Sebagai orangtua, Anda mungkin khawatir ketika mengetahui anak sudah mulai berpacaran saat memasuki usia remaja, apalagi jika masih SD pacaran. Orangtua biasanya memikirkan dampak buruk yang muncul saat anak tertarik dengan lawan jenis. Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua saat anak mulai pacaran? Simak penjelasan lengkap soal pacaran pada anak remaja di bawah ini.
Sebenarnya, kapan anak sudah boleh pacaran?
Pada masa pubertas, yaitu usia 11 sampai 20 tahun, rasa suka atau tertarik dengan lawan jenis sudah mulai bisa dirasakan oleh remaja. Hal ini terjadi karena hormon reproduksinya meningkat.
Jika anak Anda mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenisnya, hal tersebut sangatlah normal dan hampir pasti terjadi tahap perkembangan remaja.
Masa remaja adalah masa di mana anak memiliki rasa penasaran yang tinggi, terutama mengenai perasaan dan lawan jenis di sekitarnya.
Namun, usia anak sebenarnya tidak bisa menjadi tolok ukur yang tepat untuk menentukan kapan boleh mulai pacaran. Masalahnya, kadang usia tidak benar-benar menggambarkan kedewasaan anak.
Sementara untuk mulai pacaran, perkembangan psikologis, kematangan mental, dan kedewasaan justru menjadi kunci untuk membangun hubungan romantis dengan orang lain secara sehat dan bertanggung jawab.
Anda bisa melihat kedewasaan dan kematangan mental anak Anda dari perilaku dan kebiasaan anak sehari-hari. Misalnya, apakah anak bisa diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanggung jawabnya?
Tanggung jawab tersebut bisa sesederhana membereskan kamarnya sendiri dan membantu adiknya belajar.
Bisa juga dilihat dari hal-hal besar seperti mempertahankan nilai baiknya di sekolah serta absensi yang baik.
Anda juga bisa menilai kesiapan anak atau remaja untuk pacaran dengan melihat cara ia berkomunikasi, apakah sudah efektif atau belum. Salah satunya, apakah anak sering berbohong atau tidak.
Jika anak kedapatan masih sering berbohong, artinya ia belum memahami betul bagaimana komunikasi antar dua orang itu dibangun.
Padahal dalam sebuah hubungan, komunikasi yang jujur dan terbuka sangatlah penting.
Menurut para ahli, ini usia yang tepat untuk anak pacaran
Meskipun usia sebenarnya tidak bisa dijadikan tolak ukur kesiapan pacaran, para ahli punya saran kapan kira-kira anak boleh pacaran.
Dikutip dari Healthy Children, ada perbedaan umur yang bisa terlihat ketika anak atau remaja ingin mulai pacaran. Anak perempuan biasanya di usia 12,5 tahun, sedangkan anak laki-laki berada di usia 13 tahun.
Namun, hal ini tidak seperti yang dipikirkan orangtua. Pada usia ini, remaja lebih suka pergi berkelompok karena merasa lebih aman dan tidak canggung.
Tidak hanya itu, mereka juga menikmati waktu kebersamaan satu sama lain.
Menurut Dokter Anak dari Denver Health Medical Center di Amerika Serikat (AS) dr. Ron Eagar, biasanya perkembangan psikologi remaja dan kedewasaannya sudah cukup baik pada usia 16 tahun.
Angka tersebut tentu bukanlah patokan yang harus diberlakukan pada setiap anak remaja untuk mulai pacaran.
Namun, menurut Dr. Ron Eagar, usia ini tergolong paling ideal bagi remaja untuk mulai jalan berduaan dengan pasangan.
Hal ini karena ia telah memiliki keberanian juga rasa aman yang sebelumnya tidak pernah dirasakan.
Pesan yang serupa juga disampaikan oleh seorang psikolog klinis asal AS Leslie Beth Wish. Leslie percaya bahwa anak berusia 15—16 tahun biasanya sudah mulai dekat dengan lawan jenis dan hal ini lumrah saja.
Akan tetapi, anak remaja mungkin baru benar-benar siap untuk menjalin hubungan romantis atau pacaran setelah menginjak usia 16 tahun.
Namun, ini semua kembali lagi pada keputusan dan penilaian Anda sendiri sebagai orangtua.
Apa yang harus dilakukan orangtua saat anak mulai pacaran?
Saat anak remaja Anda mulai pacaran, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan.
1. Mendampingi, bukan melarang
Penting untuk diingat bahwa anak remaja yang mulai pacaran jangan dilarang, tetapi justru didampingi dan diberi arahan yang benar.
Pasalnya, terlalu mengekang justru membuat anak merasa asing dan semakin menjaga jarak dari Anda.
Lebih buruknya lagi, ada kemungkinan anak cenderung akan menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi alias backstreet. Hal ini malah akan mempersulit Anda untuk memantau dan membimbingnya.
Sebaliknya, jadilah orangtua yang bisa dijadikan tempat curhat anak. Jangan menghakimi atau justru memarahinya ketika ia justru bercerita bahwa ia sudah memiliki pacar.
Setelah mendengarkan ceritanya, beri tahu secara jujur mengenai pendapat dan apa yang Anda rasakan. Ketika membangun suasana yang positif dan terbuka, anak akan menghargai kekhawatiran Anda.
Lebih baiknya lagi, Anda juga bisa memberi aturan dan batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pacaran.
Anda bisa memberi pengertian bahwa pacaran yang baik adalah yang bisa bertanggung jawab dan saling memberi motivasi, termasuk dalam hal prestasi di sekolah.
Anda juga bisa beri tahu anak bagaimana bersikap menghargai dan menghormati lawan jenisnya.
2. Memberikan edukasi seks
Hal penting lain yang perlu dilakukan saat anak remaja Anda pacaran adalah memberikan pendidikan seksual atau edukasi seks.
Pendidikan seksual membantu anak mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan lawan jenis.
Pasalnya di usia remaja, rasa ingin tahunya sangat besar sehingga tak jarang ingin mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukannya, termasuk aktivitas seksual.
Paparan tontonan di media sosial anak pun bisa memperbesar keingintahuannya akan aktivitas seksual tertentu, seperti berpelukan, berciuman, hingga berhubungan badan.
Jelaskan padanya risiko yang bisa muncul saat ia melakukan aktivitas seksual dengan pacarnya, mulai dari tertular penyakit kelamin hingga hamil di luar nikah.
Oleh karena itu, edukasi seks penting diberikan sebagai panduan anak bersikap saat pacaran. Dengan begitu, diharapkan anak tidak terjerumus hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
3. Menjelaskan konsekuensinya
Anak mungkin tidak mengetahui bahwa menjalin hubungan dengan orang lain adalah sesuatu yang kompleks. Wajar, ketika sedang kasmaran, yang ia tahu pacaran adalah hal yang menyenangkan.
Tugas Anda sebagai orangtua yaitu menjelaskan bahwa pacaran tak selamanya mulus. Ada kalanya pacaran bisa saja tidak berjalan dengan baik.
Selain perihal patah hati, Anda juga perlu memberitahu tanda-tanda apabila terjadi hubungan yang tidak sehat serta mengarah pada kekerasan.
Berikut beberapa hal yang bisa Anda jelaskan kepada anak remaja mengenai ciri pacaran yang tidak sehat.
- Pasangan mengontrol kehidupannya, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
- Tidak menghormati serta keluar dari batasan.
- Mengintimidasi juga mengendalikan pasangan.
- Terlalu ketergantungan.
- Tidak mempunyai sikap yang sopan terhadap orangtua.
- Terlibat dalam kekerasan fisik maupun seksual
Selain itu, jelaskan bahwa ketika ia pacaran, ia tetap harus bisa membagi waktu, mana untuk keluarga, teman, dan belajar.
4. Menjadi contoh yang baik
Tunjukkan melalui tindakan dan hubungan pribadi Anda apa itu hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat. Anak sering meniru apa yang mereka lihat dari orangtua.
Ajarkan anak bahwa hubungan yang baik memerlukan perhatian terhadap perasaan orang lain. Tunjukkan dengan memberikan perhatian kepada pasangan, mendengarkan mereka, dan merespons kebutuhan emosionalnya.
Dalam hubungan Anda dengan pasangan, tunjukkan bagaimana berkomunikasi dengan baik. Tunjukkan bahwa komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci dalam memahami satu sama lain.
Selain itu, perlakukan pasangan Anda dengan hormat, dan pastikan bahwa anak melihat bagaimana Anda dan pasangan menghargai perbedaan dan mendukung satu sama lain.
Tidak kalah penting, jelaskan kepada anak bahwa tidak ada hubungan yang bebas dari masalah, tapi cara Anda menangani konflik bisa menjadi pelajaran besar bagi anak.
Selesaikan perbedaan dengan tenang, tanpa mengucapkan kata-kata kasar atau mengabaikan pasangan. Tunjukkan bahwa perbedaan dapat diselesaikan melalui kompromi dan pemahaman.
Dari berbagai hal yang sudah Anda jelaskan, biarkan anak mengambil keputusan apakah saat ini pacaran adalah pilihan yang tepat atau tidak.
Tugas Anda sebagai orangtua adalah mengawasi, membimbing, dan mendidik anak remaja jika dia memang memutuskan untuk pacaran.
Kesimpulan
- Usia tidak selalu bisa menjadi tolok ukur kapan anak remaja sudah boleh pacaran. Pasalnya, kesiapan menjalin hubungan dengan lawan jenis perlu diukur dari kematangan mental dan kedewasaan anak.
- Namun, menurut para ahli, usia remaja yang umumnya siap menjalin hubungan dengan lawan jenis yaitu sekitar 15—16 tahun. Pada usia ini, anak dianggap telah memiliki perkembangan psikologi yang cukup baik.
- Agar anak remaja Anda lebih aman saat berpacaran, ada juga beberapa tips yang bisa Anda lakukan, yaitu mendampingi, memberikan edukasi seksual, menjelaskan konsekuensi berpacaran, dan menjadi contoh yang baik.
[embed-health-tool-vaccination-tool]