Cedera dapat terjadi di mana saja, termasuk di anus. Kondisi cedera pada anus disebut dengan fisura ani. Penyebab utamanya yaitu karena sembelit atau diare. Cari tahu gejala dan pengobatannya lebih jauh.
Apa itu fisura ani?
Fisura ani adalah robekan atau luka kecil yang terdapat di jaringan mukosa pada anus. Mukosa adalah jaringan tipis dan lembap yang melapisi anus.
Kondisi ini umumnya terjadi ketika feses yang dikeluarkan cukup keras dan besar.
Fisura anus biasanya menyebabkan rasa sakit dan pendarahan, selama dan setelah buang air besar. Otot di ujung anus juga akan terasa menegang dan keras.
Munculnya robekan atau luka pada ujung anus umumnya tidak akan menyebabkan kondisi yang serius.
Pada kebanyakan kasus, luka di anus akan hilang dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu. Namun, buang air besar terkadang dapat menghambat pemulihan anus robek.
Jenis penyakit fisura ani
Penyakit ini dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Kondisi akut bisa sembuh sendiri, tapi fisura kronis bisa memerlukan pengobatan atau bahkan operasi.
- Fisura ani akut: berlangsung kurang dari 6 minggu dan Anda belum pernah mengalaminya. Robekan terlihat seperti luka baru.
- Fisura ani kronis: terjadi selama lebih dari 6 minggu atau sering muncul lagi setelah sembuh. disertai dua benjolan terpisah pada kulit, yaitu sentinel pile (benjolan anus bagian dalam) dan hypertrophied papillae (benjolan anus luar).
Seberapa umum penyakit ini?
Penyakit fisura ani adalah kondisi yang cukup umum terjadi.
Meskipun kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa saja, angka kejadiannya lebih besar pada orang dewasa berusia 20 hingga 40 tahun. Banyak pula bayi yang menderita kondisi ini.
Tanda dan gejala fisura ani
Tanda-tanda dan gejala fisura ani dapat bervariasi antara satu penderita dengan yang lain.
Namun, terdapat tanda-tanda yang paling umum ditemukan pada banyak kasus fisura.
- Anus berdarah atau menimbulkan sedikit bercak darah.
- Darah merah segar dari fisura terpisah dari feses.
- Nyeri ringan hingga parah selama buang air besar.
- Anus nyeri setelah buang air besaryang dapat berlangsung hingga beberapa jam.
- Gatal atau iritasi di sekitar anus.
- Terlihat retak pada kulit di sekitar anus.
- Benjolan kecil atau skin tag pada kulit di sekitar fisura ani.
Kapan harus periksa ke dokter?
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Namun, tubuh masing-masing penderita bisa menunjukkan tanda dan gejala yang sangat bervariasi.
Untuk mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, selalu periksakan ke klinik apa pun gejala yang Anda alami.
Penyebab fisura ani
Fisura ani adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh trauma pada anus dan saluran pencernaan.
Trauma tersebut dapat terjadi akibat mengejan terlalu keras saat sedang buang air besar. Fisura dapat diperparah apabila tinja yang dikeluarkan dari anus berukuran besar dan bertekstur keras.
Selain mengejan terlalu keras, trauma pada anus dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut.
1. Konstipasi kronis
Konstipasi membuat Anda kesulitan buang air besar dan mengejan lebih keras dari biasanya, sehingga luka berpotensi muncul pada ujung anus.
2. Diare berkepanjangan
Menurut Journal Thieme Colon and Rectal Surgery, sering mengalami diare membuat Anda harus beberapa kali buang air besar dan mengejan, sehingga anus dapat terluka.
3. Melakukan seks anal
Penetrasi penis ke dalam anus juga berpotensi menyebabkan trauma pada dinding dan kanal anus.
4. Memasukkan benda asing ke dalam anus
Anus berpotensi mengalami luka atau robek apabila dimasukkan benda asing.
5. Melahirkan
Persalinan atau melahirkan bayi dapat menyebabkan trauma pada kanal anal, sehingga luka dapat muncul di anus.
Penyebab lain fisura ani
- penyakit Crohn atau penyakit radang pencernaan lainnya,
- inflamasi pada area anorektal,
- kanker anal,
- menurunnya aliran darah ke area anorektal,
- HIV,
- tuberkulosis (TBC), dan
- sifilis.
Faktor risiko fisura ani
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
- Usia: kondisi ini paling banyak ditemukan pada orang dewasa yang berusia di antara 20 – 40 tahun. Selain itu, angka kejadian pada bayi juga tergolong tinggi.
- Konstipasi: mengejan terlalu berat dan mengeluarkan feses atau tinja yang bertekstur keras meningkatkan risiko munculnya luka di anus.
- Persalinan: fisura juga lebih banyak terjadi pada wanita yang baru saja melahirkan.
- Penyakit Crohn: penyakit radang saluran pencernaan mengakibatkan inflamasi kronis pada usus. Hal ini membuat luka pada dinding anus lebih mudah muncul.
Perlu Anda ketahui, memiliki satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda dipastikan akan mengalami kondisi tersebut.
Terdapat pula kemungkinan Anda dapat memiliki luka robek di anus meskipun Anda tidak memiliki satupun faktor risiko.