backup og meta

Memahami Tahap Demi Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 6-9 Tahun

Memahami Tahap Demi Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 6-9 Tahun

Ada berbagai perkembangan yang dialami anak di usia 6-9 tahun, salah satunya dari segi kognitif atau kemampuan berpikir. Sama seperti kemampuan yang lain, kognitif juga perlu diasah sejak dini agar berkembang dengan baik sampai anak dewasa kelak.

Penting bagi orangtua untuk mengetahui perkembangan kognitif anak di rentang usia 6-9 tahun. Simak ulasan lengkapnya di sini, ya!

Perkembangan kognitif anak usia 6-9 tahun

Kognitif adalah keterampilan inti yang diperlukan untuk melakukan tugas apa pun mulai dari yang paling sederhana sampai paling rumit.

Keterampilan ini didukung oleh kerja otak untuk memproses dan mengolah informasi baru yang diterima.

Perkembangan kognitif, termasuk pada anak, melibatkan proses membaca, belajar, berpikir, menalar, memecahkan masalah, hingga mengingat.

Ada banyak hal yang terlibat dalam proses pengolahan informasi di otak. Itulah mengapa perkembangan kognitif, termasuk pada anak, merupakan cara berpikir yang mencerminkan potensi kecerdasan otak.

Atas dasar inilah keterampilan kognitif tidak bisa dianggap sepele. Fungsi kognitif turut berkembang sejak usia kanak-kanak bersama dengan proses tumbuh kembang fisik hingga dewasa.

Perkembangan kognitif masing-masing anak bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana dan seberapa baik mereka memproses informasi yang didapatkan.

Selama masa perkembangan anak usia 6-9 tahun, sisi kognitif anak turut terlibat dalam mendukung proses pembelajarannya.

Nah, berikut perkembangan kognitif anak di setiap usia 6-9 tahun:

Perkembangan kognitif anak usia 6 tahun

cara mengajari anak menulis

Ada berbagai kemampuan kognitif yang sudah mampu dilakukan anak di masa perkembangan usia 6 tahun, yakni:

  • Anak bisa mengatakan berapa umurnya.
  • Anak bisa berhitung setidaknya sampai angka 10, misalnya dengan menjumlahkan 10 mainan.
  • Anak sedang belajar menulis dengan baik dan benar.
  • Anak mulai memahami konsep waktu, seperti membaca jam.
  • Anak sedang belajar menjelaskan apa yang ia rasakan melalui kata-kata.
  • Anak mulai memahami hubungan sebab-akibat meski belum benar-benar dipahaminya.

Perkembangan anak usia 6 tahun dari segi kognitif sudah cukup pahami mengenai konsep benar dan salah.

Si kecil bahkan terlihat berani mengingatkan bila ia melihat temannya melakukan hal yang kurang tepat.

Bahkan, keingintahuan anak di usia 6 tahun mengenai dunia di sekitarnya tampak semakin besar.

Perkembangan kognitif anak usia 7 tahun

penyakit sensory processing disorder

Kebanyakan anak di usia 7 tahun sudah mengalami perkembangan kognitif sebagai berikut:

  • Anak memahami konsep waktu dengan cukup baik, misalnya mengerti arti dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, hingga tahun.
  • Anak mampu memecahkan soal hitungan matematika sederhana menggunakan objek, seperti memakai manik-manik untuk menghitung.
  • Anak mulai menunjukkan kesukaan dengan gaya belajar tertentu. Ambil contoh menyukai proses belajar dengan “terjun” langsung, seperti menggambar pemandangan di alam bebas.

Tak jauh berbeda dari usia sebelumnya, di usia 7 ini perkembangan kognitif anak juga masih terus ingin tahu tentang lingkungan dan dunia di sekitarnya.

Itu sebabnya, sebagai orangtua Anda mungkin sering mendapat pertanyaan dari anak mengenai hal-hal yang baru saja ia temui.

Anak juga akan dengan bangga menceritakan apa yang ia ketahui atau dapatkan misalnya dari sekolah maupun tempat kursus.

Intinya, anak sedang merasa sangat ingin tahu dan haus tentang berbagai informasi yang masih baru baginya, seperti dikuti dari Raising Children.

Selain itu, keterampilan anak dalam menghitung dan membaca juga masih terus berkembang.

Perkembangan anak usia 7 tahun ini misalnya berkaitan dengan meningkatnya kemampuan anak dalam mengenali kata dan memecahkan masalah sederhana.

Anak biasanya juga mulai belajar mengenai memecahkan soal matematika dalam tingkatan yang lebih sulit, seperti pecahan meski masih harus terus dilatih.

Perkembangan kognitif anak usia 8 tahun

mainan anak laki-laki / permainan anak laki-laki

Menginjak usia 8 tahun ini, tentu ada perkembangan baru dari segi kognitif yang sudah dapat dilakukan anak, meliputi:

  • Anak mengetahui cara menghitung dengan kelipatan angka. Ambil contohnya menyebutkan bilangan kelipatan 2 yakni 2, 4, 6, 8, dan seterusnya maupun menyebutkan bilangan kelipatan 5 yaitu 5, 10, 15, 20, dan lainnya.
  • Anak sudah cukup mahir memecahkan persoalan matematika seperti penambahan, pengurangan, perkalian, hingga pembagian.
  • Anak mampu membedakan kanan dan kiri.
  • Anak mengetahui arti dari suatu kata dan lawan katanya, misalnya besar-kecil, indah-buruk, benar-salah, dan lainnya.

Biasanya, di perkembangan usia 8 tahun, kemampuan anak dalam berpikir sedikit banyak dipengaruhi oleh emosi yang dimilikinya.

Hal ini dapat terlihat ketika anak sulit fokus saat sedang merasa khawatir atau marah.

Menariknya lagi, di usia ini anak umumnya sudah memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai perubahan waktu.

Jadi, ketika Anda berkata “Sepuluh hari lagi kakak akan ulang tahun”, anak sudah dapat menghitung sisa berapa hari lagi menuju tanggal ulang tahunnya.

Pemahaman ini sebenarnya sudah terbentuk di usia sebelumnya, tetapi semakin baik di perkembangan anak usia 8 tahun ini.

Masih di usia ini pula, anak juga sudah memiliki pemahaman mengenai uang, baik secara harfiah (arti) maupun konsep penggunannya.

Meski terkadang belum benar-benar dapat menghitungnya dengan tepat, anak sudah mengerti bahwa ia butuh uang bila ingin membeli suatu barang.

Perkembangan kognitif anak usia 9 tahun

perkembangan anak usia 6 tahun

Tiba di usia 9 tahun ini, perkembangan kognitif anak tampak sudah mencapai hal-hal berikut:

  • Anak dapat membaca dengan jelas dan memahami kalimat panjang.
  • Anak sudah lebih mahir melakukan perhitungan matematika dua digit, misalnya melakukan penambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian dari dua digit angka.
  • Anak menyukai proses merencanakan sesuatu.
  • Anak sudah mulai mampu berpikir secara mandiri, contohnya dalam mengambil keputusan.
  • Anak sudah dapat menyelesaikan tugas yang semakin sulit di sekolah.
  • Anak mampu mengelompokkan benda dengan baik sesuai jenisnya.

Perkembangan kognitif anak di usia 9 tahun umumnya mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok di sekolah.

Si kecil juga tertarik untuk belajar dan mengerjakan suatu topik atau persoalan sampai ia berhasil menguasainya di masa perkembangan anak usia 9 tahun.

Persoalan menghitung biasanya terasa cukup rumit bagi anak di usia 9 tahun ini karena mulai belajar mengenai bentuk pecahan matematika dan bangun ruang.

Pemikiran logis anak juga dituntut untuk lebih diasah dalam memecahkan persoalan hitungan, bahasa, hingga pemikiran lainnya.

Namun, dengan ketekunan untuk terus berlatih dan belajar biasanya cepat atau lambat anak akan mahir memecahkan persoalan pecahan matematika.

Bukan hanya itu, anak juga mengerti mengenai ukuran sudut serta cara mengukurnya.

Bagaimana caranya meningkatkan fungsi kognitif anak?

melatih anak mengorganisasikan sesuatu perkembangan kognitif

Berbagai cara ini bisa Anda upayakan untuk meningkatkan perkembangan kognitif otak anak:

1. Memberikan asupan gizi yang tepat

Otak merupakan organ yang membutuhkan energi yang banyak agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Memenuhi kebutuhan glukosa dan karbohidrat akan menyediakan energi yang cukup bagi otak untuk melakukan fungsinya.

Bukan hanya karbohidrat, asupan makanan sehat untuk anak juga sebaiknya mengandung vitamin, zat besi, DHA, protein, lemak, dan lainnya.

Asupan makanan tersebut berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah sekaligus mendukung tumbuh kembangnya.

Berikan juga camilan sehat untuk anak di sela-sela waktu makan utamanya sebagai pengganjal perut.

2. Mengasah imajinasi dengan berbagai aktivitas menyenangkan

Sering melihat si kecil asyik sendiri dengan mainannya? Artinya, daya khayal anak sedang bermain di sana.

Seiring berjalannya waktu, imajinasi akan berhubungan erat dengan kemampuan bicara dan menjadi alat bagi anak untuk belajar memahami keadaan dan keberadaan di lingkungan. 

Jadi, imajinasi anak berhubungan dengan tumbuh kembangnya.

Stimulasi yang bisa Anda lakukan untuk mendukung perkembangan kognitif sekaligus imajinasi anak yakni dengan mendongeng dan menggambar.

Saat mendongeng, kerja otak aktif dan anak tidak cuma mendengar tapi membuat imajinasi.

Aktivitas otak pendongeng dan pendengar sama sehingga membuat anak merasakan dan membayangkan apa yang diceritakan. 

Bercerita juga berkaitan erat dengan fantasi dan kinerja otak. Melatih imajinasi bisa membuat anak belajar menyelesaikan masalah atau problem solving

Ini karena saat mendengarkan cerita, anak akan menyelesaikan masalah dari cerita tersebut. Anak berusaha menebak apa yang akan terjadi di akhir cerita.

Itu sebabnya, belajar problem solving berhubungan juga dengan kecerdasaran dan fungsi kognitif anak. 

3. Melatih anak bermain alat musik

Latihan musik dinilai mampu meningkatkan kemampuan akademik anak sekaligus skor intelligence quotient (IQ) yang lebih tinggi.

Alasannya karena musik ternyata memiliki “hubungan baik” dengan berbagai bidang yang berkembang di masa anak-anak.

Berdasarkan USC News, perkembangan otak khususnya perkembangan bahasa dan matematika anak cenderung lebih pesat.

Selain itu, berbagai cara berikut ini bisa dilakukan untuk mengasah perkembangan kemampuan kognitif anak agar lebih optimal:

  • Bantu dan dukung anak untuk menggapai tujuan yang sedang diusahakannya sekaligus membantunya untuk bangga dengan diri sendiri.
  • Ajak anak untuk melakukan hal menyenangkan bersama dalam rangka mengasah perkembangan kognitif yang dimilikinya, misalnya belajar dengan cara yang seru.
  • Biasakan anak untuk rutin membaca buku, baik buku cerita maupun buku yang berisi pengetahuan sesuai usianya.
  • Selalu dukung anak agar berani menghadapi tantangan baru dan menyelesaikan masalahnya.
  • Dukung anak untuk mengikuti kursus di luar sekolah maupun ekstrakulikuler di sekolah demi mengasah kemampuannya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), biasakan juga untuk selalu memuji dan menghargai apa pun usaha dan hasil yang didapatkan anak.

Ketimbang berfokus pada kegagalan yang ia dapat dalam proses belajarnya, jadikan hal tersebut sebagai acuan bagi anak untuk berusaha lebih keras lagi.

Ambil contohnya saat anak mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam ujian matematikanya di sekolah, beri semangat pada anak dan dukung ia untuk belajar lebih giat.

Jangan lupa, usahakan untuk menerapkan cara mendisiplinkan anak agar ia terbiasa sejak dini.

Perlukah orangtua khawatir mengenai kemampuan kognitif anak?

membesarkan dan mendidik anak autisme

Setiap anak pada dasarnya tumbuh dan berkembang dengan tingkatan dan laju yang berbeda-beda.

Jadi, Anda tidak bisa menyamakan kemampuan anak Anda dengan teman-temannya yang lain.

Bila anak sedikit mengalami keterlambatan dalam proses perkembangan kognitif, teruslah melatihnya agar bisa segera menyusul teman-teman seusianya.

Seiring berjalannya waktu, Anda dapat menilai apakah ketertinggalan anak ini merupakan bagian dari proses belajarnya yang terlambat atau memang ada masalah tertentu.

Jika dirasa anak mengalami masalah dalam tumbuh kembang, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau psikolog terkait kondisi anak.

Tindakan atau intervensi sejak awal bisa dikatakan sebagai kunci penting untuk mengatasi keterlambatan dalam masa perkembangan si kecil.

Tak hanya itu, kebanyakan anak juga bisa unggul di beberapa bidang akademis tetapi cenderung kurang di bidang lainnya.

Unggulnya anak di beberapa bidang tertentu ini normal dan tidak perlu Anda khawatirkan. Anda bisa mendukung perkembangannya dengan melibatkan anak dalam kegiatan maupun kursus di luar jam sekolah.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Cognitive and Social Skills to Expect from 6 to 10 Years. Retrieved 3 July 2020, from https://www.apa.org/act/resources/fact-sheets/development-10-years 

Middle Childhood (6-8 Years of Age). Retrieved 3 July 2020, from https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/middle.html 

6-8 Years: Child Development. Retrieved 3 July 2020, from https://raisingchildren.net.au/school-age/development/development-tracker/6-8-years

Developmental Milestones: Your 6-Year-Old-Child. Retrieved 3 July 2020, from https://www.greatschools.org/gk/articles/developmental-milestones-your-6-year-old-child/

The Growing Child: School-Age (6 to 12 Years). Retrieved 3 July 2020, from https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=the-growing-child-school-age-6-to-12-years-90-P02278

What Is a Healthy Brain? New Research Explores Perceptions of Cognitive Health Among Diverse Older Adults. Retrieved 3 July 2020, from https://www.cdc.gov/aging/pdf/Perceptions_of_Cog_Hlth_factsheet.pdf

Children’s Brains Develop Faster With Music Training. Retrieved 3 July 2020, from https://news.usc.edu/102681/childrens-brains-develop-faster-with-music-training/ 

Versi Terbaru

11/04/2022

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Benarkah Kafein Bisa Meningkatkan Fungsi Kognitif Otak?

Terapi Perilaku Kognitif


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 11/04/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan