Sementara itu, sampai saat ini sebenarnya tidak ada satupun studi ilmiah yang menyebutkan mengenai TikTok syndrome.
Oleh karena itu, kabar tentang kejadian sindrom tersebut di kalangan remaja adalah berita palsu dan mengada-ada.
Adakah bahaya yang mungkin terjadi jika terlalu sering bermain TikTok?

Meskipun TikTok syndrome adalah penyakit palsu yang dibuat-buat, tetapi bukan berarti aplikasi ini tidak membawa efek negatif jika anak terlalu sering menggunakannya.
Berikut beberapa dampak buruk yang mungkin anak Anda alami jika terlalu sering memainkan aplikasi yang satu ini.
1. Kecanduan dansa
Ingin selalu eksis merupakan bagian dari tahap perkembangan remaja yang wajar. Banyak kawula muda yang berlomba-lomba mengunggah video dance mereka di TikTok atas alasan ini.
Terutama sejak masa pandemi COVID-19, bermain TikTok dianggap sebagai cara agar anak tidak penat dan bosan karena harus berdiam diri di rumah.
Berdansa sebenarnya bermanfaat agar anak tetap aktif bergerak dengan cara yang menyenangkan. Namun sebaiknya, Anda tidak membiarkan si kecil terlalu lama melakukan kebiasaan ini.
Pasalnya, terlalu sering berdansa atau berjoget dapat berisiko menyebabkan kecanduan. Berbeda dengan TikTok syndrome, kecanduan dansa sudah dikaji melalui berbagai studi.
Salah satunya yaitu studi yang dipimpin oleh Aniko Maraz dari Eötvös Loránd University dilakukan terhadap para 450 orang penari dansa di Hungaria.
Studi tersebut menunjukkan bahwa mereka yang rutin berlatih dansa setiap minggu berisiko mengalami berbagai gangguan psikologis.
Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan gangguan makan. Turunnya nafsu makan umum terjadi di kalangan penari karena mereka terobsesi untuk menjaga penampilan tubuh agar tetap menarik.
Studi tersebut juga menyatakan bahwa mereka yang aktif berdansa biasanya ingin lari dari masalah hidup. Ini karena merasa kesulitan saat harus memecahkan masalah.
Meski begitu, hubungan antara Tiktok dengan kondisi kecanduan dansa masih perlu diteliti lebih lanjut.
2. Kecanduan TikTok
Meskipun Tiktok syndrome bukanlah penyakit yang nyata, tetapi tidak menutup kemungkinan anak akan mengalami kecanduan jika terlalu sering bermain Tiktok.
Menurut jurnal Frontiers in Public Health, remaja merupakan kalangan yang sangat rentan terhadap kecanduan.
Kecanduan bermain Tiktok dapat menyebabkannya terobsesi terhadap popularitas di dunia TikTok.
Jumlah “likes“, “share“, atau “comment” pada video unggahannya menjadi hal yang prioritas. Akibatnya, urusan yang lebih penting seperti tugas di sekolah dan di rumah menjadi terabaikan.
Selain itu, sejumlah challenge atau tantangan di Tiktok dinilai tidak pantas diterapkan oleh remaja. Ambil contohnya, kissing challenge, prank challenge, dan sejenisnya.
Jika dibiarkan, hal ini dapat merusak mental dan kepribadian anak.
3. Kecanduan gadget
Lebih jauh lagi, jika terlalu sering menggunakan ponsel pintar untuk bermain TikTok, anak akan berisiko mengalami kecanduan gadget.
Susy Katikana Sebayang S.P., M.Sc., Ph.D dari Universitas Airlangga menyatakan bahwa sekitar 61% anak remaja mengalami kecanduan gadget.
Efek dari kecanduan Tiktok atau terkena Tiktok Syndrome dapat menyebabkan masalah-masalah seperti berikut.
- Sulit berkonsentrasi terhadap pelajaran sekolah.
- Tidak disiplin terhadap rencana dan jadwal harian.
- Mengalami nyeri pada leher bagian belakang.
- Mudah marah dan gelisah jika tidak bersama gawainya.
- Sering begadang dan sulit tidur.
- Tidak bisa berhenti bermain smartphone.
- Terus memikirkan tentang hal-hal seputar smartphone.
Meskipun efeknya terkesan tidak mengerikan seperti TikTok syndrome, tetapi jika kecanduan gadget terus dibiarkan akan menyebabkan dampak jangka panjang.
Menurunnya prestasi akademik, anak menjadi malas, tidak disiplin, serta sulit merencanakan masa depan merupakan hal-hal yang perlu Anda antisipasi.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar