Diare memang bukanlah penyakit, tetapi merupakan gejalanya. Salah satu penyakit yang identik dengan diare adalah shigellosis. Dibandingkan orang dewasa, kondisi ini lebih sering menyerang anak-anak.
Lantas, apa yang harus dilakukan jika Anda mengalami shigellosis? Adakah cara untuk mencegahnya? Temukan jawabannya melalui uraian berikut
Apa itu shigellosis?
Shigellosis atau disentri basiler adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh keluarga bakteri Shigella. Alhasil, shigellosis kerap ditandai dengan diare atau feses yang berdarah.
Bakteri ini bisa menyebar melalui kontak langsung dengan bakteri dalam feses atau makanan yang terkontaminasi. Anda juga bisa terinfeksi bila berenang di air yang tidak bersih.
Pada kasus ringan, penyakit ini bisa membaik dengan sendirinya dalam waktu seminggu. Bila kondisinya cukup buruk, dokter bisa meresepkan antibiotik.
Tanda dan gejala shigellosis
Gejala infeksi Shigella biasanya muncul 2–3 hari setelah terpapar bakteri. Akan tetapi, ada pula yang baru merasakannya setelah tujuh hari.
Berbagai gejala berikut umumnya akan berlangsung selama 2–7 hari.
- Demam, bisa lebih dari 40°C.
- Kram perut terus-menerus.
- Diare.
- Mual atau muntah.
- Nyeri dan kelelahan otot.
- Feses berdarah atau berlendir.
Setiap orang bisa merasakan gejala berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan kondisi tertentu, segeralah berkonsultasi ke dokter.
Anda perlu menghubungi dokter jika mengalami diare lebih dari tiga hari, demam lebih dari 38°C, atau terus-terusan buang air besar sampai lebih dari 10 kali per hari.
Penyebab shigellosis
Mengutip dari Mayo Clinic, berikut adalah berbagai cara bakteri Shigella bisa masuk ke tubuh Anda dan menyebabkan infeksi.
- Paparan langsung: kontak langsung sesama manusia adalah cara penyebaran paling umum, contohnya tidak mencuci tangan setelah mengganti popok bayi yang terinfeksi.
- Memakan makanan yang terkontaminasi: makanan bisa terinfeksi bakteri saat pengolahan atau ketika berasal dari wilayah yang rawan kontaminan.
- Meminum air yang terkontaminasi: air dapat terkontaminasi bakteri Shigella dari limbah atau ketika seseorang yang terinfeksi berenang di dalamnya.
Faktor risiko infeksi Shigella
Infeksi bakteri Shigella memang bisa menyerang siapa saja. Akan tetapi, berbagai kondisi berikut bisa meningkatkan risikonya.
- Anak-anak di bawah 5 tahun karena sistem imunnya belum bekerja dengan sempurna.
- Tinggal atau menjelajahi daerah dengan sanitasi yang buruk.
- Sering makan makanan yang dijual di pinggir jalan dengan tingkat kehigienisan rendah.
- Tinggal di lingkungan padat penduduk.
- Sering melakukan seks anal.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya seseorang dengan HIV/AIDS atau sedang menjalani kemoterapi.
Komplikasi shigellosis
Infeksi Shigella sangat jarang menimbulkan komplikasi. Meski begitu, penyakit ini mungkin menyebabkan berbagai komplikasi berikut pada beberapa orang.
- Dehidrasi akibat diare terus menerus.
- Prolaps rektum akibat peradangan berat pada usus besar, biasanya ditandai dengan keluarnya sebagian rektum.
- Infeksi darah akibat usus yang rusak, biasanya ditandai dengan demam tinggi dan napas cepat.
- Arthritis reaktif akibat reaksi dari infeksi, umumnya ditandai dengan nyeri lutut, panggul, dan pergelangan tangan.
- Kejang-kejang akibat demam terlalu tinggi.
- Megakolon toksis akibat usus lumpuh sehingga tidak bisa BAB dan buang angin.
Diagnosis shigellosis
Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang Anda rasakan, riwayat perjalanan, makanan yang Anda konsumsi selama seminggu terakhir, dan kondisi tempat tinggal Anda.
Karena infeksi Shigella bukan satu-satunya penyebab diare dan BAB berdarah, dokter biasanya akan menganjurkan pemeriksaan feses untuk memastikannya.
Selain untuk mengetahui penyebab kondisi yang Anda alami, pemeriksaan feses dapat membantu dokter menentukan jenis antibiotik yang paling efektif.
Pengobatan shigellosis
Sebagian besar infeksi Shigella bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Selama proses penyembuhan, Anda perlu beristirahat yang cukup dan minum banyak air putih demi mencegah dehidrasi.
Anda sebaiknya juga tidak langsung meminum obat anti-diare karena ini justru akan memampatkan feses beserta bakteri di dalamnya. Bakteri Shigella pun akan bertahan lebih lama di dalam tubuh Anda.
Sebagai gantinya, Anda bisa mengonsumsi obat dengan kandungan bismuth subsalicylate. Obat ini akan membantu mengurangi frekuensi buang air besar dan mempersingkat durasi penyakit.
Meski begitu, bismuth subsalicylate tidak dianjurkan untuk anak-anak, ibu hamil, atau orang yang memiliki alergi terhadap aspirin.
Pemberian antibiotik biasanya dilakukan jika infeksi Shigella sudah cukup berat atau pasien memiliki sistem imun yang lemah. Ciprofloxacin dan azithromycin adalah dua jenis antibiotik yang paling umum diresepkan.
Pastikan untuk tetap mengikuti aturan minum antibiotik sesuai resep dokter meski kondisi Anda sudah membaik.
Pencegahan shigellosis
Cara terbaik untuk mencegah infeksi bakteri Shigellosis adalah menerapkan gaya hidup sehat. Berikut adalah berbagai cara sederhana yang bisa segera Anda terapkan.
- Cuci tangan secara berkala, terutama sebelum dan setelah menggunakan toilet, mengganti popok, dan sebelum makan.
- Menghindari menelan air ketika berenang, baik di kolam maupun danau.
- Menjauhkan anak-anak yang sedang diare karena disentri dari anak lain.
- Menghindari hubungan ranjang dengan seseorang yang sedang diare atau baru saja sembuh.
- Menghindari seks anal.
Langkah pencegahan penyakit sebaiknya dilakukan secepat mungkin tanpa menunggu hingga gejala muncul atau bertambah parah.
Kesimpulan
- Shigellosis adalah infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Shigella.
- Gejala utamanya adalah diare dan feses yang berdarah. Gejala biasanya muncul dalam 2–3 hari setelah terpapar bakteri.
- Sebagian besar infeksi bakteri Shigella bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Bila perlu, dokter akan meresepkan antibiotik.
- Cara terbaik untuk mencegah infeksi ini adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.