, segera periksakan diri ke dokter. Semakin cepat kondisi yang dialami terdiagnosis, semakin besar peluang kesembuhan yang Anda miliki.
Penyebab perforasi esofagus
Bila kerongkongan Anda berlubang, isi kerongkongan dapat mengalir ke daerah sekitar dada (mediastinum). Kondisi ini bisa menyebabkan infeksi pada daerah tersebut yang disebut sebagai mediastinitis.
Sementara itu, penyebab perforasi esofagus umumnya berkaitan dengan cedera selama prosedur medis. Namun, pemakaian alat yang lebih fleksibel seharusnya mengurangi risiko ruptur kerongkongan.
Lubang pada kerongkongan juga dapat terjadi akibat beberapa kondisi, antara lain:
- tumor,
- refluks asam lambung (GERD),
- operasi pada kerongkongan,
- trauma atau cedera pada dada dan kerongkongan,
- sering mengangkat benda berat,
- mengejan saat BAB,
- kanker kerongkongan,
- muntah hebat (sindrom Boerhaave), dan
- menelan benda asing atau bahan kimia yang merusak kulit (kaustik), seperti pembersih rumah tangga.